BUKU 1 FILSAFAT
ADA TIDAKNYA
KEBENARAN-KEBENARAN ITU APA
Oleh: Sugeng
Pamudji
Dalam ilmu empiris kata “tepat” dipakai terhadap
cara kerja,misalnya cara kerja penemuan-penemuan. Sedang untuk kata “benar”
dipakai terhadap pengetahuan itu sendiri. Untuk teori kebenaran ada dua, yaitu
teori tentang kebenaran yang terwujud dalam praktik ilmu (pragmatic theory of truth) dan teori tentang kebenaran yang terlaksana
dalam ungkapan manusia (performative theory of truth). Teori
yang pertama berasal dari Amerika dengan para pendiri Charles S. Piere
(1839-1914), William James (1842-1910),
dan John Dewy (1859-1952). Salah satu gagasannya adalah bahwa satu bidang
pengetahuan dapat diberi nama tempelan “benar” – umpamanya ilmu tertentu atau
agama tertentu — apabila hasil material ilmu pengetahuan maupun hasil spiritual
agama itu berdaya upaya, maka terlaksanalah kebenaran. Teori yang kedua
berasala dari Inggris dengan pendirinya Frank Plumpton Ramsey (1903-1930), John
Langshaw Austin (1911-1960) dan Peter Frederick Strawson (1919-…). Ramsey
berpendapat bahwa “benar” itu berlebihan saja, sedangkan kata “salah” hanya
menyatakan bahwa kalimat bersangkutan tidak berarti sama sekali.
Anggapan tentang kebenaran yang menyatakan bahwa
kebenaran sebagai keteguhan itu agak dekat dengan anggapan tentang tepatnya
ilmu-ilmu pasti. Juga anggapan tentang kebenaran yang terwujud dalam praktik
ilmu dapat diterapkan pada praktik ilmu-ilmu pasti,meski berdaya upaya dalam
ilmu-ilmu ini bersifat formal semata-mata.
A. Pokok-pokok
Sejarah Filsafat tentang Kebenaran
Pada masa kuno anggapan kebenaran
diantaranya berasal dari Plato. Menurut tafsiran Martin Heidegger, gagasan
Plato ialah bahwa kebenaran merupakan “ke-tak-tersembunyian adanya”. Kebenaran
tidak dapat dicapai manusia selama di dunia ini. Kebenaran menurut anggapan
Plato adalah sesuatu yang terdapat pada apa yang dikenal, atau pada apa yang
dikejar untuk dikenal.
Dalam anggapan Aristoteles tentang
kebenaran, subjek pengetahuan itu lebih penting daripada pandangan Plato. Namun
pengetahuan yang paling benar dan paling luhur terjadi kalau si pengenal
(idealitas) dan apa yang dikenal (realitas) itu identik satu sama lain dalam
pengetahuan akal yang sempurna, seperti yang ditegaskan Aristoteles dalam karyanya
Peri Psuches.
Thomas Aquinas membedakan varitas ontologica (kebenaran ontologis)
dan varitas logica (kebenaran
logis).kebenaran ontologis terdapat dalam kenyataan entah spiritual maupun
material dan masih lepas dari gejala pengetahaun. Kebenaran logis terdapat
dalam akal yang mengenal.kebenaran logis ini merupakan kebenaran dalam arti
yang sesungguhnya. Thomas memberi batasan: penyamaan akal dan kenyataan.
Menurut Thomas, hadirnya dan terlaksananya kebenaran dalam pengetahuan manusia
terjadi dalam bentuk pengarahan, melalui proses yang tak ada hentinya dan tak
bisa lepas dari indera.
Nominalisme abad pertengahan
berhaluan skpetis. Kata “benar” hanyalah tempelan, atau disebut juga hembusan
angin lalu begitu saja pada benda atau pada ungkapan manusia. Kebenaran tidak
diakui oleh para nominalis sebagai sesuatu yang berarti atau ada.
Decrates menganggap cara untuk ada
tidaknya kebenaran ialah ada tidaknya adea yang jelas dan terpilah-pilah mengenai
sesuatu. Ide yang jelas dan terpilah-pilah itu menjadi benar.
Kant menganggap bahwa kebenaran itu
ada pada pihak si pengenal saja, sebagai akibat kesan-kesan dari luar yang ditangkap
lewat indera sudah diterima dalam susunan apriori ruang dan waktu si pengenal.
Kebenaran ini berupa format-format semata.
Idealisme Jerman abad ke-19 menganggap
bahwa dalam sejarah terwujudlah kebenaran dalam pengungkapan dan perkembangan
roh, yang baru mencpai kebenaran sungguh-sungguh pada akhir seluruh
perjalanannya sambil mencakup segala langkah yang sudah ditempuh, dalam
kesamaan mutlak subjek pengenal dan objek yang dikenal.
Para penganut fenomenalogi dan
eksistensialisme abad ke-20 menganggap bahwa kebenaran itu apa yang kumiliki
dan kusadari sebagai subjek pengetahuan (ini lebih dirasakan dalam
fenomenologi), bahkan apa yang kuadakan dan kutemukan secara bebas dalam
perwujudan diriku (ini lebih ditekankan eksistensialisme).
Dalam lingkungan Yahudi dan Timur
paham mengenai kebenaran meliputi wilayah yang lebih luas daripada dalam
lingkungan Barat, mencakup kesetiaan, ketekunan, melanjutkan apa yang sedang
jadi, menyetujui dan mengucapkan apa yang kiranya dikehendaki atau diinginkan
sesama, khususnya yang berkedudukan lebih tinggi daripada saya yang berbicara.
B. Apa
itu kebenaran?
Kebenaran adalah kenyataan adanya (being) yang menampakkan diri sampai masuk
akal. Pengalaman tentang kebenaran itu dialami akal si pengenal dalam
kesamaannya dengan kenyataan adanya yang menampakkan diri kepadanya.
C. Penialian
Filafat atas Kebenaran Ilmu-ilmu
Salah satu tugas pokok filsafat
illmu pengatahuan ialah menilai hasil ilmu-ilmu pengetahuan dilihat dari sudut
pengetahuan manusia seutuhnya. Tugas itu menyangkut dua bidang sehubungan
dengan masalah kebenaran: 1) ikut menilai apa yang dianggap “tepat” dan “benar”
dalam ilmu-ilmu; 2) memberi penilaian tentang sumbangan ilmu-ilmu pada perkembangan
pengetahuan manusia guna mencapai kebenaran.
D. Kesimpulan
umum tentang kedudukan kebenaran
Kebenaran pertama-tama berkedudukan
dalam diri si pengenal. Kebenaran diberi batasan sebagai penyamaan akal dengan
kenyataan, yang terjadi pada taraf inderawi maupun akal budi tanpa pernah
sampai pada kesamaan sempurna yang dituju kebenaran dalam pengalaman manusia.
ooooo
No comments:
Post a Comment