Banyak upaya yang telah dilakukan untuk
mengatasi masalah yang muncul dalam dunia pendidikan. Salah satu masalah yang
perlu diselesaikan adalah tentang proses pembelajaran. Untuk melatih agar guru
terbiasa melakukan pembelajaran secara terbuka maka dilakukan dengan cara yang
disebut Lesson study.
Makoto Yoshida adalah orang yang
dianggap mempunyai jasa besar dalam mengembangkan kenkyuu jugyodi
Jepang. Kenkyuu jugyo adalah istilah dalam Bahasa Jepang
untuk lesson study. Memang Jepang adalah negara yang pertama kali
mengembangkan konsep dan praktik lesson study. Negara lain yang
kemudian mengikuti jejak Jepang tersebut adalah Amerika Serikat. Catherine
Lewis lah yang mengembangkan lesson study di Amerika Serikat.
Beliau telah melakukan penelitian tentang lesson study di
Jepang sejak tahun 1993. Di Indonesia saat ini sedang gencar disosialisasikan
dalam rangka meningkatkan mutu proses pembelajaran. Kalau pada mulanya lesson
study dikembang di tingkat sekolah dasar (SD), maka kini juga mulai
dikembangkan di tingkat sekolah menengah bahkan ada kecenderungan di kembangkan
di perguruan tinggi.
Perlu dipahami bahwa lesson
study bukan merupakan suatu strategi atau model atau metode
pembelajaran.Lesson study merupakan salah satu upaya pembinaan
untuk meningkatkan proses pembelajaran yang dilakukan oleh sekelompok guru
secara kolaboratif dan berkesinambungan, dalam merencanakan, melaksanakan,
mengobservasi dan melaporkan hasil pembelajaran. Slamet Mulyana (2007)
memberikan rumusan tentang lesson study sebagai salah satu
model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara
kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan pada prinsip-psrinsip kolegalitas
dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar. Catherine Lewis (2002)
menyebutkan bahwa “lesson study is a simple idea. If you want to
improve instruction, what could be more obvious than collaborating with fellow
teachers to plan, observe, and reflect on lessons? While it may be a simple
idea, lesson study is a complex process, supported by collaborative goal
setting, careful data collection on student learning, and protocols that enable
productive discussion of difficult issues”. Lesson Study dilakukan
terus menerus tiada henti dan merupakan sebuah upaya untuk mengaplikasikan
prinsip-prinsip dalam Total Quality Management, yakni memperbaiki
proses dan hasil pembelajaran siswa secara terus-menerus, berdasarkan
data. Lesson Study dapat mendorong terbentuknya sebuah
komunitas belajar (learning society) yang secara konsisten dan
sistematis melakukan perbaikan diri, baik pada tataran individual maupun
manajerial.
Bill Cerbin & Bryan Kopp
mengemukakan bahwa Lesson Study memiliki 4 (empat) tujuan utama, yaitu untuk :
1) memperoleh pemahaman
yang lebih baik tentang bagaimana siswa belajar dan guru mengajar;
2) memperoleh hasil-hasil
tertentu yang dapat dimanfaatkan oleh para guru lainnya, di luar peserta lesson
study;
3) meningkatkan
pembelajaran secara sistematis melalui inkuiri kolaboratif.
4) membangun sebuah
pengetahuan pedagogis, dimana seorang guru dapat menimba pengetahuan dari guru
lainnya.
Catherine Lewis (2004) mengemukakan pula
tentang ciri-ciri esensial dari lesson study, yang diperolehnya
berdasarkan hasil observasi terhadap beberapa sekolah di Jepang, yaitu:
1) Tujuan bersama untuk
jangka panjang.
Lesson study didahului
adanya kesepakatan dari para guru tentang tujuan bersama yang ingin
ditingkatkan dalam kurun waktu jangka panjang dengan cakupan tujuan yang lebih
luas, misalnya tentang: pengembangan kemampuan akademik siswa, pengembangan
kemampuan individual siswa, pemenuhan kebutuhan belajar siswa, pengembangan
pembelajaran yang menyenangkan, mengembangkan kerajinan siswa dalam belajar,
dan sebagainya.
2) Materi pelajaran yang
penting.
Lesson study memfokuskan
pada materi atau bahan pelajaran yang dianggap penting dan menjadi titik lemah
dalam pembelajaran siswa serta sangat sulit untuk dipelajari siswa.
3) Studi tentang siswa
secara cermat.
Fokus
yang paling utama dari lesson study adalah pengembangan dan
pembelajaran yang dilakukan siswa, misalnya, apakah siswa menunjukkan minat dan
motivasinya dalam belajar, bagaimana siswa bekerja dalam kelompok kecil,
bagaimana siswa melakukan tugas-tugas yang diberikan guru, serta hal-hal lainya
yang berkaitan dengan aktivitas, partisipasi, serta kondisi dari setiap siswa
dalam mengikuti proses pembelajaran. Dengan demikian, pusat perhatian tidak
lagi hanya tertuju pada bagaimana cara guru dalam mengajar sebagaimana lazimnya
dalam sebuah supervisi kelas yang dilaksanakan oleh kepala sekolah atau
pengawas sekolah.
4) Observasi pembelajaran
secara langsung.
Observasi langsung boleh dikatakan merupakan
jantungnya Lesson Study. Untuk menilai kegiatan pengembangan dan pembelajaran
yang dilaksanakan siswa tidak cukup dilakukan hanya dengan cara melihat dari
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Lesson Plan) atau hanya melihat dari tayangan
video, namun juga harus mengamati proses pembelajaran secara langsung. Dengan
melakukan pengamatan langsung, data yang diperoleh tentang proses pembelajaran
akan jauh lebih akurat dan utuh, bahkan sampai hal-hal yang detail sekali pun
dapat digali. Penggunaan videotape atau rekaman bisa saja digunakan hanya
sebatas pelengkap, dan bukan sebagai pengganti.
Berdasarkan wawancara dengan sejumlah
guru di Jepang, Caterine Lewis telah melakukan wawancara dengan sejumlah guru
di Jepang. Dari hasil wawancara tersebut disimpulkan bahwa Lesson Study sangat
efektif bagi guru karena telah memberikan keuntungan dan kesempatan kepada para
guru untuk dapat:
1) memikirkan secara
lebih teliti lagi tentang tujuan, materi tertentu yang akan dibelajarkan kepada
siswa,
2) memikirkan secara
mendalam tentang tujuan-tujuan pembelajaran untuk kepentingan masa depan siswa,
misalnya tentang arti penting sebuah persahabatan, pengembangan perspektif dan
cara berfikir siswa, serta kegandrungan siswa terhadap ilmu pengetahuan,
3) mengkaji tentang
hal-hal terbaik yang dapat digunakan dalam pembelajaran melalui belajar dari
para guru lain (peserta atau partisipan lesson study),
4) belajar tentang isi
atau materi pelajaran dari guru lain sehingga dapat menambah pengetahuan
tentang apa yang harus diberikan kepada siswa,
5) mengembangkan keahlian
dalam mengajar, baik pada saat merencanakan pembelajaran maupun selama
berlangsungnya kegiatan pembelajaran,
6) membangun kemampuan
melalui pembelajaran kolegial, dalam arti para guru bisa saling belajar tentang
apa-apa yang dirasakan masih kurang, baik tentang pengetahuan maupun
keterampilannya dalam membelajarkan siswa, dan
7) mengembangkan “The
Eyes to See Students” (kodomo wo miru me), dalam arti dengan
dihadirkannya para pengamat (obeserver), pengamatan tentang perilaku belajar
siswa bisa semakin detail dan jelas.
Manfaat lesson study menurut Lesson
Study Project (LSP), diantaranya:
1) guru dapat mendokumentasikan kemajuan kerjanya,
2) guru dapat memperoleh umpan balik dari
anggota/komunitas lainnya, dan
3) guru dapat
mempublikasikan dan mendiseminasikan hasil akhir dari lesson study.
Dalam konteks pendidikan di Indonesia, manfaat yang ketiga ini dapat dijadikan
sebagai salah satu Karya Tulis Ilmiah Guru, baik untuk kepentingan kenaikan
pangkat maupun sertifikasi guru.
Menurut Slamet Mulyana (2007) ada dua
tipe dalam penyelenggaraan lesson study, yaitu:
1) Lesson Study berbasis
sekolah.
Lesson Study berbasis
sekolah dilaksanakan oleh semua guru dari berbagai bidang studi dengan kepala
sekolah yang bersangkutan. dengan tujuan agar kualitas proses dan hasil pembelajaran
dari semua mata pelajaran di sekolah yang bersangkutan dapat lebih
ditingkatkan.
2) Lesson Study berbasis
MGMP.
Lesson Study berbasis
MGMP merupakan pengkajian tentang proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh
kelompok guru mata pelajaran tertentu, dengan pendalaman kajian tentang proses
pembelajaran pada mata pelajaran tertentu, yang dapat dilaksanakan pada tingkat
wilayah, kabupaten atau mungkin bisa lebih diperluas lagi.
Dalam hal keanggotaan kelompok, Lesson Study Reseach Group dari Columbia
University menyarankan cukup 3-6 orang saja, yang terdiri unsur guru dan kepala
sekolah, dan pihak lain yang berkepentingan. Kepala sekolah perlu dilibatkan
terutama karena perannya sebagai decision maker di sekolah. Dengan
keterlibatannya dalam Lesson Study, diharapkan kepala sekolah dapat mengambil
keputusan yang penting dan tepat bagi peningkatan mutu pembelajaran di
sekolahnya, khususnya pada mata pelajaran yang dikaji melalui Lesson Study.
Selain itu, dapat pula mengundang pihak lain yang dianggap kompeten dan
memiliki kepedulian terhadap pembelajaran siswa, seperti pengawas sekolah atau
ahli dari perguruan tinggi
No comments:
Post a Comment