Tuesday, 7 November 2017

MEMOTIVASI ANAK AGAR MAU BERTANYA

Oleh Sugeng Pamudji
Kita pasti masih ingat saat berhadapan dengan anak kita yang berusia sekitar tiga sampai enam tahun. Atau dengan anak tetangga yang seusia tersebut. Apa salah satu cirinya? Anak-anak seusia seperti itu biasanya suka sekali bertanya. Apapun yang dia lihat atau dia pegang akan ditanyakan kepada siapa pun yang ada di sekitarnya. Tidak hanya benda yang baru dia lihat atau dia pegang yang ditanyakan, namun benda-benda yang pernah dia tanyakan akan ditanyakan lagi; dan itu terjadi bisa sampai berkali-kali. Tragisnya orang dewasa di sekitarnya (orangtua, kakak, tetangga), notabene, orang yang lebih tua atau orang dewasa sering tidak sabar dalam memberi jawaban jika yang ditanyakan adalah benda yang pernah ditanyakan sebelumnya. Pernahkah Anda jengkel mengahadapi hal tersebut? Atau bahkan memarahi si anak tersebut?
Perlu diketahui bahwa anak bertanya itu berarti anak memiliki rasa ingin tahu. Semakin banyak bertanya berarti rasa ingin tahunya semakin tinggi. Hendaknya rasa ingn tahu seperti itu tidak diputus dengan memarahinya. Justru sebaliknya rassa ingin tersebut hendaknya dikembangkan dengan tetap/ selalu memberi jawaban sesuai dengan tingkat pemahaman si anak. Apakah Anda termasuk orang yang sudah peduli untuk mengembangkan rasa ingin tahu si anak? Jika belum ayo kita ubah pola pikir kita mulai sekarang.
Dalam kenyataannya rasa ingin tahu seorang anak mengalami penurunan sesuai dengan usianya. Ketika belum sekolah, masih di rumah bersama orang tuanya, si anak suka sekali bertanya segala sesuatu. Bahkan sampai menjengkelkan orang yang ditanya. Kemudian si anak masuk dunia pendidikan PAUD. Sampai di sini si anak masih suka bertanya. Tapi kita harus ingat berapa anak yang berada di satu ruang dan waktu yang sama di PAUD tersebut dan berapa pengasuh yang ada. Jika setiap anak selalu bertanya, maka kemungkinan besar sang pengaruh juga mengalami kejengkelan kalau harus menjawab setiap pertanyaan dari si anak (semoga hal ini tidak terjadi). Jika sudah demikian maka rasa ingin tahu si anak terputus.
Selanjutnya si anak masuk ke Taman Kanak-kanak (TK). Pada usia TK ini si anak tentunya masih memiliki keingintahuan yang cukup tinggi. Apakah semua guru TK bersikap peduli dengan rasa ingin tahu yang tinggi pada anak didiknya? Semoga demikian. Namun jika tidak, maka rasa ingin tahun si anak juga akan terputus di TK ini. Tahukah akibatnya? Jika si anak tidak memperoleh perhatian yang cukup saat bertanya, alias tidak mendapat respon yang baik dari guru, atau bahkan jika bertanya dimarahi, maka si anak tidak akan bertanya lagi untuk masa selanjutnya.
Jika rasa ingin tahu si anak terus menerus terkebiri saat masuk sekolah maka lama kelamaan si anak tidak mau bertanya. Hal ini terbukti saat di jenjang pendidikan SMP (Sekolah Menengah Pertama), sudah jarang sekali anak mengajukan pertanyaan saat guru memintanya. Tentu hal ini akan berpengaruh pada perkembangan intelektual si anak. Mengapa demikian, karena bertanya merupakan salah satu modal untuk mengetahui lebih banyak berbagai hal yang ada di sekitar si anak. Anak-anak yang kreatif adalah anak-anak yang suka sekali bertanya atau mempertanyakan berbagai hal yang terjadi di sekitarnya.
Pengalaman penulis sebagai guru di salah satu SMP Negeri, merasakan sekali anak SMP jika diminta mengajukan pertanyaan umunya diam, menunduk atau memainkan jari-jemarinya. Mereka tidak mau bertanya. Oleh karena itu kita harus selalu berupaya mendorong anak untuk mau bertanya. Apalagi setelah Kurikulum 2013 diluncurkan, salah satu kemampuan yang dituntut adalah kemampuan anak bertanya. Hal ini merupakan salah satu unsur dari pendekatan 5M (mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, mengomunikasikan). Bahkan jika memungkinkan ditambah satu kemampuan lagi yaitu mencipta.
Namun apa yang terjadi setelah para guru menerapkan 5M tersebut di kelasnya masing-masing? Ternyata banyak guru yang mengeluh bahwa anaknya tidak ada yang mau bertanya, alias kegiatan menanya jadi kendala. Termasuk penulis mengalami hal serupa. Ini membuktikan bahwa si anak masih belum terbiasa untuk bertanya saat dalam kegiatan pembelajaran. apa mau dibiarkan? Tentu tidak. Kita harus selalu berupaya agar anak memiliki kemampuan dan kemauan bertanya, terutama dalam kegiatan pembelajaran. mengapa demikain karena kebiasaan bertanya, mencari, dan menemukan jawaban terhadap hal-hal apa pun, akan mejadikan anak berpikiran terbuka. Bertanya, mencari, dan menemukan (jawaban) kemudian berulang lagi, akan meningkatkan pemahaman, melihat lebih jauh, bahkan lebih baik dalam memutuskan sesuatu. Karena demikian pentingnya bertanya bagi anak, maka kita harus berupaya semaksimal mungkin mendorong anak untuk bertanya.
Terdapat beberapa cara agar anak mau bertanya. Berikut ini beberapa cara mendorong anak agar mau bertanya.
1.      Kenali karakter anak.
Guru atau orangtua hendaknya menelusuri mengapa si anak jarang/ tidak mau bertanya. Terdapat terdapat beberapa faktor yang menyebabkan anak jarang/ tidak mau bertanya. Salah satunya adalah karakter si anak. Ada anak yang pemalu, pendiam, cuek, apatis, suka bertanya dan lain-lain. Untuk anak yang pendiam dan pemalu, memerlukan motivasi yang lebih dibanding yang lain. Anak inilah yang perlu diberi stimulus ataua rangsangan agar memiliki keinginan bertanya.
2.      Berilah pengalaman positif kepada anak
Penulis punya pengalaman yang seharusnya tidak terjadi anakhirnya penulis harus mengubah cara ketika ada anak bertanya. Saat itu dalam pembelajaran IPA ada seorang anak yang bertanya. Karena pertanyaan tersebut berkaitan dengan materi yang telah dibahas sebelumnya dan saya jelaskan, maka begitu si anak bertanya saya langsung katakan, “Yang kamu tanyakan itu kan sudah saya jelaskan tadi,mengapa kamu tanyakan?” Nah, apa yang terjadi? Si anak langsung diam, menunduk, mungkin juga malu. Yang lebih parah lagi pada pertemuan berikutnya dia tidak mau bertanya lagi. Rupanya apa yang saya ucapkan pada si anak tersebut menjadi pengalaman negatif yang bisa memathakan semangat bertanya si anak.
Oleh sebab itu si anak perlu diberi pengalaman yang positif, menyenangkan sehingga dia merasa diperhatikan. Yang lebih penting lagi si anak merasa bahwa pertanyaan yang diajukan itu merupakan pertanyaan penting untuk dijawab atau didiskusikan.

3.      Libatkan anak dalam kegiatan sosial.
Melibatkan anak dalam kegiatan kelompok merupakan salah satu contoh melibatkan anak dalam kegiatan sosial. Jika anak terlibat dalamkegiatan sosial maka akan meunbuhkan rasa percaya diri dan mengikis rasa malunya. Si anak akan menjadi lebih berani untuk bertanya, memberi penjelasan, berpendapat. Ini akan meningkatkan keterampilannya secara sosial.

4.      Jangan melabel anak.
Pelabelan, semisal, "Kamu jadi anak kok bodoh gitu sih, payah!" atau "La kamu pemalu.” akan membuat anak semakin menarik diri dan tak berani untuk banyak bertanya, selain juga "membunuh" keingintahuannya. Oleh karena itu kita jangan suka memberi label kepada si anak yang menyebabkan anak menjadi menarik diri dan tidak percaya diri. Memberi label kepada anak harus kita hindari.

5.      Beri penguatan
Penguatan bisa berupa pujian dengan kata-kata seperti bagus, luar biasa, ekselen dan lain-lain. Bisa juga berupa tanda misalnya jempol. Bahkan bisa juga berupa hadiah, yang bertanya akan saya mendapat hadiah sebatang pensil. Nah penguatan seperti itu bisa membuat si anak terangsang untuk bertanya. Bahkan bisa meningkatkan rasa percaya dirinya.
Bisa juga

6.      Ciptakan lingkungan kondusif beserta stimulasi
Hendaknya lingkungan di rumah maupun di sekolah memberi contoh. Jangan sampai menuntut anak banyak bertanya sementara kenyataannya orangtua di rumah atau guru di sekolah lebih banyak diam, tidak ekspresif atau pemalu, tidak banyak berinteraksi dengan anak secara verbal, sehingga anak pun akan mencontoh hal yang sama dari lingkungannya. Orangtua atau guru harus bisa menjadi model atau mencontohkan perilaku agar anak mau aktif bertanya. Selain itu, jika memang anak cenderung pendiam, jangan cecar anak atau memaksanya untuk banyak bertanya. Tapi, seringlah mengajaknya bicara. Tanyalah anak tentang banyak hal sehingga membuatnya tertarik dan mendorong keingintahuannya. Biasanya dengan lingkungan yang dirasa nyaman, akan timbul keberaniannya untuk banyak bertanya. Gunakan media berupa buku, mainan, film, pengalaman jalan-jalan keluar dan sebagainya. Sehingga dengan wawasan dan pengetahuan yang bertambah akan muncul ketertarikan anak terhadap segala hal.
7.      Tumbuhkan keberanian.
Di atas sudah disinggung kerja kelompok akan meningkatkan keberanian anak untuk bertanya. Selain itu hendaknya tidak selalu melayani anak, berikan kesempatan kepada anak untuk belajar mandiri dengan mencoba melakukan hal-hal sederhana sendiri. Berikan semangat, "Ayo, kamu pasti bisa, kok." Jangan lupa, puji usaha dan keberhasilan-keberhasilan kecil yang diperolehnya. Pujian akan membuat dirinya merasa berharga dan anak pun dapat mengembangkan kemampuan bertanya.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kemauan bertanya anak harus kita bangun. Bertanya merupakan salah satu modal untuk mengetahui lebih banyak berbagai hal yang ada di sekitar si anak. Anak-anak yang kreatif adalah anak-anak yang suka sekali bertanya atau mempertanyakan berbagai hal yang terjadi di sekitarnya. Beberapa cara yang penulis uraikan di atas hanya merupakan contoh saja, pembaca bisa mengembangkannya cara-cara lain yang bisa merangsang anak mau bertanya. Semoga bermanfaat.




No comments:

Post a Comment