Sunday, 7 October 2018

ANALISIS FILOSOFIS DISERTASI


ANALISIS FILOSOFIS DISERTASI 2

A.     IDENTITAS DISERTASI
1.    Judul                      : SIKAP KEPEMIMPINAN DALAM PENGELOLAAN SEKOLAH DASAR INKLUSI DI SURABAYA (Studi Multi Kasus di Sekolah Dasar Kreatif Muhamadiyah 16 Surabaya dan Sekolah Dasar Negeri Percobaan Surabaya)
2.    Peneliti                  : Endang Purbaningrum
3.    Perguruan tinggi    : UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA, PASCA SARJANA, PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
4.    Tahun                    : 2018

B.     ANALISIS DARI SUDUT  PANDANG ONTOLOGI
Kajian antologi adalah kajian yang berkaitan tentang objek yang ingin diketahui, seberapa jauh yang ingin diketahui, dan mengkaji tentang teori yang ada. Sehubungan dengan hal tersebut, dilihat dari judul disertasi yang dianalisis, obyek yang diteliti adalah manusia yaitu tentang sikap kepemimpinan kepala sekolah dalam pengelolaan Sekolah Dasar Inklusi.
Sikap kepemimpinan yang dimiliki oleh seseorang tidak akan terlepas dari kemampuan seseorang dalam memengaruhi orang lain. Menurut (Robbins, 2003) kepemimpinan merupakan  kemampuan yang dimiliki oleh seseorang dalam upaya untuk meraih visi, misi, dan tujuan tertentu yang telah ditetapkan. Hal yang sama dikemukakan juga oleh Haris (2003) kepemimpinan adalah sebuah kemampuan dari seorang pemimpin atau manajer dalam mengajak semua pihak untuk bekerja sama dalam meraih suatu tujuan yang telah ditetapkan dengan semangat tinggi dan kepercayaan diri .
Konsep inklusi memberikan pemahaman mengenai pentingnya penerimaan anak-anak yang berkebutuhan khusus ke dalam kurikulum, lingkungan, dan interaksi sosial yang ada di sekolah. Dengan demikian, diharapkan bahwa sekolah bisa menerima anak-anak yang berkebutuhan khusus tersebut untuk mengikuti program pendidikan atau proses pembelajaran.
Gavin (2005) menyatakan bahwa sekolah inklusi didasarkan atas dasar prinsip persamaan, keadilan, dan hak individu. Hal ini juga diungkapkan oleh Smith (2006) yang menyatakan bahwa istilah inklusi digunakan untuk mendiskripsikan penyatuan anak-anak yang berkebutuhan khusus tersebut ke dalam program sekolah.
Dasar hukum pendirian sekolah inklusi ini dilandasi oleh UU RI No. 4 tahun 1997 pasal 6 ayat 1 dan anak tentang penyandang cacat yang isinya adalah bahwa setiap penyandang cacat berhak memperoleh pendidikan pada semua sektor, jalur, dan jenjang pendidikan. Selain itu hal yang sama juga telah dinyatakan oleh pemerintah melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 70 tahun 2009 yang menyatakan bahwa yang dimaksud dengan sekolah inklusi adalah suatu lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan sama kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa  untuk mengikuti pendidikan dan pembelajaran dalam lingkungan pendidikan secara bersama-sama. Peserta didik yang berkebutuhan khusus tersebut akan memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk mengembangkan potensi dan cita-citanya.
Jadi objek yang ingin diketahui lebih mendalam dalam disertasi ini adalah bagaimana peran atau hubungan sikap kepemimpinan kepala sekolah yang berorientasi pada tugas dan hubungan dalam melakukan pengelolaan di Sekolah Dasar Inklusi, berdasarkan judul tesis yang dianalisis yaitu “Sikap Kepemimpinan dalam Pengelolaan Sekolah Dasar Inklusif di Surabaya”  (Studi Multi Kasus di SD Kreatif Muhammadiyah 16 Surabaya dan SD Negeri Percobaan Surabaya).
Dari pemaparan sebelumnya mengenai kajian ontologinya, maka dalam hal tersebut penulis menganut aliran empirisme, yaitu hasil kajiannya didasarkan dari data yang diperoleh dalam kegiatan yang telah diteliti dalam kehidupan.

C.     ANALISIS DARI SUDUT PANDANG EPISTIMOLOGI:
Kajian epistimologi atau langkah-langkah ilmiah dalam penelitian ini menggunakan rancangan penelitian studi multi kasus dengan pendekatan kualitatif.  Hal ini sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan yaitu mendiskripsikan pola atau bentuk sikap kepemimpinan dengan orientasi pada tugas dan hubungan tiap individu warga sekolah dalam pengelolaan sekolah inklusi.
Variabel penelitian yaitu pengelolaan sekolah inklusi, sikap kepemimpinan orientasi tugas, dan sikap kepemimpinan orientasi hubungan. Adapun yang menjadi subyek penelitian adalah warga Sekolah Dasar Kreatif Muhamadiyah 16 Surabaya dan Sekolah Dasar Negeri Percobaan yang meliputi ketua yayasan, komite sekolah, kepala sekolah, wakil kepala sekolah, dan staf guru di dua sekolah inklusi tersebut.
Lokasi dan waktu penelitian adalah di SD Kreatif Muhamadiyah 16 Surabaya yang bertempat di Jalan Baratajaya V Barat No. 2-4 Surabaya dan SD Negeri Percobaan Surabaya di kompleks kampus UNESA di Gedangan Jalan raya Sedati KM 2 Gedangan Sidoarjo.
Dalam mengumpulkan data, teknik yang digunakan peneliti adalah menggunakan teknik interview mendalam, observasi, dan dokumen. Teknik interview mendalam sangat penting untuk untuk memperoleh data primer dari sumber data atau partisipan. Teknik observasi dan dokumentasi untuk memperoleh data skunder.
Setelah mendapatakan data, selanjutnya peneliti menguji keabsahan data dengan menggunakan beberapa kriteria yaitu kredibilitas, depandibilitas, komfirmabilitas, dan transfeabilitas. Setelah mendapatkan data yang valid, kemudian peneliti melakukan analisis data yang meliputi (1) tahap kondensasi data, (2) tahap display/ penyajian data, dan (3) tahap verifikasi data pnelitian/penarikan kesimpulan yang dilakukan dalam bentuk interaktif dengan proses pengumpulan data sebagai siklus.

D.     ANALISIS DARI SUDUT PANDANG AKSIOLOGI:
Adapun manfaat dari disertasi ini adalah:
1.      Manfaat teoritis
Memberikan kontribusi pengembangan keilmuan di bidang manajemen pendidikan mengenai sikap kepemimpinan  dalam dunia pendidikan atau sekolah inklusif khususnya.

2.      Manfaat praktis:
a.      Menjadi inspirasi dalam menunjukkan sikap kepemimpinan dalam menyelenggarakan sekolah
b.      Menjadi pedoman guru dalam melaksanakan tugas dan kewajiban profesinya sebagai guru dengan penuh jiwa kepemimpinan.
c.      Menjadi bahan kebijakan dalam merumuskan suatu kebijakan sekolah
d.      Menjadi bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya.

E.     TESIS:
Sikap kepemimpinan orientasi tugas
1.      Adanya keberhasilan dalam penyelesaian tugas secara kooperatif dalam mendukung pengelolan sekolah inklusi (MD)
2.      Adanya keberhasilan dalam penyelesaian tugas secara mandiri dan aktif dalam mendukung pengelolan sekolah inklusi (SDP)

Sikap kepemimpinan orientasi hubungan:
1.      Dampak penerapan sikap kepemimpinan orientasi hubungan adalah mampu menciptakan keharmonisan antar individu.(MD)
2.      Dampak penerapan sikap kepemimpinan orientasi hubungan adalah mampu menciptakan sebuah komitmen dan bentuk pengabdian dalam mendukung pengelolaan pengembangan sekolah inklusi. (SDP)
Jadi kesimpulan dari disertasi di atas adalah “Sekolah inklusi yang berkualitas adalah sekolah yang mampu menerapkan sikap kepemimpinan yang berorientasi pada tugas dan sikap kepemimpinan yang berorientasi pada hubungan dalam pengelolaan sekolah inklusi”

F.      ANTITESIS:
Antitesis dari hasil disertasi di atas adalah; “Faktor pendukung keberhasilan sekolah inklusi adalah kompetensi GPK (Guru Pendamping Khusus), sarana dan prasarana sekolah yang memadai, serta keterlibatan orang tua.” (Rinita Rosalinda Dewi: 2015)

G.     SINTESIS:
Faktor pendukung keberhasilan sekolah inklusi tidak hanya dari sikap kepemimpinan dalam pengelolaan sekolah, tetapi kompetensi GPK (Guru Pendamping Khusus), sarana dan prasarana sekolah yang memadai, serta keterlibatan orang tua juga menjadi faktor penting.

ANALISIS FILOSOFIS DISERTASI


ANALISIS FILOSOFIS DISERTASI

A.     IDENTITAS DISERTASI
1.    Judul                      : MANAJEMEN INOVASI PEMBELAJARAN  PADA KELAS UNGGULAN (StudiMultisitus di MTsN Model Praya dan MTsN 1 Model Mataam)
2.    Peneliti                  : AHYAR, NIM 11730042
3.    Perguruan tinggi    : UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA IBRAHIM MALANG, PASCA SARJANA, PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
4.    Tahun                    : 2015

B.     ANALISIS ONTOLOGIS
Kajian secara ontologis adalah kajian yang dilakukan dalam rangka menjawab pertanyaan, Apakah yang ingin diketahui disertasi? Apakah objek yang ditelaah ilmu? Bagaimanakah hakikat dari objek itu? Bagaimanakah hubungan antara objek tadi dengan daya tangkap manusia yang membuahkan pengetahuan dan ilmu? Setelah memperhatikan judul disertasi tersebut, maka kajian ontologi atau asal-usul keilmuannya adalah dalam bidang ilmu manajemen yakni ilmu manajemen dalam inovasi pembelajaran yang diterapkan pada kelas unggulan. Lebih lanjut yang menjadi fokus penelitian adalah 1) konsep inovasi pembelajaran, 2) implementasi fungsi-fungsi manajemen inovasi pembelajaran dan 3) implementasi manajemen inovasi pembelajaran.
Inovasi yang di perhatikan dalam penelitian ini adalah:
1.      Inovasi pendekatan pembelajaran.
Inovasi pendekatan pembelajaran menitikberatkan pada upaya bagaimana peserta didik belajar kreatif dengan pola-polanya sendiri dengan tanpa keluar dari rambu-rambu belajar yang telah diatur. Gagne mendefinisikan belajar sebagai suatu proses terjadinya tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman dari dalam dan dari luar. Belajar pada hakekatnya adalah suatu aktivitas yang mengharapkan perubahan tingkah laku pada individu yang sedang belajar.

2.    Inovasi kurikulum yang diperkaya.
Inovasi terhadap kurikulum antara lain meliputi elemen kesiapan guru (readiness teacher), media, lingkungan belajar (learning environment), waktu (time), sarana, serta manajemen/ pengelolaan. Kurikulum yang dikembangkan dalam kelas unggulan dikelompokkan menjadi dua, yaitu kelompok kelas olimpiade dan kelompok kelas pengayaan. Hal ini berarti terjadi proses perubahan dengan menambah dari kurikulum yang telah ada. Stephen Robbins mendefinisikan inovasi sebagai suatu gagasan baru yang diterapkan untuk memprakarsai atau memperbaiki suatu produk (dalam hal ini kurikulum) atau proses dan jasa.

3.    Inovasi metode pembelajaran.
Para guru yang terlibat dalam kelas unggulan harus memiliki komitmen untuk melakukan inovasi pendekatan maupun metode pembelajaran. Beberapa inovasi yang dilakukan adalah Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan dan Inovatif (PAKEMI), metode latihan (drill methode). Terdapat dua teori yang mendasari inovasi metode pembelajaran ini, yaitu teori belajar konstruktivisme dan teori perkembangan kognitif.
Teori belajar konstruktivisme menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan lama dan merevisinya apabila ada aturan-aturan yang tidak lagi sesuai. Satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberi pengetahuan kepada siswa, namun siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan idenya dan memberikan pemahaman yang lebih tinggi.
Kemudian teori perkembangan kognitif menyatakan lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajarnya. Proses belajar antara lain mencakup pengaturan stimulus yang diterima dan menyesuaikannya dengan struktur kognitif yang sudah terbentuk. Menurut teori ini belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang nampak.

4.    Inovasi media pembelajaran.
Inovasi alat dan media pembelajaran dikembangkan sesuai dengan kebutuhan peserta didik.  Dalam inovasi media pembelajaran ini kata kuncinya adalah bagaimana alat dan media yang ada dapat menopang dan mendongkrak minat, motivasi, dan prestasi peserta didik. Selain itu juga dilakukan inovasi perangkat pembelajaran menggunakan e-learning.

5.    Inovasi alokasi waktu pembelajaran.
Pada kelas unggulan dilakukan penambahan waktu pembelajaran. Dasar dari penambahan waktu ini adalah: 1) kebutuhan; 2) mutu; 3) layanan pembelajaran prima.

C.     KAJIAN EPISTEMOLOGIS
Epistemologi mengkaji mengenai bagaimana cara memperoleh pengetahuan. Kajian ini membahas secara mendalam mengenai proses yang terlihat dalam usaha kita untuk memperoleh pengetahuan. Dalam disertasi ini, penelitiannya menggunakan pendekatan kulitatif dengan jenis studi kasus dan rancangan studi multisitus. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan secara berulang-ulang melalui analisis dalam kasus tunggal dan lintas kasus. Teknik yang digunakan untuk menganalisis data adalah teknik deskriptif melalui Analysis Interactive Model, yang terdiri dari koleksi data, reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan. Untuk pengecekan keabsahan data dilakukan melalui credibility, transferaility, dependability, dan konfirmability.
Sebagai objek penelitian adalah MTsN Praya dan MTsN I Model Mataram. Pada kedua MTsN tersebut  melakukan inovasi-inovasi yang diterapkan pada kelas unggulan.


D.     KAJIAN AKSIOLOGIS
Dalam kajian aksiologi ini melihat kemanfaatan dari disertasi. Untuk itu juga harus diketahui bagaiman kesimpulan dari penelitiannya.
1.      Kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini adalah:
a.      Inovasi pembelajaran pada kedua MTsN belum sepenuhnya berjalan dengan baik, karena masih ada guru yang kurang memiliki persepsi dan pemahaman yang utuh tentang konsep inovasi pembelajaran yang unggul.
b.      Implementasi fungsi-fungsi manajemen inovasi pembelajaran dijalankan melalui:
1)     Perencanaan inovasi pembelajaran didesain melalui standar seleksi yang middle, standar proses academic exelent based,  spiritual learning, dan standar output yang unggul.
2)     Pengorganisasian inovasi pembelajaran dengan pengorganisasian kurikulum yang diperkaya (enriched curriculum) dengan kurikulum olimpiade sains, bahasa, dan agama; pengorganisasian alokasi waktu pembelajaran; pengorganisasian peran dan tugas guru; dan pengorganisasian sumber belajar.
3)     Pelaksanaan inovasi pembelajaran diimplementasikan melalui kurikulum yang diperkaya (enriched curriculum) dengan rumpun bidang studi olimpiade sains, bahasa, dan agama; penataan kelas dengan moving class; pengelolaan media berbasis IT, program penajaman, pengayaan, remidial dan pembinaan; dan full day school.
4)     Evaluasi inovasi pembelajaran dengan menggunakan jenis tes sumatif dan formatif, mastery learning serta try out dengan high competition.
c.      Implikasi manajemen inovasi pembelajaran pada kelas telah memberikan kontribusi terbangunnya sistem pembelajaran yang integratif, standarisasi guru, dan reputasi madrasah.

2.    Manfaat penelitian
a.      Manfaat teoritis:
Menjadi sumbangan positif bagi pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang kajian manajemen pendidikan khususnya dalam manajemen inovasi pembelajaran. dapat menjadi referensi atau rujukan yang bermanfaat bagi kemajuan perkembangan ilmu manajemen di masayang akan datang.
b.      Manfaat praktis:
Memberi sumbangan positif  bagi kalangan guru, madrasah, akademisi, pemerintah (Kemenag), peneliti lain.
1)     Bagi guru penelitian ini bermanfaat untuk rujukan dalam mengembangkan model-model inovasi pembelajaran mutahir dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas.
2)     Bagi madrasah penelitian ini bermanfaat sebagai sumber informasi sekaligus referensi dalam rangka perbaikan-perbaikan model-model pelayanan pembelajaran kepada peserta didik.
3)     Manfaat bagi akademisi adalah sebagai sumbangan positif dan tambahan informasi dalam upaya mengembangkan konsep inovasi pembelajaran secara lebih mendalam dan komprehensif di masa yang akan datang.
4)     Manfaat bagi pemerintah adalah sebagai bahan kajian dan referensi yang dapat dijadikan rujukan oleh pemerintah dalam menentukan kebijakan yang terkait langsung dengan  pengelolaan pembelajaran di madrasah. Sedangkan manfaat bagi peneliti lain adalah sebagi bahan kajian dan referensi yang dapat dijadikan rujukan penelitian yang berkaitan dengan inovasi-inovasi pembelajaran.

Saturday, 15 September 2018

FILSAFAT


BUKU 1 FILSAFAT
TARAF-TARAF KEPASTIAN SUBJEKTIFITAS DAN OBJEKTIFITAS
Oleh: Sugeng Pamudji


Kepastian yang dikejar oleh ilmu-ilmu empiris memiliki dua arti, yaitu kepastian tentang explanansi gejala-gejala yang diselidiki dan kepastian hukum yang berlaku. Dari kepastian yang dikejar itu ternyata yang bisa dicapai hanya suatu keterpercayaan yang tidak pernah dapat mencapai nilai 1. Rumus: 0<p(H,P)<1.
Dalam rangka setiap ilmu empiris, ada arah atau kecenderungan bawaan, yaitu bahwa keterpercayaan segala ungkapan makin mendekati nilai 1, sekaligus tidak akan pernah bisa mencapainya. Evidensi(bukti) dalam bidang ilmu-ilmu empiris selalu bersifat nisbi, dengan demikian berakibat bahwa kepastian juga bersifat nisbi.
Dalam ilmu-ilmu pasti, dikatakan bahwa dalam konteks penemuan (cantext of discovery), sebagai ungkapan mengenai usaha coba-coba, rumus 0<p(H,P)<1 berlaku. Namun dalam konteks pembenaran (context of justification) dari salah satu sistem matematika atau logika yang sudah jadi dan berdiri sendiri-sendiri, tidak ada hipotesa lagi, melainkan hanya ungkapan-ungkapan yang bersifat aksiomatis (pendapat-pendapat) dan dalil-dalil, yang semuanya, tanpa kecuali, tidak bisa lain selain bernilai 1. Sehingga dapat dirumuskan p(AD, P) = 1.
Dalam abad ke-20, pokok perhatian filsafat dan ilmu-ilmu sering diarahkan lagi pada “benda pada dirinya sendiri” (Husserl) dan dalam bidang-bidang ilmu-ilmu alam dilakukan penyelidikan atas dasar-dasar ilmu (foundational research), antara lain persoalan mengenai materi itu sebenarnya apa.
Sesuai dengan ilham yang mendalam dari Kant dan Husserl, maka dapat dikatakan bahwa ada kesatuan antara aku dan objek, kesatuan antara subjek dan objek ini bersifat lebih asli dan azasi daripada dualitas.
Mutu kepastian dalam filsafat paling meyakinkan dan paling tinggi, sekaligus paling pribadi, paling bebas. Hal ini disebabkan evidensi objek bersangkutan dialami subjek dengan cara paling dalam berdasarkan kesatuan subjek dan objek. Dalam bidang ilmu-ilmu kemanusiaan, evidensi objek juga dialami subjek secara mendalam berdasarkan kesatuan antara keduanya. Evidensi objek ditandai oleh subjek. Oleh sebab itu mutu kepastian juga sangat tinggi sekaligus bersifat pribadi dan bersifat bebas.
Dalam ilmu-ilmu alam hubungan kesatuan subjek-objek lebih ditandai oleh dualitas. Evidensi objek kurang mendalam, kurang mencapai inti kemampuan pengetahuan si subjek. Dengan demikian mutu kepastiannya kurang meyakinkan, lebih bersifat sementara, siap dikalahkan dari luar tanpa adanya pegangan yang bersifat pribadi.
Dalam ilmu-ilmu pasti ada kesatuan subjek dan objek bahkan dapat dianggap sebagai yang paling mendalam, sebab setiap sistem konkret secara harfiah diadakan dan diciptakan oleh subjek, maka evidensinya menjadi paling tinggi dan mutlak bagi setiap ilmuwan yang memeluknya. Sehingga kepastiannya dalam rangka sistem yang sudah dipilih secara bebas itu menjadi mutlak dan mengikat tanpa ada tempat lagi untuk kebebasan.



FILSAFAT


BUKU 1 FILSAFAT
ADA TIDAKNYA KEBENARAN-KEBENARAN ITU APA
Oleh: Sugeng Pamudji


Dalam ilmu empiris kata “tepat” dipakai terhadap cara kerja,misalnya cara kerja penemuan-penemuan. Sedang untuk kata “benar” dipakai terhadap pengetahuan itu sendiri. Untuk teori kebenaran ada dua, yaitu teori tentang kebenaran yang terwujud dalam praktik ilmu (pragmatic theory of truth) dan teori tentang kebenaran yang terlaksana dalam ungkapan manusia  (performative theory of truth). Teori yang pertama berasal dari Amerika dengan para pendiri Charles S. Piere (1839-1914), William James  (1842-1910), dan John Dewy (1859-1952). Salah satu gagasannya adalah bahwa satu bidang pengetahuan dapat diberi nama tempelan “benar” – umpamanya ilmu tertentu atau agama tertentu — apabila hasil material ilmu pengetahuan maupun hasil spiritual agama itu berdaya upaya, maka terlaksanalah kebenaran. Teori yang kedua berasala dari Inggris dengan pendirinya Frank Plumpton Ramsey (1903-1930), John Langshaw Austin (1911-1960) dan Peter Frederick Strawson (1919-…). Ramsey berpendapat bahwa “benar” itu berlebihan saja, sedangkan kata “salah” hanya menyatakan bahwa kalimat bersangkutan tidak berarti sama sekali.
Anggapan tentang kebenaran yang menyatakan bahwa kebenaran sebagai keteguhan itu agak dekat dengan anggapan tentang tepatnya ilmu-ilmu pasti. Juga anggapan tentang kebenaran yang terwujud dalam praktik ilmu dapat diterapkan pada praktik ilmu-ilmu pasti,meski berdaya upaya dalam ilmu-ilmu ini bersifat formal semata-mata.

A.    Pokok-pokok Sejarah Filsafat tentang Kebenaran
Pada masa kuno anggapan kebenaran diantaranya berasal dari Plato. Menurut tafsiran Martin Heidegger, gagasan Plato ialah bahwa kebenaran merupakan “ke-tak-tersembunyian adanya”. Kebenaran tidak dapat dicapai manusia selama di dunia ini. Kebenaran menurut anggapan Plato adalah sesuatu yang terdapat pada apa yang dikenal, atau pada apa yang dikejar untuk dikenal.
Dalam anggapan Aristoteles tentang kebenaran, subjek pengetahuan itu lebih penting daripada pandangan Plato. Namun pengetahuan yang paling benar dan paling luhur terjadi kalau si pengenal (idealitas) dan apa yang dikenal (realitas) itu identik satu sama lain dalam pengetahuan akal yang sempurna, seperti yang ditegaskan Aristoteles dalam karyanya Peri Psuches.
Thomas Aquinas membedakan varitas ontologica (kebenaran ontologis) dan varitas logica (kebenaran logis).kebenaran ontologis terdapat dalam kenyataan entah spiritual maupun material dan masih lepas dari gejala pengetahaun. Kebenaran logis terdapat dalam akal yang mengenal.kebenaran logis ini merupakan kebenaran dalam arti yang sesungguhnya. Thomas memberi batasan: penyamaan akal dan kenyataan. Menurut Thomas, hadirnya dan terlaksananya kebenaran dalam pengetahuan manusia terjadi dalam bentuk pengarahan, melalui proses yang tak ada hentinya dan tak bisa lepas dari indera.
Nominalisme abad pertengahan berhaluan skpetis. Kata “benar” hanyalah tempelan, atau disebut juga hembusan angin lalu begitu saja pada benda atau pada ungkapan manusia. Kebenaran tidak diakui oleh para nominalis sebagai sesuatu yang berarti atau ada.
Decrates menganggap cara untuk ada tidaknya kebenaran ialah ada tidaknya adea yang jelas dan terpilah-pilah mengenai sesuatu. Ide yang jelas dan terpilah-pilah itu menjadi benar.
Kant menganggap bahwa kebenaran itu ada pada pihak si pengenal saja, sebagai akibat kesan-kesan dari luar yang ditangkap lewat indera sudah diterima dalam susunan apriori ruang dan waktu si pengenal. Kebenaran ini berupa format-format semata.
Idealisme Jerman abad ke-19 menganggap bahwa dalam sejarah terwujudlah kebenaran dalam pengungkapan dan perkembangan roh, yang baru mencpai kebenaran sungguh-sungguh pada akhir seluruh perjalanannya sambil mencakup segala langkah yang sudah ditempuh, dalam kesamaan mutlak subjek pengenal dan objek yang dikenal.
Para penganut fenomenalogi dan eksistensialisme abad ke-20 menganggap bahwa kebenaran itu apa yang kumiliki dan kusadari sebagai subjek pengetahuan (ini lebih dirasakan dalam fenomenologi), bahkan apa yang kuadakan dan kutemukan secara bebas dalam perwujudan diriku (ini lebih ditekankan eksistensialisme).
Dalam lingkungan Yahudi dan Timur paham mengenai kebenaran meliputi wilayah yang lebih luas daripada dalam lingkungan Barat, mencakup kesetiaan, ketekunan, melanjutkan apa yang sedang jadi, menyetujui dan mengucapkan apa yang kiranya dikehendaki atau diinginkan sesama, khususnya yang berkedudukan lebih tinggi daripada saya yang berbicara.

B.     Apa itu kebenaran?
Kebenaran adalah kenyataan adanya (being) yang menampakkan diri sampai masuk akal. Pengalaman tentang kebenaran itu dialami akal si pengenal dalam kesamaannya dengan kenyataan adanya yang menampakkan diri kepadanya.

C.     Penialian Filafat atas Kebenaran Ilmu-ilmu
Salah satu tugas pokok filsafat illmu pengatahuan ialah menilai hasil ilmu-ilmu pengetahuan dilihat dari sudut pengetahuan manusia seutuhnya. Tugas itu menyangkut dua bidang sehubungan dengan masalah kebenaran: 1) ikut menilai apa yang dianggap “tepat” dan “benar” dalam ilmu-ilmu; 2) memberi penilaian tentang sumbangan ilmu-ilmu pada perkembangan pengetahuan manusia guna mencapai kebenaran.

D.    Kesimpulan umum tentang kedudukan kebenaran
Kebenaran pertama-tama berkedudukan dalam diri si pengenal. Kebenaran diberi batasan sebagai penyamaan akal dengan kenyataan, yang terjadi pada taraf inderawi maupun akal budi tanpa pernah sampai pada kesamaan sempurna yang dituju kebenaran dalam pengalaman manusia.


ooooo

Tuesday, 11 September 2018

CONTOH PROGRAM SUPERVISI


PROGRAM SUPERVISI PENGAJARAN
SMP NEGERI ……
SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN …………..


I.        PENDAHULUAN
A        Dasar Penilaian
Kegiatan supervisi pengajaran tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar mengajar. Kurikulum Berbasis Kompetensi berorientasi kepada pengembangan kompetensi peserta didik. Dengan demikian kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan oleh guru bersama siswa berupa kegiatan siswa berupa kegiatan belajar mengajar siswa dalam konteks KBK.
Pelaksanaan kurikulumberbasis kompetensi, menuntut kemampuan baru pada guru untuk  dapat mengelola proses pembelajarannya secara efektif. Tingkat produktivitas sekolah dalam memberikan peyanan secara efisien kepada pengguna (peserta didik, mayarakat) akan sangat tergantung pada kualitas guru-gurunya yang terlibat langusng dalam proses pembelajaran dan pada keefektifan mereka dalam melaksanakan tanggung jawabnya. Guru harus mampu berperan sebagai desainer (perencana), implementor (pelaksana) dan evaluator (penilai) kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan kinerja para guru maka perlu dilaksanakan supervisi.

B        Tujuan Supervisi
Tujuan supervisi pengajaran dalam implementasi kurikulum berbasis kompetensi adalah agar para guru dan tanaga kependidikan di sekolah :
1.       Memiliki pemahaman yang tepat tentang pelaksanaan pengjaran KBK.
2.       Memiliki pemahaman terhadap masalah-masalah pembelajaran.
3.       Memiliki kemampuan untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan KBK.
4.       Memiliki pola kerja dalam meningkatkan mutu pembelajaran berdasarkan KBK.

C        Manfaat
Dampak positif pelaksanaan supervisi adalah :
Meningkatnya profesionalisme guru dalam upaya mewujudkan pembelajaran yang lebih baik melalui cara mengajar yang lebih baik.

D        Metode
Metode yang digunakan dalam pelaksanaan supervisi kelas adalah observasi dan wancara.

II.     PELAKSANAAN SUPERVISI
A        Waktu dan sasaran
1       Waktu
Pelaksanaan supervisi dilaksanakan mulai tanggal 5 sampai dengan 30 Nopember 2007
2       Sasaran
Sasaran supervisi kelas adalah guru mata pelajaran di SMP Negeri …….

B        Ruang Lingkup
Aspek yang disupervisi yaitu :
1       Aspek ketrampilan merencanakan kegiatan pembelajaran.
2       Aspek ketrampilan melaksanakan kegiatan pembelajaran.
3       Aspek hubungan antara pribadi murid dan guru.
C        Instrumen
Instrumen yang digunakan dalam supervisi adalah :
1       Penilaian ketrampilan merencanakan kegiatan pembelajaran.
2       Penilaian ketrampilan melaksnakan kegiatan pembelajaran.
3       Penilaian hubungan antara pribadi guru dan siswa.
D        Teknik Analisis Data
Rumus yang digunakan dalam penghitungan analisis data adalah :
Nilai rata-rata =   Jumlah nilai yang teramati  X 100 %
                            Jumlah nilai yang diamati
 
 



E         Pemecahan Masalah
1       Mengidentifikasi masalah proses pembelajaran.
2       Menganalisis masalah
3       Merumuskan cara-cara pemecahan masalah
4       Implementasi pemecahan masalah
5       Evaluasi dan tindak lanjut.

III.  TARGET
Target yang ingin dicapai dalam supervisi kelas antara lain :
1       Semakin meningkatnya pemahaman guru tentang pelaksnaan KTSP dan KBK
2       Semakin meningkatnya pemahaman guru tentang kewajiban guru
3       Semakin meningkatnya pemahaman guru terhadap masalah-masalah pembelajaran.
4       Semakin meningkatnya kemampuan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan KTSP dan KBK.
5       Semakin meningkatnya pola kerja dalam meningkatkan mutu pembelajaran berdasarkan KTSP dan KBK.


Waru,      Juli ……
Kepala SMP …………..



………………………….
NIP. ………………….

PROGRAM SUPERVISI PENGAJARAN
TERHADAP GURU

Nama Guru                    : ……………………………………..
Nama Sekolah                : SMP ……………….
Alamat                           : Jl. ………………..
Kelas / Semester             : ……………………..

No
Tujuan
Sasaran
Jenis Kegiatan
Instrumen
Waktu
1

















Meningkatkan proses dan mutu hasil pembelajaran
Proses pembelajaran
Peserta didik.
Supervisi kelas.
Keterampilan merencanakan kegiatan pembelajaran.
Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran.
Evaluasi Kegiatan Pembelajaran.
5 s.d 23 Maret …………

Waru, ……………………..
Supervisor,




…………………………..
NIP. …………………….