Tuesday, 11 September 2018

AKTIFITAS FISIK BERPENGARUH PADA KECERDASAN KETURUNAN



<script async src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>
<ins class="adsbygoogle"
     style="display:inline-block;width:468px;height:60px"
     data-ad-client="ca-pub-6144563181456040"
     data-ad-slot="8997891309"></ins>
<script>
     (adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>
AKTIFITAS FISIK BERPENGARUH PADA KECERDASAN KETURUNAN
Sumber : PENA, Vol 16 No. 07 Juli 2018
Ditulis ulang oelh: Sugeng Pamudji

Beda dengan orang yang sering duduk dengan orang yang sering bergerak pada kecerdasan. Jika orang yang sering duduj K bagian otak yang bertanggung jawab pada memori atau area temporal lobe tipis, sebaliknya bagi orang yang rajin berolahraga dapat meningkatkan kecerdasan. Aktifitas fisik mampu menguatkan koneksi antra neuorn di hipokampus, bagian penting di otak yang mempengaruhi kemampuan mengingat dan mempelajari sesuatu. Makin kuat koneksi neuron, makin tajam pula cara berpikir seseorang. Uniknya, olharaga ternyata ikut mempengaruhi cara kerja gen dan berubah hingga diwariskan pada keturunannya atau disebut porses epigenetik. Inilah hasil penelitian para ilmuwan dari German Center for Neurodegenerative Diseases di Gottingen, Jerman yang sebelumnya berhipotesis apakah yang dipengaruhi kebiasaan berolahraga dapat diwariskan kepada anaknya?
Untuk menjawab hipotesis itu, mereka melakukan percobaan menggunakan tikus putih yang ditempatkan di kandang dengan wahana roda putar. Di kandang tersebut, para tikus mengisi waktunya dengan aktifitas fisik bermain roda putar. Sebagai kontrol, satu kelompok tikus tikus jantan ditempatkan di kandang lain tanpa dilengkapi wahana roda putar. Setelah tinggal di masing-masing kandang selama 10 minggu, tikus-tikus jantan dikawinkan dengan tikus betina hingga menghasilkan generasi baru. Tikus jantan yang rajin bermain roda putas ternyata memiliki koneksi neuorn lebih baik daripada tikus yang minim aktifitas fisik. Hasilnya mereka punya kemampuan kognitif yang lebih baik daripada tikus kontrol. Menarinya, anak-anak yang dilahirkan dari perkawinan dengan tikus jantan yang aktif beraktifitas ternyata mewarisi kecerdasannya. Anak-anak yang lahir dari pejantan yang lebih pintar menunjukkan koneksi kuat antara neuron dan hipokampus. Sebaliknya, anak-anak dari tikus kontrol tidak sepandai mereka karena koneksi neuron lebih lemah. Anak-anak dari tikus aktif belajar lebih cepat, walaupun mereka belum banyak bergerk seperti orang tuanya.
Kesimpulan penelitian adalah sperma pejantan ikut berkontribusi dalam membentuk kecerdasan anak. “temuan kami membuktikan bahwa aktifitas fisik di satu generasi dapat memmpengarhui kecerdasan paa generasi berikutnya,” kata Andr Fisher, profesor di German Center for Neuordegenerative Diseases yang juga peneliti senior dalam studi ini. Hasil penelitian ini telah dipublikasikan dalam jurnal Cell Reports. Lalu, apakah efek yang sama juga terjadi pada manusia? Sekarang hingga sekarang belum diketahui karena penelitian baru dilakukan pada tikus putih. Namun, dalam proyek selanjutnya Fisher dan para koleganya berencana membuat studi lanjutan yang melibatkan manusia.

No comments:

Post a Comment