Oleh Sugeng Pamudji
Kita pasti masih
ingat saat berhadapan dengan anak kita yang berusia sekitar tiga sampai enam
tahun. Atau dengan anak tetangga yang seusia tersebut. Apa salah satu cirinya?
Anak-anak seusia seperti itu biasanya suka sekali bertanya. Apapun yang dia
lihat atau dia pegang akan ditanyakan kepada siapa pun yang ada di sekitarnya.
Tidak hanya benda yang baru dia lihat atau dia pegang yang ditanyakan, namun
benda-benda yang pernah dia tanyakan akan ditanyakan lagi; dan itu terjadi bisa
sampai berkali-kali. Tragisnya orang dewasa di sekitarnya (orangtua, kakak,
tetangga), notabene, orang yang lebih tua atau orang dewasa sering tidak sabar
dalam memberi jawaban jika yang ditanyakan adalah benda yang pernah ditanyakan
sebelumnya. Pernahkah Anda jengkel mengahadapi hal tersebut? Atau bahkan
memarahi si anak tersebut?
Perlu diketahui
bahwa anak bertanya itu berarti anak memiliki rasa ingin tahu. Semakin banyak
bertanya berarti rasa ingin tahunya semakin tinggi. Hendaknya rasa ingn tahu
seperti itu tidak diputus dengan memarahinya. Justru sebaliknya rassa ingin
tersebut hendaknya dikembangkan dengan tetap/ selalu memberi jawaban sesuai
dengan tingkat pemahaman si anak. Apakah Anda termasuk orang yang sudah peduli
untuk mengembangkan rasa ingin tahu si anak? Jika belum ayo kita ubah pola
pikir kita mulai sekarang.
Dalam kenyataannya
rasa ingin tahu seorang anak mengalami penurunan sesuai dengan usianya. Ketika
belum sekolah, masih di rumah bersama orang tuanya, si anak suka sekali
bertanya segala sesuatu. Bahkan sampai menjengkelkan orang yang ditanya.
Kemudian si anak masuk dunia pendidikan PAUD. Sampai di sini si anak masih suka
bertanya. Tapi kita harus ingat berapa anak yang berada di satu ruang dan waktu
yang sama di PAUD tersebut dan berapa pengasuh yang ada. Jika setiap anak
selalu bertanya, maka kemungkinan besar sang pengaruh juga mengalami
kejengkelan kalau harus menjawab setiap pertanyaan dari si anak (semoga hal ini
tidak terjadi). Jika sudah demikian maka rasa ingin tahu si anak terputus.
Selanjutnya si anak
masuk ke Taman Kanak-kanak (TK). Pada usia TK ini si anak tentunya masih
memiliki keingintahuan yang cukup tinggi. Apakah semua guru TK bersikap peduli
dengan rasa ingin tahu yang tinggi pada anak didiknya? Semoga demikian. Namun
jika tidak, maka rasa ingin tahun si anak juga akan terputus di TK ini. Tahukah
akibatnya? Jika si anak tidak memperoleh perhatian yang cukup saat bertanya,
alias tidak mendapat respon yang baik dari guru, atau bahkan jika bertanya
dimarahi, maka si anak tidak akan bertanya lagi untuk masa selanjutnya.
Jika rasa ingin
tahu si anak terus menerus terkebiri saat masuk sekolah maka lama kelamaan si
anak tidak mau bertanya. Hal ini terbukti saat di jenjang pendidikan SMP (Sekolah
Menengah Pertama), sudah jarang sekali anak mengajukan pertanyaan saat guru
memintanya. Tentu hal ini akan berpengaruh pada perkembangan intelektual si
anak. Mengapa demikian, karena bertanya merupakan salah satu modal untuk
mengetahui lebih banyak berbagai hal yang ada di sekitar si anak. Anak-anak
yang kreatif adalah anak-anak yang suka sekali bertanya atau mempertanyakan
berbagai hal yang terjadi di sekitarnya.
Pengalaman penulis
sebagai guru di salah satu SMP Negeri, merasakan sekali anak SMP jika diminta
mengajukan pertanyaan umunya diam, menunduk atau memainkan jari-jemarinya.
Mereka tidak mau bertanya. Oleh karena itu kita harus selalu berupaya mendorong
anak untuk mau bertanya. Apalagi setelah Kurikulum 2013 diluncurkan, salah satu
kemampuan yang dituntut adalah kemampuan anak bertanya. Hal ini merupakan salah
satu unsur dari pendekatan 5M (mengamati, menanya, mengumpulkan informasi,
mengasosiasi, mengomunikasikan). Bahkan jika memungkinkan ditambah satu
kemampuan lagi yaitu mencipta.
Namun apa yang
terjadi setelah para guru menerapkan 5M tersebut di kelasnya masing-masing?
Ternyata banyak guru yang mengeluh bahwa anaknya tidak ada yang mau bertanya,
alias kegiatan menanya jadi kendala. Termasuk penulis mengalami hal serupa. Ini
membuktikan bahwa si anak masih belum terbiasa untuk bertanya saat dalam
kegiatan pembelajaran. apa mau dibiarkan? Tentu tidak. Kita harus selalu
berupaya agar anak memiliki kemampuan dan kemauan bertanya, terutama dalam
kegiatan pembelajaran. mengapa demikain karena kebiasaan bertanya, mencari, dan
menemukan jawaban terhadap hal-hal apa pun, akan mejadikan anak berpikiran
terbuka. Bertanya, mencari, dan menemukan (jawaban) kemudian berulang lagi,
akan meningkatkan pemahaman, melihat lebih jauh, bahkan lebih baik dalam
memutuskan sesuatu. Karena demikian pentingnya bertanya bagi anak, maka kita
harus berupaya semaksimal mungkin mendorong anak untuk bertanya.
Terdapat beberapa cara
agar anak mau bertanya. Berikut ini beberapa cara mendorong anak agar mau
bertanya.
1.
Kenali karakter anak.
Guru atau orangtua
hendaknya menelusuri mengapa si anak jarang/ tidak mau bertanya. Terdapat
terdapat beberapa faktor yang menyebabkan anak jarang/ tidak mau bertanya. Salah
satunya adalah karakter si anak. Ada anak yang pemalu, pendiam, cuek, apatis,
suka bertanya dan lain-lain. Untuk anak yang pendiam dan pemalu, memerlukan
motivasi yang lebih dibanding yang lain. Anak inilah yang perlu diberi stimulus
ataua rangsangan agar memiliki keinginan bertanya.
2.
Berilah pengalaman positif kepada anak
Penulis punya
pengalaman yang seharusnya tidak terjadi anakhirnya penulis harus mengubah cara
ketika ada anak bertanya. Saat itu dalam pembelajaran IPA ada seorang anak yang
bertanya. Karena pertanyaan tersebut berkaitan dengan materi yang telah dibahas
sebelumnya dan saya jelaskan, maka begitu si anak bertanya saya langsung
katakan, “Yang kamu tanyakan itu kan sudah saya jelaskan tadi,mengapa kamu
tanyakan?” Nah, apa yang terjadi? Si anak langsung diam, menunduk, mungkin juga
malu. Yang lebih parah lagi pada pertemuan berikutnya dia tidak mau bertanya
lagi. Rupanya apa yang saya ucapkan pada si anak tersebut menjadi pengalaman
negatif yang bisa memathakan semangat bertanya si anak.
Oleh sebab itu si
anak perlu diberi pengalaman yang positif, menyenangkan sehingga dia merasa
diperhatikan. Yang lebih penting lagi si anak merasa bahwa pertanyaan yang
diajukan itu merupakan pertanyaan penting untuk dijawab atau didiskusikan.
3.
Libatkan anak dalam kegiatan sosial.
Melibatkan anak
dalam kegiatan kelompok merupakan salah satu contoh melibatkan anak dalam
kegiatan sosial. Jika anak terlibat dalamkegiatan sosial maka akan meunbuhkan
rasa percaya diri dan mengikis rasa malunya. Si anak akan menjadi lebih berani
untuk bertanya, memberi penjelasan, berpendapat. Ini akan meningkatkan
keterampilannya secara sosial.
4.
Jangan melabel anak.
Pelabelan, semisal,
"Kamu jadi anak kok bodoh gitu sih, payah!" atau "La kamu
pemalu.” akan membuat anak semakin menarik diri dan tak berani untuk banyak
bertanya, selain juga "membunuh" keingintahuannya. Oleh karena itu
kita jangan suka memberi label kepada si anak yang menyebabkan anak menjadi menarik
diri dan tidak percaya diri. Memberi label kepada anak harus kita hindari.
5.
Beri penguatan
Penguatan bisa
berupa pujian dengan kata-kata seperti bagus, luar biasa, ekselen dan
lain-lain. Bisa juga berupa tanda misalnya jempol. Bahkan bisa juga berupa
hadiah, yang bertanya akan saya mendapat hadiah sebatang pensil. Nah penguatan
seperti itu bisa membuat si anak terangsang untuk bertanya. Bahkan bisa
meningkatkan rasa percaya dirinya.
Bisa juga
6.
Ciptakan lingkungan kondusif beserta stimulasi
Hendaknya
lingkungan di rumah maupun di sekolah memberi contoh. Jangan sampai menuntut
anak banyak bertanya sementara kenyataannya orangtua di rumah atau guru di
sekolah lebih banyak diam, tidak ekspresif atau pemalu, tidak banyak
berinteraksi dengan anak secara verbal, sehingga anak pun akan mencontoh hal
yang sama dari lingkungannya. Orangtua atau guru harus bisa menjadi model atau
mencontohkan perilaku agar anak mau aktif bertanya. Selain itu, jika memang
anak cenderung pendiam, jangan cecar anak atau memaksanya untuk banyak
bertanya. Tapi, seringlah mengajaknya bicara. Tanyalah anak tentang banyak hal
sehingga membuatnya tertarik dan mendorong keingintahuannya. Biasanya dengan
lingkungan yang dirasa nyaman, akan timbul keberaniannya untuk banyak bertanya.
Gunakan media berupa buku, mainan, film, pengalaman jalan-jalan keluar dan
sebagainya. Sehingga dengan wawasan dan pengetahuan yang bertambah akan muncul
ketertarikan anak terhadap segala hal.
7.
Tumbuhkan keberanian.
Di atas sudah
disinggung kerja kelompok akan meningkatkan keberanian anak untuk bertanya.
Selain itu hendaknya tidak selalu melayani anak, berikan kesempatan kepada anak
untuk belajar mandiri dengan mencoba melakukan hal-hal sederhana sendiri.
Berikan semangat, "Ayo, kamu pasti bisa, kok." Jangan lupa, puji
usaha dan keberhasilan-keberhasilan kecil yang diperolehnya. Pujian akan
membuat dirinya merasa berharga dan anak pun dapat mengembangkan kemampuan
bertanya.
Dari uraian
tersebut dapat disimpulkan bahwa kemauan bertanya anak harus kita bangun. Bertanya
merupakan salah satu modal untuk mengetahui lebih banyak berbagai hal yang ada
di sekitar si anak. Anak-anak yang kreatif adalah anak-anak yang suka sekali
bertanya atau mempertanyakan berbagai hal yang terjadi di sekitarnya. Beberapa
cara yang penulis uraikan di atas hanya merupakan contoh saja, pembaca bisa
mengembangkannya cara-cara lain yang bisa merangsang anak mau bertanya. Semoga
bermanfaat.
No comments:
Post a Comment