<script async src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script> <ins class="adsbygoogle" style="display:inline-block;width:468px;height:60px" data-ad-client="ca-pub-6144563181456040" data-ad-slot="8997891309"></ins> <script> (adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({}); </script>AKTIFITAS FISIK BERPENGARUH PADA KECERDASAN KETURUNAN
Sumber : PENA, Vol 16
No. 07 Juli 2018
Ditulis ulang oelh:
Sugeng Pamudji
Beda
dengan orang yang sering duduk dengan orang yang sering bergerak pada
kecerdasan. Jika orang yang sering duduj K bagian otak yang bertanggung jawab
pada memori atau area temporal lobe tipis, sebaliknya bagi orang yang rajin
berolahraga dapat meningkatkan kecerdasan. Aktifitas fisik mampu menguatkan
koneksi antra neuorn di hipokampus, bagian penting di otak yang mempengaruhi
kemampuan mengingat dan mempelajari sesuatu. Makin kuat koneksi neuron, makin
tajam pula cara berpikir seseorang. Uniknya, olharaga ternyata ikut
mempengaruhi cara kerja gen dan berubah hingga diwariskan pada keturunannya
atau disebut porses epigenetik. Inilah hasil penelitian para ilmuwan dari
German Center for Neurodegenerative Diseases di Gottingen, Jerman yang
sebelumnya berhipotesis apakah yang dipengaruhi kebiasaan berolahraga dapat
diwariskan kepada anaknya?
Untuk
menjawab hipotesis itu, mereka melakukan percobaan menggunakan tikus putih yang
ditempatkan di kandang dengan wahana roda putar. Di kandang tersebut, para
tikus mengisi waktunya dengan aktifitas fisik bermain roda putar. Sebagai
kontrol, satu kelompok tikus tikus jantan ditempatkan di kandang lain tanpa
dilengkapi wahana roda putar. Setelah tinggal di masing-masing kandang selama
10 minggu, tikus-tikus jantan dikawinkan dengan tikus betina hingga
menghasilkan generasi baru. Tikus jantan yang rajin bermain roda putas ternyata
memiliki koneksi neuorn lebih baik daripada tikus yang minim aktifitas fisik.
Hasilnya mereka punya kemampuan kognitif yang lebih baik daripada tikus
kontrol. Menarinya, anak-anak yang dilahirkan dari perkawinan dengan tikus
jantan yang aktif beraktifitas ternyata mewarisi kecerdasannya. Anak-anak yang
lahir dari pejantan yang lebih pintar menunjukkan koneksi kuat antara neuron
dan hipokampus. Sebaliknya, anak-anak dari tikus kontrol tidak sepandai mereka
karena koneksi neuron lebih lemah. Anak-anak dari tikus aktif belajar lebih
cepat, walaupun mereka belum banyak bergerk seperti orang tuanya.
Kesimpulan
penelitian adalah sperma pejantan ikut berkontribusi dalam membentuk kecerdasan
anak. “temuan kami membuktikan bahwa aktifitas fisik di satu generasi dapat
memmpengarhui kecerdasan paa generasi berikutnya,” kata Andr Fisher, profesor
di German Center for Neuordegenerative Diseases yang juga peneliti senior dalam
studi ini. Hasil penelitian ini telah dipublikasikan dalam jurnal Cell Reports.
Lalu, apakah efek yang sama juga terjadi pada manusia? Sekarang hingga sekarang
belum diketahui karena penelitian baru dilakukan pada tikus putih. Namun, dalam
proyek selanjutnya Fisher dan para koleganya berencana membuat studi lanjutan
yang melibatkan manusia.
No comments:
Post a Comment