Sunday, 4 November 2018
Wednesday, 17 October 2018
KOMPONEN DAN FORMAT RPP
KOMPONEN
DAN FORMAT RPP
Komponen
dan sistematika RPP berikut mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan
Menengah dan Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 Tentang Pembelajaran Pada
Pendidikan Dasar dan Menengah.
1. Komponen
RPP
a. identitas
sekolah yaitu nama satuan pendidikan;
b. identitas
mata pelajaran atau tema/subtema;
c. kelas/semester;
d. materi
pokok;
e. alokasi
waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar
dengan mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang tersedia dalam silabus dan KD
yang harus dicapai;
f. tujuan
pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan KD, dengan menggunakan kata kerja
operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup sikap, pengetahuan,
dan keterampilan;
g. kompetensi
dasar dan indikator pencapaian kompetensi;
h. materi
pembelajaran, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan
ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator ketercapaian
kompetensi;
i. metode
pembelajaran, digunakan oleh pendidik untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik mencapai KD yang disesuaikan dengan
karakteristik peserta didik dan KD yang akan dicapai;
j. media
pembelajaran, berupa alat bantu proses pembelajaran untuk menyampaikan materi
pelajaran;
k. sumber
belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar, atau
sumber belajar lain yang relevan;
l. langkah-langkah
pembelajaran dilakukan melalui tahapan pendahuluan, inti, dan penutup; dan
penilaian hasil
pembelajaran.
2. Format
RPP
Komponen-komponen
yang sudah disebutkan di atas secara operasional diwujudkan dalam bentuk format
berikut ini.
PRINSIP-PRINSIP PENYUSUNAN RPP
PRINSIP-PRINSIP PENYUSUNAN RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Dalam Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses
Pendidikan Dasar dan Menengah, disebutkan serangkaian prinsip yang harus
diperhatikan guru dalam menyusun RPP.
1.
Memperhatikan
perbedaan individu peserta didik
RPP disusun
dengan memperhatikan perbedaan kemampuan awal, tingkat intelektual, minat,
motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar,
kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai,
dan/atau lingkungan peserta didik. Sebagai contoh guru menggunakan secara
bergantian penayangan video klip, poster, aktivitas fisik, dramatisasi atau
bermain peran sebagai teknik pembelajaran
karena gaya belajar setiap siswa berbeda-beda.
2.
Berpusat
pada peserta didik Guru yang menerapkan pembelajaran yang berpusat pada peserta
didik pertamatama memperlakukan siswa sebagai subyek didik atau pembelajar.
Dilihat dari sudut pandang peserta didik, guru bukanlah seorang intruktur,
pawang, komandan, atau birokrat. Guru bertindak sebagai pembimbing, pendamping,
fasilitator, sahabat, atau abang/kakak bagi peserta didik terutama dalam mencapai tujuan pembelajaran yakni
kompetensi peserta didik. Oleh karena
itu guru seyogyanya merancang proses pembelajaran yang mampu mendorong, memotivasi,
menumbuhkan minat dan kreativitas peserta didik. Hak ini dapat berjalan jika
seorang guru mengenal secara pribadi siapa (saja) siswanya, apa mimpi-mimpinya,
apa kegelisahannya, passion-nya, dan sebagainya.
3.
Berbasis
konteks Pembelajaran berbasis konteks dapat terwujud apabila guru mampu
mengidentifikasi dan memanfaatkan berbagai sumber belajar lokal (setempat),
guru mengenal situasi dan kondisi sosial ekonomi peserta didik, mengenal dan
mengedepankan budaya atau nilai-nilai kearifan lokal, tanpa kehilangan wawasan
global. Sebagai contoh nilai gotong royong di Jawa atau pela gandong di Maluku
dapat dijadikan inspirasi mengembangkan
proses dan kegiatan pembelajaran. Pembelajaran
juga dapat dimulai dari apa yang sudah diketahui oleh peserta didik sesuai
dengan konteksnya dan baru pada konteks yang lebih luas.
4.
Berorientasi
kekinian Ini adalah pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dan nilai-nilai kehidupan masa kini.Guru yang
berorientasi kekinian adalah guru yang “gaul”, tidak “gaptek”, “melek
informasi”, bahkan sebaiknya well
informed, selalu meng-update dan meng-up
grade ilmu pengetahuan yang menjadi bidangnya, termasuk teori-teori dan praktik
baik di bidang pendidikan/pembelajaran. Dengan demikian rancangan pembelajaran
yang dikembangkan guru dapat menjadi inspirasi bagi siswa dana abagi guru-uru
yang lain.
5.
Mengembangkan
kemandirian belajar Guru yang mengembangkan kemandirian belajar (siswa) selalu
akan berusaha agar pada akhirnya siswa berani mengemukakan pendapat atau
inisiatif dengan penuh percaya diri. Di samping itu guru tersebut juga selalu
mendorong keberanian siswa untuk menentukan tujuan-tujuan belajarnya,
mengeksplorasi hal-hal yang ingin diketahui, memanfaatkan berbagai sumber belajar,
dan mampu menjalin kerja sama, berkolaborasi dengan siapa pun. Idealnya semuau
ini tercermin dalam rencana kegiatan pembelajaran siswa.
6.
Memberi
umpan balik dan tindak lanjut pembelajaran
RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan,
pengayaan, dan remedi.
7.
Memiliki
keterkaitan dan keterpaduan antarkompetensi dan/atauantarmuatan RPP disusun
dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara KI, KD, indikator
pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman
belajar.RPP disusun dengan mengakomodasi pembelajaran tematik, keterpaduan
lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya.
8.
Memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi Kegiatan pembelajaran dalam RPP disusun
dengan mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara
terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.
Sebagai contoh ketika guru menugasi siswa mengeksplorasi sumber-sumber
pengetahuan lewat internet, guru harus bias menunjukkan kepad siswa alamat
situs-situs web atau tautan (link) yang mengarahkan siswa pada sumber yang
jelas, benar, dan bertanggungjawab.
Sumber
Peraturan Menteri
Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 22.Tahun 2016 Tentang
Standar Proses Pendidikan Dasar Dan Menengah
Direktorat
Pembinaan Sekolah Me Nengah Pertama. 2017. Panduan
Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Sekolah Menengah Pertama.
Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Me Nengah Pertama 2017
CARA MEMILIH MODEL PEMBELAJARAN
Sunday, 7 October 2018
ANALISIS FILOSOFIS DISERTASI
ANALISIS FILOSOFIS DISERTASI 2
A.
IDENTITAS DISERTASI
1.
Judul : SIKAP KEPEMIMPINAN DALAM
PENGELOLAAN SEKOLAH DASAR INKLUSI DI SURABAYA (Studi Multi Kasus di Sekolah
Dasar Kreatif Muhamadiyah 16 Surabaya dan Sekolah Dasar Negeri Percobaan
Surabaya)
2.
Peneliti : Endang Purbaningrum
3.
Perguruan tinggi : UNIVERSITAS
NEGERI SURABAYA, PASCA SARJANA, PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
4.
Tahun : 2018
B. ANALISIS DARI SUDUT PANDANG ONTOLOGI
Kajian antologi adalah kajian yang berkaitan tentang objek yang ingin diketahui, seberapa
jauh yang ingin diketahui, dan mengkaji tentang teori yang ada. Sehubungan
dengan hal tersebut, dilihat dari judul disertasi yang dianalisis, obyek yang
diteliti adalah manusia yaitu tentang sikap kepemimpinan kepala sekolah dalam
pengelolaan Sekolah Dasar Inklusi.
Sikap kepemimpinan yang dimiliki oleh
seseorang tidak akan terlepas dari kemampuan seseorang dalam memengaruhi orang
lain. Menurut (Robbins, 2003) kepemimpinan merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang dalam
upaya untuk meraih visi, misi, dan tujuan tertentu yang telah ditetapkan. Hal
yang sama dikemukakan juga oleh Haris (2003) kepemimpinan adalah sebuah
kemampuan dari seorang pemimpin atau manajer dalam mengajak semua pihak untuk bekerja
sama dalam meraih suatu tujuan yang telah ditetapkan dengan semangat tinggi dan
kepercayaan diri .
Konsep inklusi memberikan pemahaman mengenai
pentingnya penerimaan anak-anak yang berkebutuhan khusus ke dalam kurikulum,
lingkungan, dan interaksi sosial yang ada di sekolah. Dengan demikian,
diharapkan bahwa sekolah bisa menerima anak-anak yang berkebutuhan khusus
tersebut untuk mengikuti program pendidikan atau proses pembelajaran.
Gavin (2005) menyatakan bahwa sekolah inklusi
didasarkan atas dasar prinsip persamaan, keadilan, dan hak individu. Hal ini
juga diungkapkan oleh Smith (2006) yang menyatakan bahwa istilah inklusi
digunakan untuk mendiskripsikan penyatuan anak-anak yang berkebutuhan khusus
tersebut ke dalam program sekolah.
Dasar hukum pendirian sekolah inklusi ini
dilandasi oleh UU RI No. 4 tahun 1997 pasal 6 ayat 1 dan anak tentang
penyandang cacat yang isinya adalah bahwa setiap penyandang cacat berhak
memperoleh pendidikan pada semua sektor, jalur, dan jenjang pendidikan. Selain
itu hal yang sama juga telah dinyatakan oleh pemerintah melalui Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 70 tahun 2009 yang menyatakan
bahwa yang dimaksud dengan sekolah inklusi adalah suatu lembaga pendidikan yang
memberikan kesempatan sama kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan
dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan dan pembelajaran
dalam lingkungan pendidikan secara bersama-sama. Peserta didik yang berkebutuhan
khusus tersebut akan memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk mengembangkan
potensi dan cita-citanya.
Jadi objek yang ingin diketahui lebih
mendalam dalam disertasi ini adalah bagaimana peran atau hubungan sikap
kepemimpinan kepala sekolah yang berorientasi pada tugas dan hubungan dalam
melakukan pengelolaan di Sekolah Dasar Inklusi, berdasarkan judul tesis yang
dianalisis yaitu “Sikap Kepemimpinan dalam Pengelolaan Sekolah Dasar Inklusif
di Surabaya” (Studi Multi Kasus di SD
Kreatif Muhammadiyah 16 Surabaya dan SD Negeri Percobaan Surabaya).
Dari pemaparan sebelumnya mengenai kajian
ontologinya, maka dalam hal tersebut penulis menganut aliran empirisme, yaitu
hasil kajiannya didasarkan dari data yang diperoleh dalam kegiatan yang telah
diteliti dalam kehidupan.
C. ANALISIS DARI SUDUT PANDANG
EPISTIMOLOGI:
Kajian epistimologi atau langkah-langkah
ilmiah dalam penelitian ini menggunakan rancangan penelitian studi multi kasus
dengan pendekatan kualitatif. Hal ini
sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan yaitu mendiskripsikan pola
atau bentuk sikap kepemimpinan dengan orientasi pada tugas dan hubungan tiap
individu warga sekolah dalam pengelolaan sekolah inklusi.
Variabel penelitian yaitu pengelolaan sekolah
inklusi, sikap kepemimpinan orientasi tugas, dan sikap kepemimpinan orientasi
hubungan. Adapun yang menjadi subyek penelitian adalah warga Sekolah Dasar
Kreatif Muhamadiyah 16 Surabaya dan Sekolah Dasar Negeri Percobaan yang
meliputi ketua yayasan, komite sekolah, kepala sekolah, wakil kepala sekolah,
dan staf guru di dua sekolah inklusi tersebut.
Lokasi dan waktu penelitian adalah di SD
Kreatif Muhamadiyah 16 Surabaya yang bertempat di Jalan Baratajaya V Barat No.
2-4 Surabaya dan SD Negeri Percobaan Surabaya di kompleks kampus UNESA di
Gedangan Jalan raya Sedati KM 2 Gedangan Sidoarjo.
Dalam mengumpulkan data, teknik yang
digunakan peneliti adalah menggunakan teknik interview mendalam, observasi, dan
dokumen. Teknik interview mendalam sangat penting untuk untuk memperoleh data
primer dari sumber data atau partisipan. Teknik observasi dan dokumentasi untuk
memperoleh data skunder.
Setelah mendapatakan data, selanjutnya
peneliti menguji keabsahan data dengan menggunakan beberapa kriteria yaitu
kredibilitas, depandibilitas, komfirmabilitas, dan transfeabilitas. Setelah mendapatkan
data yang valid, kemudian peneliti melakukan analisis data yang meliputi (1)
tahap kondensasi data, (2) tahap display/ penyajian data, dan (3) tahap
verifikasi data pnelitian/penarikan kesimpulan yang dilakukan dalam bentuk
interaktif dengan proses pengumpulan data sebagai siklus.
D.
ANALISIS DARI SUDUT PANDANG AKSIOLOGI:
Adapun manfaat dari disertasi ini adalah:
1. Manfaat teoritis
Memberikan kontribusi pengembangan keilmuan
di bidang manajemen pendidikan mengenai sikap kepemimpinan dalam dunia pendidikan atau sekolah inklusif
khususnya.
2. Manfaat praktis:
a. Menjadi inspirasi dalam
menunjukkan sikap kepemimpinan dalam menyelenggarakan sekolah
b. Menjadi pedoman guru dalam
melaksanakan tugas dan kewajiban profesinya sebagai guru dengan penuh jiwa kepemimpinan.
c. Menjadi bahan kebijakan dalam
merumuskan suatu kebijakan sekolah
d. Menjadi bahan rujukan untuk
penelitian selanjutnya.
E.
TESIS:
Sikap
kepemimpinan orientasi tugas
1. Adanya keberhasilan dalam
penyelesaian tugas secara kooperatif dalam mendukung pengelolan sekolah inklusi
(MD)
2. Adanya keberhasilan dalam
penyelesaian tugas secara mandiri dan aktif dalam mendukung pengelolan sekolah
inklusi (SDP)
Sikap
kepemimpinan orientasi hubungan:
1. Dampak penerapan sikap
kepemimpinan orientasi hubungan adalah mampu menciptakan keharmonisan antar
individu.(MD)
2. Dampak penerapan sikap
kepemimpinan orientasi hubungan adalah mampu menciptakan sebuah komitmen dan
bentuk pengabdian dalam mendukung pengelolaan pengembangan sekolah inklusi.
(SDP)
Jadi kesimpulan dari disertasi di atas adalah
“Sekolah inklusi yang berkualitas adalah sekolah yang mampu menerapkan sikap
kepemimpinan yang berorientasi pada tugas dan sikap kepemimpinan yang
berorientasi pada hubungan dalam pengelolaan sekolah inklusi”
F.
ANTITESIS:
Antitesis dari hasil disertasi di atas
adalah; “Faktor pendukung keberhasilan sekolah inklusi adalah kompetensi GPK
(Guru Pendamping Khusus), sarana dan prasarana sekolah yang memadai, serta
keterlibatan orang tua.” (Rinita Rosalinda Dewi: 2015)
G.
SINTESIS:
Faktor pendukung keberhasilan sekolah inklusi
tidak hanya dari sikap kepemimpinan dalam pengelolaan sekolah, tetapi
kompetensi GPK (Guru Pendamping Khusus), sarana dan prasarana sekolah yang
memadai, serta keterlibatan orang tua juga menjadi faktor penting.
Subscribe to:
Posts (Atom)