Friday, 10 November 2017

MEDIA IPA RANGKAIAN LISTRIK


LAPORAN
PEMBUATAN DAN PENGGUNAAN
MEDIA PEMBELAJARAN IPA BERUPA ALAT PRAKTIKUM
RANGKAIAN LISTRIK SERI DAN PARALEL





Oleh
DWI SUPRIYANTORO, S.Pd
NIP. 197302121998021003
SMP NEGERI 2 TANGGULANGIN




PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO
DINAS PENDIDIKAN
SMP NEGERI 2 TANGGULANGIN
Ds. Kedungbanteng - Tanggulangin
2016




HALAMAN PENGESAHAN


Judul Laporan
:
Pembuatan dan Penggunaan Media Pembelajaran IPA berupa Alat Praktikum Rangkaian Listrik Seri dan Paralel
Nama Pembuat
:
Dwi Supriyantoro, S.Pd.
NIP
Pangkat/Golongan
NUPTK
:
:
:
197302121998021003
Pembina/IVa
1544751652200012
Tempat Tugas
Mengampu Mapel
:
:
SMP Negeri 2 Tanggulangin
IPA
Pembuatan dan Penggunaan Media Pembelajaran  yang dilaporkan
Rangkaian Listrik Seri dan Paralel adalah Alat Praktikum IPA

Membenarkan bahwa semua isi dalam Laporan Pembuatan dan Penggunaan Media Pembelajaran Berupa Alat Praktikum Rangkaian Hambatan Listrik Seri dan Paralel ini sesuai dengan kegiatan yang dilakukan dan hasil tulisan asli yang bersangkutan


                  Sidoarjo, 30 Maret 2016

Mengetahui,
Kepala Sekolah/Pengawas,




Dra. Hj. Sri Marhaeni, M.Pd
NIP. 196309041988032006
       Koordinator PKB,





 Mustofa Maula, S.Pd
 NIP. 1964082 61991031005
         Penyusun,





Dwi Supriyantoro, S.Pd.
NIP. 197302121998021003





KATA PENGANTAR

Ungkapan puji syukur Alhamdulillah penulis kehadirat Alloh SWT, atas segala rahmat dan karunia yang dilimpahkan kepada kita semua khususnya kepada penulis, sehingga laporan pembuatan dan penggunaan media pembelajaran IPA yang saya beri nama Rangkaian Listrik Seri dan Paralel,  dapat diselesaikan  sesuai dengan waktu yang telah diprogramkan.
Laporan pembuatan dan penggunaan media IPA ini dapat diselesaikan berkat bantuan, bimbingan, dorongan serta petunjuk dari berbagai pihak, karena itu penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1.      Kepala SMP Negeri 2 Tanggulangin, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sidoarjo yang telah memberikan motivasi penulis untuk menyusun laporan ini hingga selesai.
2.      Teman-teman seprofesi yang telah memberikan bantuan pemikiran dan pendapat-pendapat dalam penulisan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa di dalam laporan ini tentunya masih banyak terdapat kekurangan, baik dalam penyusunan, penyajian maupun sistematika penulisannya, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak, demi kesempurnaan penulisan laporan ini. Penulis berharap agar laporan pembuatan dan penggunaan media pembelajaran IPA ini dapat bermanfaat bagi pihak lain yang membutuhkan.
Sidoarjo, 30 Maret 2016
Penulis



Dwi Supriyantoro




DAFTAR ISI

Hal
Sampul ......................................................................................
Halaman Sampul .......................................................................
Lembar Pengesahan ..................................................................
Kata Pengantar...........................................................................
Daftar Isi ...................................................................................
Daftar Gambar ..........................................................................
A.    Jenis Karya Inovatif ...........................................................
B.     Nama Media .......................................................................
C.     Tujuan ................................................................................
D.    Manfaat ...............................................................................
E.     Rancangan Media Pembelajaran ........................................
F.      Prosedur Pembuatan ..........................................................
G.    Prosedur Penggunaan ........................................................
H.    RPP ......................................................................................


B.    

















2
3
4
5
21
5
5
5
5
6
8
8
11

PEMBAHASAN

A.    Jenis Karya Inovatif
Karya Inovatif yang diajukan adalah Pembuatan dan Penggunaan Media Pembelajaran IPA berupa Alat Praktikum.

B.     Nama Media Pembelajaran
Rangkaian Listrik Seri dan Paralel

C.    Tujuan
Tujuan dari pembuatan dan penggunaan media pembelajaran IPA Rangkaian Listrik Seri dan Paralel dijelaskan di bawah ini.
1.      Mempermudah peserta didik di dalam menguasai IPA khususnya Rangkaian Listrik dalam materi Listrik Dinamis
2.      Membantu peserta didik di dalam memahami konsep yang abstrak.
3.      Membantu peserta didik di dalam mengaktualkan Rangkaian Listrik dalam kehidupan sehari-hari.
4.      Memotivasi peserta didik di dalam mempelajari Rangkaian Listrik, karena media ini dikemas dalam pembelajaran aktif dan menyenangkan. (Active and Joyful Learning).
5.      Mengatasi keterbatasan alat praktikum khususnya Rangkaian Listrik apabila terjadi di sekolah atau sama sekali tidak ada .

D.    Manfaat
1.      Bagi peserta didik, menjadi media pembelajaran yang efektif di dalam menguasai konsep IPA khususnya Rangkaian Listrik.
2.      Bagi peserta didik, pembelajaran dapat pula dilakukan di rumah dengan membuat model yang serupa (sebagai contoh Penugasan/Produk oleh guru)
3.      Bagi pendidik yang mengampu mata pelajran IPA, sebagai salah satu kekayaan intelektual yang berbentuk media pembelajaran yang berfungsi untuk penguasaan IPA khususnya Rangkaian Listrik bagi peserta didik.
4.      Bagi pembaca, media pembelajaran IPA Rangkaian Listrik ini dapat dimodifikasi dan dimanfaatkan untuk pembelajaran mata pelajaran lain yang memiliki banyak sub bahasan.

E.     Rancangan Media
Rancangan Alat Praktikum IPA Rangkaian Listrik Seri dan Paralel
Dibuat pada  papan rangkaian dari bahan plastik mika yang biasa dipakai sebagai alas untuk menulis waktu ujian.
3 buah lampu yang identik nilai tegangan dan hambatannya dipasang pada papan  rangkaian dan dihubungkan dengan kabel listrik ukuran + 1,5mm, pemilihan kabel ukuran kecil berdasarkan kebutuhan sumber tegangan rendah dan arus lemah diharapkan hasil yang di dapat bisa lebih optimal.
Selanjutnya kabel dihubungkan ke baterai atau sumber tegangan dengan melalui saklar terlebih dahulu.
Rancangan rangkaian terbagi menjadi 2 macam:


 a.       Rangkaian disusun secara seri
b.      Rangkaian disusun secara paralel

F.     Prosedur Pembuatan
Untuk membuat Alat Peraga Rangkaian Hambatan Listrik Seri dan Paralel di atas akan dijelaskan sebagai berikut:
1.      Alat
·      Solder Listrik             
·      Tang                                                               
·      Obeng
·      Bor                 
·      Timah

2.      Bahan
·      Kabel
·      Baterai
·      Lampu 2,5V dan holder
·      Plastik mika
·      Saklar
·      Lem

3.      Langkah-langkah pembuatan
a)       Membuat rencana/rancangan rangkaian dalam bentuk skema rangkaian
b)       Membuat pola rangkaian sesuai skema rangkaian pada papan mika
Gambar 1. Skema dan Pola Rancangan Rangkaian
c)       Menyiapkan alat-alat dan bahan yang diperlukan


 

                                                                         Gambar 2.  Alat dan Bahan
d)       Satu persatu bahan disusun pada papan rangkaian sehingga terbentuk rangkaian seperti gambar berikut:

                       Gbr.3  Membuat lubang dengan pola     Gbr.4  Melubangi papan mika

                Gbr.5 Memasang lampu       Gbr. 6  Merekatkan komponen lain


 
                                   Gbr 7.  Rangkaian Listrik Seri  Gbr 8.  Rangkaian Listrik Paralel
G.    Prosedur Penggunaan
Berikut ini akan dipaparkan bagaimana prosedur menggunakan media pembelajaran IPA Rangkaian Hambatan Listrik Seri dan Paralel sebagai berikut:
1)     Rangkaian terbuka. Kondisi awal rangkaian dalam keadaan belum terhubung dengan kawat penghantar.


      
2)     Menghubungkan kawat penghantar sesuai dengan karakter rangkaian seri atau paralel


  
3)     Mengamati kondisi lampu dengan memberi perlakuan menekan saklar pada posisi masing-masing secara bergantian.



      4)     Bila diperlukan dapat mengukur kuat arus listrik yang mengalir pada masing-masing rangkaian, masing-masing percabangan pada rangkaian, mengukur tegangan jepit masing-masing lampu.
5)     Pada rangkaian listrik ini juga dapat digunakan untuk pembelajaran konsep:
Ø  Rangkaian listrik seri dan paralel
Ø  Rangkaian terbuka, rangkaian tertutup
Ø  Hukum Ohm
Ø  Hukum I Kirchoff
Ø  Energi listrik





RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

SEKOLAH                             :   SMPN 2 Tanggulangin
MATA PELAJARAN                        :   IPA
KELAS / SEMESTER           :   IX / 1
WAKTU                                 :   5 Pertemuan ( 15 JP )
 


A.  KOMPETENSI INTI
KI.1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
KI.2 Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
KI.3 Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
KI.4 Mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori

B.  KOMPETENSI DASAR
1.1 Mengagumi keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang aspek fisik dan kimiawi, kehidupan dalam ekosistem, dan peranan manusia dalam lingkungan serta mewujudkannya dalam pengamalan ajaran agama yang dianutnya.
2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu; objektif; jujur; teliti; cermat; tekun; hati-hati; bertanggungjawab; terbuka; kritis; kreatif; inovatif dan peduli lingkungan) dan bekerja sama dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi sikap dalam melakukanpengamatan,percobaan, dan berdiskusi
2.2 Menghargai kerja individu dan kelompok dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud  implementasi dalam melaksanakan percobaan dan melaporkan hasil percobaan
2.3  Menunjukkan perilaku bijaksana dan bertanggung jawab dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi sikap dalam menggunakan energi secara hemat dan aman serta tidak merusak lingkungan sekitarnya
2.4 Menunjukkan penghargaan kepada orang dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud  implementasi penghargaan kepada orang yang menjaga kelestarian lingkungan
3.5 Memahami konsep listrik statis, muatan listrik, potensial listrik, hantaran listrik, kelistrikan pada sistem syaraf dan contohnya pada hewan-hewan yang mengandung listrik
4.4 Melakukan percobaan untuk menyelidiki muatan listrik statis dan interaksinya, serta sifat hantaran listrik bahan
3.6. Mendeskripsikan karakteristik rangkaian listrik, transmisi energi listrik, sumber-sumber energi listrik alternatif (termasuk bioenergi) berbagai upaya dalam menghemat energi listrik, serta penggunaan teknologi listrik di lingkungan
4.5  Melakukan penyelidikan untuk menemukan karakteristik rangkaian listrik, serta hubungan energi listrik dengan tegangan, kuat arus dan waktu pemakaian

C.  INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI
1.1.1   Menunjukkan perilaku rasa syukur terhadap keteraturan dan kompleksi tas ciptaan Tuhan tentang aspek fisik dan kimiawi, kehidupan dalam ekosistem, dan perananmanusia dalam lingkungan serta mewujudkannya dalam pengamalan ajaran agama yang dianutnya
2.1.1   Menunjukkan perilaku bekerja sama, santun, toleran, responsif dan pro-aktif serta bijaksana sebagai wujud kemampuan memecahkan masalah dan membuat keputusan.
3.5.1. Menyebutkan contoh gejala kelistrikan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
3.5.2. Menyebutkan jenis-jenis muatan listrik.
3.5.3. Menjelaskan interaksi dua muatan listrik.
3.5.4. Menjelaskan fungsi dan prinsip kerja elektroskop.
3.5.5. Menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi besar gaya Coulomb dua muatan listrik.
3.5.5. Menghitung besarnya gaya Coulomb dua muatan listrik.
3.5.6. Menghitung besar medan listrik.
4.4.1. Melakukan percobaan untuk menyelidiki muatan listrik statis dan interaksinya
4.4.2. Membuat elektroskop sederhana
3.5.7. Menjelaskan prinsip kerja baterai alternatif dari buah.
3.6.1. Mengidentifikasi jenis rangkaian listrik terbuka dan rangkaian listrik tertutup.
3.6.2. Mengidentifikasi bagian sel saraf.
3.6.3. Menghitung beda potensial listrik.
3.3.5 Membedakan bahan konduktor, semikonduktor, dan isolator listrik.
3.6.5 Menghitung besar hambatan pada beberapa jenis bahan.
4.4.3. Melakukan percobaan untuk menyelidiki sifat hantaran listrik bahan
3.6.6. Menjelaskan tentang prinsip kelistrikan pada saraf manusia.
3.6.7.Menyebutkan hewan-hewan yang menghasilkan listrik.
3.6.8. Membedakan karakteristik rangkaian listrik seri dan paralel.
3.6.8. Menghitung besar arus listrik dalam suatu kawat penghantar.
3.6.9  Menghitung besar energi listrik.
3.6.10. Menghitung besar daya listrik.
3.6.11. Menghitung biaya listrik bulanan rumah tangga.
3.6.12. Menyebutkan contoh sumber-sumber energi listrik alternatif.
3.6.13. Menjelaskan prinsip kerja sumber-sumber energi listrik alternatif.
3.6.14 Menyebutkan zat kimia yang terkandung dalam tanaman sebagai sumber bioenergi.
3.6.15 Menyebutkan upaya-upaya penghematan listrik.
3.6.16 Menyebutkan penggunaan teknologi listrik di lingkungan sekitar.
3.6.17. Menyebutkan upaya pencegahan bahaya penggunaan listrik dalam kehidupan.

D.  MATERI PEMBELAJARAN
1.      Materi Reguler
       Penggalan materi
Pada rangkaian listrik yang tidak memiliki percabangan kabel, rangkaian tersebut disebut rangkaian seri.

Pada rangkaian listrik yang memiliki percabangan kabel, rangkaian tersebut disebut rangkaian paralel.

2.    Materi Pengayaan
Contoh penerapan rangkaian listrik seri dan paralel dalam kehidupan sehari-hari

3.   Materi Remedial
Materi remedial merupakan materi reguler . Materi ini diberikan kepada peserta didik yang belum mencapai ketuntasan belajar. Materi yang diberikan disesuaikan dengan bagian materi yang belum dikuasai oleh peserta didik pada indikator-indikator pencapaian kompetensi tertentu dan guru dapat menggunakan strategi/metode yang berbeda dengan pembelajaran sebelumnya.

E.  KEGIATAN PEMBELAJARAN
Pertemuan 1 ( 2JP )
........
Pertemuan 5 (    2 JP   )
1. Pendahuluan
a.       Menyiapkan peserta didik untuk belajar
b.      Guru mengabsen kehadiran peserta didik
c.       Guru memberikan pertanyaan untuk mengetahui materi pertemuan yang lalu
Ø  Tuliskanlah hubungan antara kuat arus dan tegangan !
Ø Bila  dalam suatu rangkaian listrik terdapat  kuat arus 10 A sedangkan  hambatan 2 Ohm berapakah tegangan pada rangkaian tersebut!
d.      Guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai dan rencana kegiatan
e.       Guru menyampaikan manfaat materi pembelajaran energi listrik
f.       Guru membagi peserta didik menjadi enam kelompok

2. Kegiatan inti
      a. Mengamati
1). Pemberian stimulus dengan menyajikan demontrasi Kipas angin
·      Dengan Memindah hambatan 1 sampai 5 
·      Menunjukkan daya dari Kipas angin
2). Peserta didik mengamati kecepatan gerak kipas angin tersebut.      
      b. Menanya
1). Dari demonstrasi  peserta didik membuat pertanyaan tentang demontrasi tersebut
2). Peserta didik menuliskan hipotesis tentang kipas angin yang bergerak dengan lambat sampai cepat 
      c. Mengumpulkan informasi / data
1). Guru meminta peserta didik untuk mempelajari buku IPA KLS 9 Semester ganjil untuk materi energi listrik
2).  Guru membagikan Lembar Kerja Peserta didik serta alat bola lampu, Ampermeter, Voltmeter , papan rangkaian, kabel, baterai.
3). Secara berkelompok, serta didik melakukan percobaan rangkaian listrik seri dan paralel dengan  menggunakan alat dan bahan yang sesuai dengan lembar kerja yang telah disediakan.
4). Menuliskan hasil pengamatan di lembar kerja.


      d. Mengasosiasi
1). Setelah mendapatkan data secara kelompok peserta didik mengasosiasi / mengolah data untuk membuat kesimpulan
2). Menyesuaiakan bahwa hipotesis pada awal pelajaran dapat dibuktikan dengan benar dengan kesimpulan yang tepat
      e. Mengkomunikasikan
1). Kelompok menyampaikan hasil pengamatannya di kelas sehingga nanti dapat diambil kesimpulan secara klasikal

      3. Kegiatan Penutup
 a. Peserta didik dan guru mereview hasil kegiatan pembelajaran.
 b. Guru memberikan pertanyaan
Ø  Apa perbedaan rangkaian listrik seri dan paralel!
Ø  Prinsip apa saja yang berlaku pada rangkaian listrik seri dan paralel?
c.    Guru menyampaikan materi untuk pertemuan yang akan datang yaitu tentang Energi listrik dan penghematan energi listrik.

F.       Penilaian, Pembelajaran Remedial dan Pengayaan
1. Teknik Penilaian
            Teknik penilaian yang digunakan yaitu sebagai berikut.
Metode/Teknik Penilaian
Bentuk Instrumen
-   Observasi
-   Lembar pengamatan sikap dan rubrik
-   Tes tulis
-   Tes Uraian
-   Tes Praktek
-   Lembar Kerja Peserta didik
-   Penilaian Produk
-   Lembar Penilaian Produk
2. Instrumen Penilaian

a. Penilaian Kompetensi Sikap
     Lembar Pengamatan Sikap/Perilaku pada saat Diskusi
No.
Nama Peserta didik
Kerja sama
Disiplin
Jujur















     Cara pengisian lembar penilaian sikap adalah dengan memberikan skor pada kolom-kolom sesuai hasil  pengamatan terhadap peserta didik selama kegiatan.
      Kriterianya yaitu:
      4 = sangat baik; 3 = baik; 2 = cukup; 1 = kurang
b. Penilaian Kompetensi Pengetahuan
     Tes Uraian
     Jawablah Pertanyaan di bawah ini dengan benar !
1.      Jelaskan perbedaan rangkaian seri dan paralel!
2.      Rangkaian listrik yang dipasang di rumah-rumah menggunakan rangkaian paralel dan bukan rangkain seri. Apa keuntungan menggunakan rangkaian paralel tersebut?
3.      Sebutkan sifat-sifat dan prinsip yang berlaku pada rangkaian listrik seri dan paralel!

                    Nilai akhir =  (Skor perolehan/skor maksimal) x 100
     c. Rubrik Penilaian unjuk kerja/praktek
No
Aspek yang dinilai
Skor
1
2
3
Keterangan
1
Rangkaian alat
Rangkaian tidak benar
Rangkaian alat benar, tetapi tidak rapi atau tidak memperhatikan keselamatankerja
Rangkaian alat benar, rapi, dan memperhatikan keselamatan kerja

2
Pengamatan
Pengamat an tidak cermat
Pengamatan cermat, tetapi mengandung interpretasi
Pengamatan cermat dan bebas interpretasi



Data yang diperoleh
Data tidak lengkap
Data lengkap, tetapi tidak terorganisir, atau ada yang salah tulis
Data lengkap, terorganisir, dan ditulis dengan benar


                                    Nilai akhir =  (Skor perolehan/skor maksimal) x 100
D. Penilaian Produk
     Materi Pelajaran     :                                                                  
Nama Peserta didik :
Nama Proyek           : Pembuatan rangkaian listrik seri dan paralel              
Kelas                       :  IX
     Alokasi waktu        :
No.
Tahapan
Skor (1 - 5)*
1
Tahap Perencanaan Bahan

2
Tahap Proses Pembuatan :
a.Persiapan alat dan bahan
b. Teknik Pengolahan
c. K3 ( Keselamatan kerja, keamanan dan kebersihan)

3.
Tahap Akhir ( Hasil Produk )
a.       Bentuk Fisik
b.      Inovasi


Total Skor


Catatan :
*) Skor diberikan dengan rentang skor 1 sampai  5, dengan ketentuan semakin lengkap jawaban dan ketepatan dalam proses pembuatan maka semakin tinggi nilainya.
3. Pembelajaran Remidial dan Pengayaan
Pembelajaran Remedial
Pembelajaran remedial dilakukan segera setelah kegiatan penilaian.
 JIka terdapat lebih dari 50% peserta didik yang mendapat nilai di bawah 2,67; maka dilaksanakan pembelajaran remedial (remedial teaching), terhadap kelompok tersebut.
 Jika terdapat 30%-50% peserta didik yang mendapat nilai di bawah 2,67; maka dilaksanakan penugasan dan tutor sebaya terhadap kelompok tersebut.
 Jika terdapat kurang dari 30% peserta didik yang mendapat nilai di bawah 2,67; maka diberikan tugas terhadap kelompok tersebut.

Setelah remedial dilaksanakan kemudian dilaksanakan tes ulang pada indikator-indikator pembelajaran yang belum tercapai oleh masing-masing peserta didik.

Pengayaan
Pengayaan diberikan kepada peserta didik yang mendapat nilai di atas 2,67 dengan cara diberikan tugas mengkaji penerapan dan/mengerjakan soal-soal yang HOTS (High Order Thinking Skills) terkait dengan materi konsep listrik statis kelistrikan pada saraf hewan-hewan yang menghasilkan listrik


G.      MEDIA / ALAT, BAHAN DAN SUMBER BELAJAR
1.    Media : Power point, software pembelajaran pesona edu
2.    Alat dan bahan : penggaris plastik, mika plastik, kertas, kabel, baterai, gunting, aki, kunci, semangka,  jeruk, LED, wool dll
3.    Sumber Belajar
   ............ 2014. Ilmu Pengetahuan Alam SMP/MTSn Kelas IX. Cetakan 1. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia



                                                                                        Sidoarjo, 27 Juli 2015

Mengetahui                                                                     Guru Mata Pelajaran IPA
Kepala SMPN 2 Tanggulangin                                              



Dra. Sri Marhaeni, M.Pd                                                Dwi Supriyantoro, S.Pd
NIP 1963090419880332006                                         NIP 197302121998021003







Gbr. Pengujian Alat Oleh Siswa Kelas 9B

a)        Pengujian rangkaian hambatan seri 


b)        Pengujian rangkaian hambatan paralel


HAKIKAT LESSON STUDY

Banyak upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi masalah yang muncul dalam dunia pendidikan. Salah satu masalah yang perlu diselesaikan adalah tentang proses pembelajaran. Untuk melatih agar guru terbiasa melakukan pembelajaran secara terbuka maka dilakukan dengan cara yang disebut Lesson study.
Makoto Yoshida adalah orang yang dianggap mempunyai jasa besar dalam mengembangkan kenkyuu jugyodi Jepang. Kenkyuu jugyo adalah istilah dalam Bahasa Jepang untuk lesson study. Memang Jepang adalah negara yang pertama kali mengembangkan konsep dan praktik lesson study. Negara lain yang kemudian mengikuti jejak Jepang tersebut adalah Amerika Serikat. Catherine Lewis lah yang mengembangkan lesson study di Amerika Serikat. Beliau telah melakukan penelitian tentang lesson study di Jepang sejak tahun 1993. Di Indonesia saat ini sedang gencar disosialisasikan dalam rangka meningkatkan mutu proses pembelajaran. Kalau pada mulanya lesson study dikembang di tingkat sekolah dasar (SD), maka kini juga mulai dikembangkan di tingkat sekolah menengah bahkan ada kecenderungan di kembangkan di perguruan tinggi.
Perlu dipahami bahwa lesson study bukan merupakan suatu strategi atau model atau metode pembelajaran.Lesson study merupakan salah satu upaya pembinaan untuk meningkatkan proses pembelajaran yang dilakukan oleh sekelompok guru secara kolaboratif dan berkesinambungan, dalam merencanakan, melaksanakan, mengobservasi dan melaporkan hasil pembelajaran. Slamet Mulyana (2007) memberikan rumusan tentang lesson study sebagai salah satu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan pada prinsip-psrinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar. Catherine Lewis (2002) menyebutkan bahwa “lesson study is a simple idea. If you want to improve instruction, what could be more obvious than collaborating with fellow teachers to plan, observe, and reflect on lessons? While it may be a simple idea, lesson study is a complex process, supported by collaborative goal setting, careful data collection on student learning, and protocols that enable productive discussion of difficult issues”. Lesson Study dilakukan terus menerus tiada henti dan merupakan sebuah upaya untuk mengaplikasikan prinsip-prinsip dalam Total Quality Management, yakni memperbaiki proses dan hasil pembelajaran siswa secara terus-menerus, berdasarkan data. Lesson Study dapat mendorong terbentuknya sebuah komunitas belajar (learning society) yang secara konsisten dan sistematis melakukan perbaikan diri, baik pada tataran individual maupun manajerial.
Bill Cerbin & Bryan Kopp mengemukakan bahwa Lesson Study memiliki 4 (empat) tujuan utama, yaitu untuk :
1) memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana siswa belajar dan guru mengajar;
2) memperoleh hasil-hasil tertentu yang dapat dimanfaatkan oleh para guru lainnya, di luar peserta lesson study;
3) meningkatkan pembelajaran secara sistematis melalui inkuiri kolaboratif.
4) membangun sebuah pengetahuan pedagogis, dimana seorang guru dapat menimba pengetahuan dari guru lainnya.
Catherine Lewis (2004) mengemukakan pula tentang ciri-ciri esensial dari lesson study, yang diperolehnya berdasarkan hasil observasi terhadap beberapa sekolah di Jepang, yaitu:
1) Tujuan bersama untuk jangka panjang.
Lesson study didahului adanya kesepakatan dari para guru tentang tujuan bersama yang ingin ditingkatkan dalam kurun waktu jangka panjang dengan cakupan tujuan yang lebih luas, misalnya tentang: pengembangan kemampuan akademik siswa, pengembangan kemampuan individual siswa, pemenuhan kebutuhan belajar siswa, pengembangan pembelajaran yang menyenangkan, mengembangkan kerajinan siswa dalam belajar, dan sebagainya.
2) Materi pelajaran yang penting.
Lesson study memfokuskan pada materi atau bahan pelajaran yang dianggap penting dan menjadi titik lemah dalam pembelajaran siswa serta sangat sulit untuk dipelajari siswa.
3) Studi tentang siswa secara cermat.
Fokus yang paling utama dari lesson study adalah pengembangan dan pembelajaran yang dilakukan siswa, misalnya, apakah siswa menunjukkan minat dan motivasinya dalam belajar, bagaimana siswa bekerja dalam kelompok kecil, bagaimana siswa melakukan tugas-tugas yang diberikan guru, serta hal-hal lainya yang berkaitan dengan aktivitas, partisipasi, serta kondisi dari setiap siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Dengan demikian, pusat perhatian tidak lagi hanya tertuju pada bagaimana cara guru dalam mengajar sebagaimana lazimnya dalam sebuah supervisi kelas yang dilaksanakan oleh kepala sekolah atau pengawas sekolah.
4) Observasi pembelajaran secara langsung.
Observasi langsung boleh dikatakan merupakan jantungnya Lesson Study. Untuk menilai kegiatan pengembangan dan pembelajaran yang dilaksanakan siswa tidak cukup dilakukan hanya dengan cara melihat dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Lesson Plan) atau hanya melihat dari tayangan video, namun juga harus mengamati proses pembelajaran secara langsung. Dengan melakukan pengamatan langsung, data yang diperoleh tentang proses pembelajaran akan jauh lebih akurat dan utuh, bahkan sampai hal-hal yang detail sekali pun dapat digali. Penggunaan videotape atau rekaman bisa saja digunakan hanya sebatas pelengkap, dan bukan sebagai pengganti.
Berdasarkan wawancara dengan sejumlah guru di Jepang, Caterine Lewis telah melakukan wawancara dengan sejumlah guru di Jepang. Dari hasil wawancara tersebut disimpulkan bahwa Lesson Study sangat efektif bagi guru karena telah memberikan keuntungan dan kesempatan kepada para guru untuk dapat:
1) memikirkan secara lebih teliti lagi tentang tujuan, materi tertentu yang akan dibelajarkan kepada siswa,
2) memikirkan secara mendalam tentang tujuan-tujuan pembelajaran untuk kepentingan masa depan siswa, misalnya tentang arti penting sebuah persahabatan, pengembangan perspektif dan cara berfikir siswa, serta kegandrungan siswa terhadap ilmu pengetahuan,
3) mengkaji tentang hal-hal terbaik yang dapat digunakan dalam pembelajaran melalui belajar dari para guru lain (peserta atau partisipan lesson study),
4) belajar tentang isi atau materi pelajaran dari guru lain sehingga dapat menambah pengetahuan tentang apa yang harus diberikan kepada siswa,
5) mengembangkan keahlian dalam mengajar, baik pada saat merencanakan pembelajaran maupun selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran,
6) membangun kemampuan melalui pembelajaran kolegial, dalam arti para guru bisa saling belajar tentang apa-apa yang dirasakan masih kurang, baik tentang pengetahuan maupun keterampilannya dalam membelajarkan siswa, dan
7) mengembangkan “The Eyes to See Students” (kodomo wo miru me), dalam arti dengan dihadirkannya para pengamat (obeserver), pengamatan tentang perilaku belajar siswa bisa semakin detail dan jelas.
Manfaat lesson study menurut Lesson Study Project (LSP), diantaranya:
1) guru dapat mendokumentasikan kemajuan kerjanya,
2) guru dapat memperoleh umpan balik dari anggota/komunitas lainnya, dan
3) guru dapat mempublikasikan dan mendiseminasikan hasil akhir dari lesson study. Dalam konteks pendidikan di Indonesia, manfaat yang ketiga ini dapat dijadikan sebagai salah satu Karya Tulis Ilmiah Guru, baik untuk kepentingan kenaikan pangkat maupun sertifikasi guru.
Menurut Slamet Mulyana (2007) ada dua tipe dalam penyelenggaraan lesson study, yaitu:
1) Lesson Study berbasis sekolah.
Lesson Study berbasis sekolah dilaksanakan oleh semua guru dari berbagai bidang studi dengan kepala sekolah yang bersangkutan. dengan tujuan agar kualitas proses dan hasil pembelajaran dari semua mata pelajaran di sekolah yang bersangkutan dapat lebih ditingkatkan.
2) Lesson Study berbasis MGMP.
Lesson Study berbasis MGMP merupakan pengkajian tentang proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh kelompok guru mata pelajaran tertentu, dengan pendalaman kajian tentang proses pembelajaran pada mata pelajaran tertentu, yang dapat dilaksanakan pada tingkat wilayah, kabupaten atau mungkin bisa lebih diperluas lagi.
Dalam hal keanggotaan kelompok, Lesson Study Reseach Group dari Columbia University menyarankan cukup 3-6 orang saja, yang terdiri unsur guru dan kepala sekolah, dan pihak lain yang berkepentingan. Kepala sekolah perlu dilibatkan terutama karena perannya sebagai decision maker di sekolah. Dengan keterlibatannya dalam Lesson Study, diharapkan kepala sekolah dapat mengambil keputusan yang penting dan tepat bagi peningkatan mutu pembelajaran di sekolahnya, khususnya pada mata pelajaran yang dikaji melalui Lesson Study. Selain itu, dapat pula mengundang pihak lain yang dianggap kompeten dan memiliki kepedulian terhadap pembelajaran siswa, seperti pengawas sekolah atau ahli dari perguruan tinggi

Thursday, 9 November 2017

PENGUKURAN, PENILAIAN DAN EVALUASI

Oleh 
Oleh: Sugeng Pamudji

Pengukuran, penilaian dan evaluasi merupakan kegiatan yang bersifat hierarki. Artinya ketiga kegiatan tersebut dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar tidak dapat dipisahkan satu sama lain dan dalam pelaksanaannya harus dilaksanakan secara berurutan.

Pengukuran
Pengukuran dapat diartikan dengan kegiatan untuk mengukur sesuatu. Pada hakekatnya, kegiatan ini adalah membandingkan sesuatu dengan atau sesuatu yang lain (Anas Sudijono, 1996: 3) Jika kita mengukur suhu badan seseorang dengan termometer, atau mengukur jarak kota A dengan kota B, maka sesungguhnya yang sedang dilakukan adalah mengkuantifikasi keadaan seseorang atau tempat ke dalam angka. Karenanya, dapat dipahami bahwa pengukuran itu bersifat kuantitatif.
Maksud dilaksanakan pengukuran sebagaimana dikemukakan Anas Sudijono (1996: 4) ada tiga macam yaitu : (1) pengukuran yang dilakukan bukan untuk menguji sesuatu seperti orang mengukur jarak dua buah kota, (2) pengukuran untuk menguji sesuatu seperti menguji daya tahan lampu pijar serta (3) pengukuran yang dilakukan untuk menilai. Pengukuran ini dilakukan dengan jalan menguji hal yang ingin dinilai seperti kemajuan belajar dan lain sebagainya.
Dalam dunia pendidikan, yang dimaksud pengukuran sebagaimana disampaikan Cangelosi (1995: 21) adalah proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris. Proses pengumpulan ini dilakukan untuk menaksir apa yang telah diperoleh siswa setelah mengikuti pelajaran selama waktu tertentu. Proses ini dapat dilakukan dengan mengamati kinerja mereka, mendengarkan apa yang mereka katakan serta mengumpulkan informasi yang sesuai dengan tujuan melalui apa yang telah dilakukan siswa.
Menurut Mardapi (2004: 14) pengukuran pada dasarnya adalah kegiatan penentuan angka terhadap suatu obyek secara sistematis. Karakteristik yang terdapat dalam obyek yang diukur ditransfer menjadi bentuk angka sehingga lebih mudah untuk dinilai. Aspek-aspek yang terdapat dalam diri manusia seperti kognitif, afektif dan psikomotor dirubah menjadi angka. Karenanya, kesalahan dalam mengangkakan aspek-aspek ini harus sekecil mungkin. Kesalahan yang mungkin muncul dalam melakukan pengukuran khususnya di bidang ilmu-ilmu sosial dapat berasal dari alat ukur, cara mengukur dan obyek yang diukur.
Pengukuran dalam bidang pendidikan erat kaitannya dengan tes. Hal ini dikarenakan salah satu cara yang sering dipakai untuk mengukur hasil yang telah dicapai siswa adalah dengan tes. Selain dengan tes, terkadang juga dipergunakan nontes. Jika tes dapat memberikan informasi tentang karakteristik kognitif dan psikomotor, maka nontes dapat memberikan informasi tentang karakteristik afektif obyek.

Penilaian
Penilaian merupakan bagian penting dan tak terpisahkan dalam sistem pendidikan saat ini. Peningkatan kualitas pendidikan dapat dilihat dari nilai-nilai yang diperoleh siswa. Tentu saja untuk itu diperlukan sistem penilaian yang baik dan tidak bias. Sistem penilaian yang baik akan mampu memberikan gambaran tentang kualitas pembelajaran sehingga pada gilirannya akan mampu membantu guru merencanakan strategi pembelajaran. Bagi siswa sendiri, sistem penilaian yang baik akan mampu memberikan motivasi untuk selalu meningkatkan kemampuannya.
Dalam sistem evaluasi hasil belajar, penilaian merupakan langkah lanjutan setelah dilakukan pengukuran. Informasi yang diperoleh dari hasil pengukuran selanjutnya dideskripsikan dan ditafsirkan. Karenanya, menurut Djemari Mardapi (1999: 8) penilaian adalah kegiatan menafsirkan atau mendeskripsikan hasil pengukuran. Menurut Cangelosi (1995: 21) penilaian adalah keputusan tentang nilai. Oleh karena itu, langkah selanjutnya setelah melaksanakan pengukuran adalah penilaian. Penilaian dilakukan setelah siswa menjawab soal-soal yang terdapat pada tes. Hasil jawaban siswa tersebut ditafsirkan dalam bentuk nilai.
Menurut Djemari Mardapi (2004: 18) ada dua acuan yang dapat dipergunakan dalam melakukan penilaian yaitu acuan norma dan acuan kriteria. Dalam melakukan penilaian di bidang pendidikan, kedua acuan ini dapat dipergunakan. Acuan norma berasumsi bahwa kemampuan seseorang berbeda serta dapat digambarkan menurut kurva distribusi normal. Sedangkan acuan kriteria berasumsi bahwa apapun bisa dipelajari semua orang namun waktunya bisa berbeda.
Penggunaan acuan norma dilakukan untuk menyeleksi dan mengetahui dimana posisi seseorang terhadap kelompoknya. Misalnya jika seseorang mengikuti tes tertentu, maka hasil tes akan memberikan gambaran dimana posisinya jika dibandingkan dengan orang lain yang mengikuti tes tersebut. Adapun acuan kriteria dipergunakan untuk menentukan kelulusan seseorang dengan membandingkan hasil yang dicapai dengan kriteria yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Acuan ini biasanya digunakan untuk menentukan kelulusan seseorang. Seseorang yang dikatakan telah lulus berarti bisa melakukan apa yang terdapat dalam kriteria yang telah ditetapkan dan sebaliknya. Acuan kriteria, ini biasanya dipergunakan untuk ujian-ujian praktek.
Dengan adanya acuan norma atau kriteria, hasil yang sama yang didapat dari pengukuran ataupun penilaian akan dapat diinterpretasikan berbeda sesuai dengan acuan yang digunakan. Misalnya, kecepatan kendaraan 40 km/jam akan memiliki interpretasi yang berbeda apabila kendaraan tersebut adalah sepeda dan mobil.

Evaluasi
Evaluasi Menurut Suharsimi Arikunto (2004: 1) adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan. Dalam bidang pendidikan, evaluasi sebagaimana dikatakan Gronlund (1990: 5) merupakan proses yang sistematis tentang mengumpulkan, menganalisis dan menafsirkan informasi untuk menentukan sejauh mana tujuan pembelajaran telah dicapai oleh siswa. Menurut Djemari Mardapi (2004: 19) evaluasi adalah proses mengumpulkan informasi untuk mengetahui pencapaian belajar kelas atau kelompok.
Dari pendapat di atas, ada beberapa hal yang menjadi ciri khas dari evaluasi yaitu: (1) sebagai kegiatan yang sistematis, pelaksanaan evaluasi haruslah dilakukan secara berkesinambungan. Sebuah program pembelajaran seharusnya dievaluasi di setiap akhir program tersebut, (2) dalam pelaksanaan evaluasi dibutuhkan data dan informasi yang akurat untuk menunjang keputusan yang akan diambil. Asumsi-asumsi ataupun prasangka. bukan merupakan landasan untuk mengambil keputusan dalam evaluasi, dan (3) kegiatan evaluasi dalam pendidikan tidak pernah terlepas dari tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Karena itulah pendekatan goal oriented merupakan pendekatan yang paling sesuai untuk evaluasi pembelajaran.
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat dan mengetahui proses yang terjadi dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran memiliki 3 hal penting yaitu, input, transformasi dan output. Input adalah peserta didik yang telah dinilai kemampuannya dan siap menjalani proses pembelajaran. Transformasi adalah segala unsur yang terkait dengan proses pembelajaran yaitu ; guru, media dan bahan belajar, metode pengajaran, sarana penunjang dan sistem administrasi. Sedangkan output adalah capaian yang dihasilkan dari proses pembelajaran.
Evaluasi memiliki beberapa prinsip dasar yaitu ;
1. Evaluasi bertujuan membantu pemerintah dalam mencapai tujuan pembelajaran bagi masyrakat.
2. Evaluasi adalah seni, tidak ada evaluasi yang sempurna, meski dilakukan dengan metode yang berbeda.
3. Pelaku evaluasi atau evaluator tidak memberikan jawaban atas suatu pertanyaan tertentu. Evaluator tidak berwennag untuk memberikan rekomendasi terhadap keberlangsungan sebuah program. Evaluator hanya membantu memberikan alternatif.
4. Penelitian evaluasi adalah tanggung jawab tim bukan perorangan.
5. Evaluator tidak terikat pada satu sekolah demikian pula sebaliknya.
6. Evaluasi adalah proses, jika diperlukan revisi maka lakukanlah revisi.
7. Evaluasi memerlukan data yang akurat dan cukup, hingga perlu pengalaman untuk pendalaman metode penggalian informasi.
8. Evaluasi akan mantap apabila dilakukan dengan instrumen dan teknik yang aplicable.
9. Evaluator hendaknya mampu membedakan yang dimaksud dengan evaluasi formatif, evaluasi sumatif dan evaluasi program.
10. Evaluasi memberikan gambaran deskriptif yang jelas mengenai hubungan sebab akibat, bukan terpaku pada angka soalan tes.
Evaluasi pendidikan memiliki beberapa fungsi yaitu ;
1. Fungsi selektif
2. Fungsi diagnostik
3. Fungsi penempatan
4. Fungsi keberhasilan
Maksud dari dilakukannya evaluasi adalah ;
1. Perbaikan sistem
2. Pertanggungjawaban kepada pemerintah dan masyarakat
3. Penentuan tindak lanjut pengembangan
Di samping prinsip dasar , dalam pelaksanaannya evaluasi hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip berikut ini
1. Keterpaduan. Evaluasi harus dilakukan dengan prinsip keterpaduan antara tujuan instruksional pengajaran, materi pembelajaran dan metode pengajaran.
2. Keterlibatan peserta didik. Prinsip ini merupakan suatu hal yang mutlak, karena keterlibatan peserta didik dalam evaluasi bukan alternatif, tapi kebutuhan mutlak.
3. Koherensi. Evaluasi harus berkaitan dengan materi pengajaran yang telah dipelajari dan sesuai dengan ranah kemampuan peserta didik yang hendak diukur.
4. Pedagogis. Perlu adanya tool penilai dari aspek pedagogis untuk melihat perubahan sikap dan perilaku sehingga pada akhirnya hasil evaluasi mampu menjadi motivator bagi diri siswa.
5. Akuntabel. Hasil evaluasi haruslah menjadi alat akuntabilitas atau bahan pertanggungjawaban bagi pihak yang berkepentingan seperti orang tua siswa, sekolah, dan lainnya.
Teknik evaluasi digolongkan menjadi 2 yaitu teknik tes dan teknik non tes.
1. Teknik non tes meliputi ; skala bertingkat, kuesioner, daftar cocok, wawancara, pengamatan, riwayat hidup.
a. Rating scale atau skala bertingkat menggambarkan suatu nilai dalam bentuk angka. Angka-angka diberikan secara bertingkat dari angka terendah hingga angka paling tinggi. Angka-angka tersebut kemudian dapat dipergunakan untuk melakukan perbandingan terhadap angka yang lain.
b. Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang terbagi dalam beberapa kategori. Dari segi yang memberikan jawaban, kuesioner dibagi menjadi kuesioner langsung dan kuesioner tidak langsung. Kuesioner langsung adalah kuesioner yang dijawab langsung oleh orang yang diminta jawabannya. Sedangkan kuesioner tidak langsung dijawab secara tidak langsung oleh orang yang dekat dan mengetahui si penjawab seperti contoh, apabila yang hendak dimintai jawaban adalah seseorang yang buta huruf maka dapat dibantu oleh anak, tetangga atau anggota keluarganya. Dan bila ditinjau dari segi cara menjawab maka kuesioner terbagi menjadi kuesioner tertutup dan kuesioner terbuka. Kuesioner tertututp adalah daftar pertanyaan yang memiliki dua atau lebih jawaban dan si penjawab hanya memberikan tanda silang (X) atau cek (√) pada jawaban yang ia anggap sesuai. Sedangkan kuesioner terbuka adalah daftar pertanyaan dimana si penjawab diperkenankan memberikan jawaban dan pendapatnya secara terperinci sesuai dengan apa yang ia ketahui.
c. Daftar cocok adalah sebuah daftar yang berisikan pernyataan beserta dengan kolom pilihan jawaban. Si penjawab diminta untuk memberikan tanda silang (X) atau cek (√) pada jawaban yang ia anggap sesuai.
d. Wawancara, suatu cara yang dilakukan secara lisan yang berisikan pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan tujuan informasi yang hendak digali. Wawancara dibagi dalam 2 kategori, yaitu pertama, wawancara bebas yaitu si penjawab (responden) diperkenankan untuk memberikan jawaban secara bebas sesuai dengan yang ia ketahui tanpa diberikan batasan oleh pewawancara. Kedua adalah wawancara terpimpin dimana pewawancara telah menyusun pertanyaan-pertanyaan terlebih dahulu yang bertujuan untuk menggiring penjawab pada informasi-informasi yang diperlukan saja.
e. Pengamatan atau observasi, adalah suatu teknik yang dilakukan dengan mengamati dan mencatat secara sistematik apa yang tampak dan terlihat sebenarnya. Pengamatan atau observasi terdiri dari 3 macam yaitu : (1) observasi partisipan yaitu pengamat terlibat dalam kegiatan kelompok yang diamati. (2) Observasi sistematik, pengamat tidak terlibat dalam kelompok yang diamati. Pengamat telah membuat list faktor-faktor yang telah diprediksi memberikan pengaruh terhadap sistem yang terdapat dalam objek pengamatan.
f. Riwayat hidup, evaluasi ini dilakukan dengan mengumpulkan data dan informasi mengenai objek evaluasi sepanjang riwayat hidup objek evaluasi tersebut.
2. Teknik tes. Dalam evaluasi pendidikan terdapat 3 macam tes yaitu : tes diagnostik. tes formatif, tes sumatif.
Evaluasi pendidikan secara garis besar melibatkan 3 unsur yaitu input, proses dan out put. Prosedur evaluasi yang dilakukan harus bercermin pada 3 unsur tersebut. Langkah-langkah dalam melaksanakan kegiatan evaluasi pendidikan secara umum adalah sebagai berikut :
1. Perencanaan (mengapa perlu evaluasi, apa saja yang hendak dievaluasi, tujuan evaluasi, teknik apa yang hendak dipakai, siapa yang hendak dievaluasi, kapan, di mana, penyusunan instrumen, indikator, data apa saja yang hendak digali, dsb)
2. Pengumpulan data ( tes, observasi, kuesioner, dan sebagainya sesuai dengan tujuan)
3. Verifiksi data (uji instrumen, uji validitas, uji reliabilitas, dsb)
4. Pengolahan data ( memaknai data yang terkumpul, kualitatif atau kuantitatif, apakah hendak di olah dengan statistik atau non statistik, apakah dengan parametrik atau non parametrik, apakah dengan manual atau dengan software (misal : SPSS )
5. Penafsiran data, ( ditafsirkan melalui berbagai teknik uji, diakhiri dengan uji hipotesis ditolak atau diterima, jika ditolak mengapa? Jika diterima mengapa? Berapa taraf signifikannya?) interpretasikan data tersebut secara berkesinambungan dengan tujuan evaluasi sehingga akan tampak hubungan sebab akibat. Apabila hubungan sebab akibat tersebut muncul maka akan lahir alternatif yang ditimbulkan oleh evaluasi itu.

RUJUKAN
http://sylvie.edublogs.org/2007/04/27/evaluasi-pendidikan/comment-page-1/ 5 Peb 2010; 18:38 wib
http://evaluasipendidikan.blogspot.com/2008/03/pengukuran-penilaian-dan-evaluasi.html 5 Peb 2010; 18:01 wib
http://dokumens.multiply.com/journal/item/34; 5 Peb 2010, 18:50 wib
Ridwan Sakni.Pengembangan System Evaluasi.P3RF.IAIN Raden Fatah Plaembang

Wednesday, 8 November 2017

MENGAPA PELIBATAN KELUARGA DAN MASYARAKAT DALAM PENDIDIKAN ITU PENTING?


Oleh: Sugeng Pamudji

Tulisan ini terinspirasi ketika penulis dikirim dalam Pelatihan Calon Pelatih Pendidikan Keluarga di Yogyakarta pada bulan Februari 2017 yang lalu. Penulis merasa bahwa program ini sangat baik, oleh sebab itu penulis ingin berbagi kepada pembaca melalui tulisan ini. Maka penulis akhirnya menulis apa yang telah diterima dalam pelatihan tersebut. Pelatihan tersebut diselenggarakan oleh Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Direktorat ini belum lama dibentuk, namun program yang dicanangkan penulis anggap sangat luar biasa.
Program Pelibatan Keluarga dan Masyarakat dalam pendidikan ini merupakan implementasi dari amanat Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam undang-undang tersebut diamanatkan bahwa Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (Pasal 2). Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Pasal 3).
Selain itu juga terdapat pasal-pasal yang menyatakan keterlibatan masyarakat. Pada pasal 8 dinyatakan bahwa masyarakat berhak berperan serta dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan. Selanjutnya pada pasal 54 ayat (1) dinyatakan bahwa peran serta masyarakat dalam pendidikan meliputi peran serta perseorangan, kelompok, keluarga, organisasi profesi, pengusaha, dan organisasi kemasyarakatan dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu pelayanan pendidikan. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tersebut jelas sekali bahwa keluarga dan masyarakat memiliki peran yang penting dalam menyuskseskan pendidikan.
Tujuan dari pelibatan keluarga dalam pendidikan adalah untuk mewujudkan kerjasama dan keselarasan program pendidikan di sekolah, keluarga, dan masyarakat sebagai tri sentra pendidikan dalam membangun ekosistem pendidikan yang menumbuhkan karakter dan budaya berprestasi peserta didik. Dengan adanya kerterlibatan keluarga dalam pendidikan diharapkan anak-anak akan tumbuh menjadi anak yang sukses, yakni anak yang cerdas, berkarakter, dan mandiri. Ini menjawab anggapan bahkan sikap masyarakat yang selama ini sangat mengandalkan peran satuan pendidikan untuk menjadikan anak menjadi orang yang sukses.
Mengenai tri sentra pendidikan dapat penulis jelaskan bahwa yang turut menyukseskan pendidikan anak (menjadi anak yang sukses) ada tiga komponen yang terlibat. Tiga komponen tersebut adalah satuan pendidikan, masyarakat, dan keluarga. Ketiga komponen tersebut hendaknya memberikan kemanfaatan dalam pendidikan anak (peserta didik). Ini berarti di dalam keluarga, si anak harus memperoleh pendidikan yang baik. Di dalam keluarga itulah akhlaq si anak pertama kali dibentuk. Dalam hal ini orang tua perannya sangat penting. Pikiran, ucapan, sikap, dan perilaku orang tua di rumah akan menjadi contoh bagi si anak.
Peran masyarakat tidak kalah pentingnya terhadap pendidikan anak. Pergaulan si anak tentu tidak hanya di rumah bersama keluarganya, namun si anak juga akan bergaul dengan masyarakat sekitarnya. Oleh sebab itu nilai-nilai yang terdapat di masyarakat akan menjadi acuan bagi si anak dalam berpikir, berucap, bersikap, dan berperilaku. Si anak akan menyontoh apa yang terdapat di masyarakat.
Komponen yang ketiga dari tri sentra pendidikan adalah satuan pendidikan. Satuan pendidikan menjadi rumah kedua bagi si anak. Guru  akan menjadi orang tua kedua bagi si anak. Satuan pendidikan (sekolah) hendaknya bisa memberi kenyaman bagi si anak sehingga si anak betah dan senang ketika belajar di satuan pendidikan (sekolah). Satuan pendidikan menjadi ajang belajar, berlatih, dan berkreasi. Bapak dan ibu guru serta tenaga kependidikan di satuan pendidikan harus bisa menjadi teladan bagi si anak, menjadi pengayom, motivator, fasilitator, inspirator bagi si anak.
Ketiga komponen tersebut harus memberi kemanfaatan bagi pertumbuhan dan perkembangan si anak agar menjadi anak yang sukses. Selain itu ketiga komponen tersebut tidak berperan secara terpisah-pisah. Namun harus menjalin hubungan kemitraan. Mereka saling membantu, bahu membahu untuk menyukseskan pendidikan si anak. Bagaimana peran dan hubungan komponen-komponen tri sentra pendidikan tersebut dapat digambar seperti bagan di bawah ini.
Sumber: Materi Pelatihan Calon Pelatih Pendidikan Keluarga
Hubungan kemitraan tri sentra pendidikan tersebut menganut prinsip-prinsip: 1) kesamaan hak, kesejajaran, dan saling menghargai, 2) semangat gotong-royong dan kebersamaan, 3) saling melengkapi dan memperkuat , 4) saling asah, saling asih, dan saling asuh. Dengan prinsip-prinsip hubungan seperti itu, diharapkan tri sentra pendidikan akan menjadi harmonis dalam berupaya menjadikan si anak sukses. Anak akan menjadi manusia yang berkarakter dan memiliki budaya prestasi.
Sugihandari, menyatakan bahwa keterlibatan orangtua berkorelasi erat dengan keberhasilan pendidikan anak. Sejumlah penelitian menunjukkan, keterlibatan orangtua yang lebih besar dalam proses belajar berdampak positif pada keberhasilan anak di sekolah. Keterlibatan orangtua juga mendukung prestasi akademik anak pada pendidikan yang lebih tinggi serta berpengaruh juga pada perkembangan emosi dan sosial anak.
Hasil jajak pendapat yang diselenggarakan Kompas pada 22-24 April 2015 menunjukkan, mayoritas publik menyadari pentingnya peran orangtua dalam pendidikan anak. Pengumpulan pendapat ini dilakukan terhadap 326 responden yang di keluarganya terdapat anak usia sekolah. Tak kurang dari 85 persen responden menyatakan bahwa orangtua dan keluarga memiliki peran paling penting dalam proses pendidikan anak. Hanya 15 persen responden yang menilai peran ini ada di tangan guru dan lingkungan di luar keluarga.
Hal tersebut menunjukkan betapa penting pelibatan keluarga dalam pendidikan sehingga anak menjadi orang yang sukses. Oleh sebab itu pelibatan keluarga dan masyarakat dalam pendidikan memang sangat diperlukan dan harus selalu dikumandangkan ke masyarakat orang tua. Sampai saat ini program pelibatan keluarga dan masyarakat masih disosialisasikan di puluhan kabupaten/ kota di Indonesia, belum seluruh kabupaten/ kota memperoleh sosialisasi. Pelibatan keluarga dan masyarakat diharapkan dapat meningkatkan kepedulian orang tua, satuan pendidikan, dan masyarakat terhadap narkoba, pornografi, tindak kekerasan, tindakan amoral, dan paham radikal. Dengan pelibatan keluarga dan masyarakat agar berbagai persoalan pendidikan terutama berkaitan dengan karakter anak bangsa dan budaya berprestasinya bisa segera terwujud. Oleh sebab itu perlu adanya percepatan sosialisasi program pelibatan keluarga dan masyarakat tersebut.
Terdapat empat program utama pelibatan keluarga di satuan pendidikan yang dicanangkan oleh Direktorat Pembinaan Keluarga Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Empat program utama tersebut adalah 1) Pertemuan orang tua dengan wali kelas minimal dua kali/ semester, 2) Mengikuti kelas orang tua (parenting) minimal dua kali/ tahun, 3) Pelibatan orangtua terpilih sebagai nara sumber kelas inspirasi, 4) Pelibatan orangtua dalam pameran karya dan pentas akhir tahun.
Pertemuan orang tua dengan wali kelas. Pertemuan orang tua dengan wali kelas minimal dilakukan dua kali dalam satu semester. Pertemuan tersebut misalnya dilakukan pada awal semester dan pada saat pengambilan rapor. Tujuan Pertemuan dengan Wali Kelas antara lain 1) Orang tua dapat memahami program dan tata tertib sekolah serta dapat memberi usulan/ masukan; 2) Orang tua dapat mendapatkan nomor-nomor telepon penting seperti nomor telepon sekolah, kepala sekolah, wali kelas, dan sesama orang tua; 3) Sekolah dan orang tua dapat menyepakati cara berkomunikasi antara pihak sekolah dengan orang tua; 4) Orang tua dapat membentuk paguyuban orang tua guna saling berkomunikasi dan wadah kepentingan bersama; 4) Orang tua dapat menyepakati kegiatan dan jadwal kelas orang tua, kelas inspirasi, pentas akhir tahun, dan kegiatan lain untuk mendukung kemajuan sekolah.
Mengikuti kelas orang tua (parenting) minimal dua kali/ tahun. Tujuan Kelas Orang Tua adalah 1) Menambah pengetahuan orang tua dalam mendidik/ mengasuh anak; 2) Meningkatkan keterlibatan orang tua dalam mendidik anak di sekolah dan di rumah; 3) Sebagai wadah berbagi pengetahuan dan praktik baik dalam mendidik/ mengasuh anak di antara orang tua; 4) Adanya keselarasan dalam mendidik antara yang dilakukan di sekolah dan di rumah; 5) Menumbuhkan jiwa kebersamaan di antara orang tua. Sesuai dengan kebijakan Direktorat Pembinaan Keluarga, materi yang penting untuk disampaikan saat kelas orang tua terdiri materi wajib dan materi lain yang sesuai kesepakatan. Materi wajib terdiri dari: 1) pengasuhan positif dan 2) mendidik anak di era digital. Sedangkan materi lain disesuaikan dengan kesepakatan masing-masing kelompok (paguyuban orang tua). Materi tersebut bisa diunduh dari laman Sahabat Keluarga dengan alamat: sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id. tidak menutup kemungkinan materi berasal dari sumber lain. Nara sumber dalam kelas orang tua diutamakan berasal dari orang tua itu sendiri di samping bisa juga menghadirkan nara sumber dari luar. Pengelolaan kelas orang tua diserahkan kepada orang tua itu sendiri sesuai kesepakatan yang pelaksanaannya diutamakan alam lingkup orang tua yang anaknya sekelas; bisa juga suatu saat dilakukan secara bersama-sama (gabungan beberapa kelas atau satu sekolah).
Pelibatan orang tua terpilih sebagai nara sumber kelas inspirasi. Kelas ispirasi dapat dilaksanakan dengan memanfaatkan waktu saat upacara bendera atau waktu lain minimal sebulan sekali. Kelas inspirasi pada saat upacara bendera dilaksanakan sebulan sekali dengan menghadirkan nara sumber untuk berbicara 15-20 menit yang dapat menginspirasi siswa. Nara sumber yang dihadirkan dapat berasal dari orang tua terpilih, alumni, tokoh masyarakat, pengusaha/ pedagang/ petani sukses, atau berbagai profesi untuk memberikan inspirasi, motivasi, atau pengenalan profesi kepada siswa. Kelas inspirasi juga dapat diisi materi penyuluhan misalnya terkait kekerasan, NARKOBA, pornografi, HIV/ Aids, ancaman radikalisme, dan materi lain yang perlu diketahui atau dapat menginspirasi siswa.
Pentas Kelas di Akhir Tahun Pembelajaran. Tujuannya adalah menggembirakan anak setelah semua tugasnya sebagai pelajar selama setahun tertunaikan. Acara diselenggarakan oleh orang tua bekerjasama dengan pihak satuan pendidikan dengan memanfaatkan waktu setelah ujian akhir semester sebelum penerimaan rapor kenaikan kelas, dengan susunan acara sbb.: 1) Menampilkan hasil karya dan prestasi yang dicapai siswa selama satu tahun: setiap siswa wajib menampilkan hasil karya terbaiknya minimal satu buah karya; 2) Setiap kelas diminta pentas secara bergilir disaksikan oleh para orang tua, undangan, dan siswa kelas lainnya; 3) Acara diakhiri dengan pemberian penghargaan dari orang tua atau sekolah kepada orang tua, guru, dan siswa atas prestasi non akademik yang dicapai atau perilaku baik yang patut diteladani.
Selanjutnya bentuk pelibatan keluarga/ orang tua dalam pendidikan di satuan pendidikan adalah 1) mendukung kegiatan belajar anak di satuan pendidikan; 2) mendukung kegiatan belajar anak di keluarga yang merupakan kesinambungan kegiatan di satuan pendidikan; 3) memantau perkembangan dan hasil belajar anak atau peserta didik secara bersama-sama antara orang tua dengan pihak satuan pendidikan; 4) memberikan masukan/ pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan berbagai kegiatan satuan pendidikan dalam meningkatkan layanan terhadap kebutuhan perkembangan dan belajar anak.
Memperhatikan uraian tersebut, tampak sekali bahwa betapa penting peranan keluarga dan masyarakat dalam turut serta menyukseskan pendidikan anak. Orang tua tidak hanya menyerahkan sepenuhnya kepada sekolah/ satuan pendidikan untuk kesusksesan anaknya, melainkan turut serta dalam mengawal agar si anak menjadi anak yang sukses, terutama dalam membangun karakter luhur dan prestasi yang optimal.


Rujukan:
-        Materi kebijakan pelibatan keluarga dan masyarakat dalam pendidikan yang disampaikan oleh Direktur Pembinaan Pendidikan Keluarga Kementerian Pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia.