Friday, 15 March 2024

PERKEMBANGAN OTAK ANAK (2)

 Oleh: Sugeng Pamudji

Perkembangan otak anak adalah proses yang kompleks dan penting yang terjadi sejak lahir hingga dewasa. Berikut adalah beberapa tahap perkembangan otak anak:

1.     Pembentukan Neuron: Proses pembentukan sel-sel saraf atau neuron dimulai bahkan sebelum bayi lahir dan berlanjut setelahnya. Neuron-neuron ini membentuk jaringan saraf yang sangat penting untuk fungsi otak.

2.     Pertumbuhan Otak: Otak mengalami pertumbuhan yang cepat selama tiga tahun pertama kehidupan. Pada masa ini, volume otak meningkat secara signifikan, terutama di area-area yang terkait dengan bahasa, kognisi, dan motorik.

3.     Milestones Penting: Selama masa balita dan anak-anak, terjadi pencapaian berbagai milestone penting dalam perkembangan otak seperti mengembangkan kemampuan bicara, berjalan, belajar membaca, menulis, dan berhitung.

4.     Pruning Sinapsis: Pada usia tertentu, otak anak mengalami proses yang disebut "pruning" di mana sinapsis-sinapsis yang tidak digunakan atau kurang penting akan dibuang, sementara yang penting akan diperkuat. Hal ini penting untuk mengoptimalkan koneksi-koneksi yang relevan dan meningkatkan efisiensi otak.

5.     Pengembangan Koneksi Otak: Otak anak terus mengembangkan jaringan saraf dan mengatur koneksi-koneksi antara neuron-neuron tersebut. Pengalaman dan rangsangan dari lingkungan memiliki peran penting dalam membentuk koneksi-koneksi otak ini.

6.     Pengembangan Fungsi Kognitif: Otak anak juga mengalami pengembangan fungsi kognitif seperti memori, pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan. Ini melibatkan pertumbuhan dan pemantapan struktur otak yang terlibat dalam proses-proses tersebut.

7.     Pengaruh Lingkungan: Lingkungan berperan penting dalam perkembangan otak anak. Interaksi dengan orang tua, teman sebaya, dan lingkungan fisik memiliki dampak yang signifikan pada perkembangan otak.

8.     Perubahan Selama Pubertas: Pada masa pubertas, otak mengalami perubahan yang signifikan terkait dengan perkembangan fisik dan psikologis. Hormon-hormon seperti estrogen dan testosteron memainkan peran penting dalam mengatur perkembangan otak selama masa ini.

Perkembangan otak anak merupakan proses yang dinamis dan dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk genetik, lingkungan, dan pengalaman. Penting bagi orang tua dan caregiver untuk memberikan stimulasi yang tepat dan mendukung perkembangan otak anak dengan memberikan lingkungan yang kaya akan pengalaman dan kesempatan untuk belajar dan bereksplorasi.

 Perkembangan Volume Otak

Perkembangan volume otak manusia adalah proses kompleks yang melibatkan pertumbuhan dan perkembangan berbagai struktur otak dari masa awal kehidupan hingga dewasa. Berikut adalah gambaran umum tentang perkembangan volume otak manusia:

1.     Masa Prenatal: Pertumbuhan otak dimulai bahkan sebelum kelahiran. Pada tahap prenatal, otak berkembang pesat dengan pembentukan berbagai struktur otak dasar.

2.     Masa Bayi dan Balita: Setelah lahir, otak terus berkembang secara signifikan. Pada tahun-tahun pertama kehidupan, terjadi peningkatan volume otak yang sangat cepat. Ini termasuk perkembangan korteks serebral, struktur yang terlibat dalam pengolahan sensorik, motorik, dan kognitif.

3.     Masa Anak-anak dan Remaja: Selama masa ini, otak terus berkembang secara intensif, meskipun dalam tingkat yang lebih lambat daripada pada masa bayi dan balita. Terjadi peningkatan jumlah sinapsis (hubungan antara neuron) dan pemadatan koneksi-koneksi otak yang penting untuk pembelajaran dan pengembangan keterampilan kognitif yang kompleks.

4.     Masa Pubertas: Selama pubertas, otak mengalami perubahan struktural yang signifikan terkait dengan perkembangan fisik dan psikologis. Ada peningkatan volume di beberapa area otak, seperti korteks prefrontal, yang terkait dengan pengendalian diri, pengambilan keputusan, dan perencanaan.

5.     Masa Dewasa Muda: Pada masa ini, otak mencapai puncaknya dalam hal perkembangan volumenya. Kebanyakan struktur otak telah mencapai ukuran maksimumnya, meskipun proses pembelajaran dan pengalaman terus membentuk dan memodifikasi koneksi-koneksi otak.

6.     Masa Dewasa Tua: Seiring bertambahnya usia, volume otak mulai menurun secara alami. Proses ini dikenal sebagai atrofi otak, di mana sel-sel saraf dan koneksi-koneksi otak mengalami penurunan. Bagian-bagian otak tertentu, seperti korteks prefrontal, cenderung mengalami penurunan volume yang lebih besar.

Perkembangan volume otak manusia dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk genetik, lingkungan, nutrisi, pengalaman, dan hormon. Penting untuk dicatat bahwa perkembangan otak adalah proses dinamis yang terus berlanjut sepanjang kehidupan, dan otak manusia memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan dan pengalaman

 Volume otak manusia

Volume otak manusia bervariasi sesuai dengan masa pertumbuhan dan perkembangannya. Berikut adalah perkiraan volume otak manusia pada berbagai fase perkembangan:

1.     Masa Prenatal: Pada tahap ini, volume otak manusia terus berkembang dengan pesat, tetapi sulit untuk memberikan angka pasti karena otak masih dalam proses pembentukan yang dinamis.

2.     Masa Bayi dan Balita: Pada saat lahir, volume otak bayi sekitar 25% hingga 30% dari ukuran otak dewasa. Dalam dua tahun pertama kehidupan, otak tumbuh pesat, mencapai sekitar 80% dari ukuran otak dewasa.

3.     Masa Anak-anak dan Remaja: Pada masa ini, otak terus berkembang secara intensif, meskipun dalam tingkat yang lebih lambat daripada masa bayi dan balita. Pada awal masa remaja, volume otak mencapai sekitar 90% dari ukuran otak dewasa.

4.     Masa Dewasa Muda: Pada masa dewasa muda, sekitar usia 20-an hingga 30-an, otak mencapai ukuran dan volume otak dewasa penuh. Volume otak manusia pada dewasa muda bervariasi antara individu, tetapi secara umum berkisar antara 1.200 hingga 1.400 cm kubik untuk otak manusia yang dewasa.

5.     Masa Dewasa Tua: Seiring bertambahnya usia, volume otak cenderung menurun secara alami karena proses atrofi atau penurunan jumlah sel otak dan koneksi otak. Penurunan ini dapat dimulai pada usia 60-an atau 70-an, tetapi bisa berbeda-beda antar individu.

Penting untuk dicatat bahwa angka-angka ini adalah perkiraan dan tergantung pada berbagai faktor seperti genetik, lingkungan, kesehatan, dan gaya hidup. Selain itu, perkembangan otak adalah proses yang sangat dinamis dan kompleks, dan tidak semua bagian otak berkembang pada tingkat yang sama atau pada waktu yang sama.

 Perkembangan Sel Saraf Manusia

Perkembangan sel saraf manusia, juga dikenal sebagai neuron, adalah proses yang kompleks yang terjadi sepanjang kehidupan, mulai dari masa prenatal hingga dewasa. Berikut adalah tahapan perkembangan sel saraf manusia:

1.     Pembentukan Neuron: Proses pertama dalam perkembangan sel saraf adalah pembentukan neuron itu sendiri. Ini terjadi selama periode prenatal, ketika sel-sel induk atau neuroepitel yang disebut sel neuroblas berkembang menjadi neuron. Proses ini terjadi di dalam lapisan luar embrio yang disebut neuroepitel.

2.     Proliferasi: Setelah pembentukan, neuron-neuron ini mulai berkembang biak melalui proses yang disebut proliferasi. Sel-sel neuroblas membelah untuk membentuk lebih banyak neuron. Proses ini berlanjut selama periode prenatal dan memastikan bahwa jumlah neuron yang cukup dibentuk untuk membentuk sistem saraf yang kompleks.

3.     Migrasi: Neuron-neuron yang baru terbentuk kemudian melakukan perjalanan atau migrasi ke lokasi mereka yang akhir di dalam otak atau sumsum tulang belakang. Migrasi ini dikontrol oleh sinyal kimia dan molekuler yang memandu neuron ke tempat yang tepat dalam pengembangan sistem saraf.

4.     Diferensiasi dan Pembentukan Dendrit dan Akson: Setelah mencapai tujuan mereka, neuron mulai diferensiasi menjadi jenis-jenis yang berbeda berdasarkan fungsi dan lokasi mereka dalam otak. Mereka mulai membentuk struktur-sruktur seperti dendrit (yang menerima sinyal) dan akson (yang mengirimkan sinyal). Proses ini membentuk koneksi antar neuron.

5.     Sinaptogenesis: Sinaptogenesis adalah proses di mana neuron mulai membentuk sinapsis atau koneksi antara neuron satu dengan yang lain. Ini merupakan tahap penting dalam perkembangan otak, di mana koneksi-koneksi ini membentuk dasar dari sirkuit-sirkuit neuron yang mengontrol berbagai fungsi otak seperti pengolahan sensorik, motorik, dan kognitif.

6.     Pruning Sinaptik: Selama masa pertumbuhan anak-anak dan remaja, terjadi proses pruning sinaptik di mana sinapsis-sinapsis yang tidak digunakan atau kurang penting akan dihilangkan, sementara yang penting akan diperkuat. Ini membantu mengoptimalkan koneksi-koneksi yang relevan dan meningkatkan efisiensi otak.

7.     Plastisitas Sinaptik: Plastisitas sinaptik adalah kemampuan otak untuk membentuk dan memodifikasi sinapsis-sinapsis sesuai dengan pengalaman dan pembelajaran. Ini adalah proses yang terus-menerus sepanjang kehidupan dan memungkinkan otak untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan dan mempelajari keterampilan baru.

Perkembangan sel saraf manusia adalah proses yang sangat dinamis dan kompleks, yang dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk genetik, lingkungan, nutrisi, dan pengalaman. Tahapan-tahapan tersebut membentuk dasar untuk perkembangan sistem saraf yang kompleks dan penting untuk fungsi-fungsi otak yang kompleks.

 Jaringan Sel Saraf Terlihat Secara Umum.

Jaringan sel saraf atau neuron pada dasarnya terdiri dari sel-sel saraf yang saling berhubungan membentuk berbagai bagian otak, sumsum tulang belakang, dan sistem saraf tepi. Berikut adalah beberapa komponen utama dari jaringan sel saraf:

Neuron: Neuron adalah sel-sel saraf yang merupakan unit dasar dari sistem saraf. Setiap neuron terdiri dari badan sel, dendrit, dan akson. Dendrit berfungsi untuk menerima sinyal dari neuron-neuron lain, sedangkan akson mengirimkan sinyal ke neuron lain.

Akson: Akson adalah serat panjang yang mengirimkan sinyal listrik dari badan sel neuron ke sel-sel target lain, baik neuron atau sel-sel efektor seperti otot atau kelenjar.

Dendrit: Dendrit adalah cabang-cabang pendek yang bercabang dari badan sel neuron dan berfungsi untuk menerima sinyal-sinyal dari neuron-neuron lainnya. Dendrit memiliki struktur beraneka ragam yang memungkinkan mereka untuk menerima berbagai jenis sinyal.

Sinapsis: Sinapsis adalah hubungan fungsional antara dua neuron atau antara neuron dan sel efektor lainnya. Ini adalah tempat di mana sinyal-sinyal listrik disampaikan dari satu neuron ke neuron lainnya atau ke sel efektor melalui pengiriman zat kimia yang disebut neurotransmitter.

Glial Cells: Sel glial atau glia adalah sel-sel pendukung yang membantu menjaga kesehatan dan fungsi neuron. Mereka menyediakan dukungan struktural, menghasilkan myelin yang melapisi akson untuk meningkatkan kecepatan transmisi sinyal, serta menyediakan nutrisi dan dukungan imunologi untuk neuron.

Myelin Sheath: Myelin sheath adalah lapisan lemak yang melapisi sebagian besar akson neuron. Ini membantu mempercepat transmisi sinyal listrik dan melindungi akson dari kerusakan.

Dengan visualisasi yang tepat, gambar jaringan sel saraf dapat menampilkan kompleksitas dan keindahan struktur-struktur ini, serta bagaimana mereka saling berhubungan membentuk sistem saraf yang kompleks. Anda dapat mencari gambar jaringan sel saraf di internet untuk melihat contohnya secara lebih rinci.

 Nutrisi penunjang perkembangan otak anak

Nutrisi yang seimbang sangat penting untuk perkembangan otak anak. Berikut adalah beberapa makanan yang dapat membantu menunjang perkembangan otak anak:

1.     Ikan Berlemak: Ikan seperti salmon, sarden, dan tuna mengandung asam lemak omega-3, terutama DHA (asam docosahexaenoic), yang sangat penting untuk perkembangan otak dan fungsi kognitif.

2.     Telur: Telur mengandung kolin, yang merupakan nutrisi penting untuk pembentukan sel otak dan neurotransmitter.

3.     Buah-buahan Beri: Buah-buahan beri seperti blueberry, raspberry, dan strawberry mengandung antioksidan yang kuat, yang dapat melindungi otak dari kerusakan oksidatif dan meningkatkan fungsi kognitif.

4.     Kacang-kacangan dan Biji-bijian: Kacang-kacangan seperti almond, walnut, dan kacang tanah, serta biji-bijian seperti biji bunga matahari dan biji labu, mengandung lemak sehat, protein, dan vitamin B kompleks yang penting untuk kesehatan otak.

5.     Sayuran Hijau Daun: Sayuran hijau seperti bayam, kale, dan brokoli mengandung banyak vitamin dan mineral, termasuk vitamin K, folat, dan zat besi, yang mendukung perkembangan otak.

6.     Produk Susu: Susu, yogurt, dan keju adalah sumber kalsium dan protein yang penting untuk perkembangan tulang dan otak anak.

7.     Kacang-kacangan dan Legum: Kacang-kacangan seperti kacang merah, kacang hitam, dan kedelai, serta legum seperti kacang hijau dan lentil, kaya akan protein, serat, dan zat besi yang penting untuk kesehatan otak.

8.     Makanan Berbasis Karbohidrat: Karbohidrat kompleks seperti oatmeal, quinoa, dan roti gandum utuh memberikan energi yang stabil dan berkelanjutan untuk otak.

9.     Minyak Zaitun: Minyak zaitun mengandung antioksidan dan lemak sehat, yang baik untuk kesehatan otak dan fungsi kognitif.

10.  Dark Chocolate: Dark chocolate mengandung flavonoid yang dapat meningkatkan aliran darah ke otak dan meningkatkan fungsi kognitif.

Penting untuk memperhatikan variasi dan keseimbangan dalam pola makan anak, serta memastikan bahwa mereka mendapatkan nutrisi yang cukup untuk mendukung perkembangan otak yang optimal.

 Peran Orangtua Dalam Membantu Perkembangan Otak Anak

Peran orang tua sangatlah penting dalam membantu perkembangan otak anak. Berikut adalah beberapa cara orang tua dapat membantu:

1.     Stimulasi Lingkungan: Orang tua dapat menciptakan lingkungan yang kaya akan stimulasi untuk anak, dengan menyediakan mainan yang mendukung perkembangan, buku-buku yang menarik, dan kesempatan untuk bereksplorasi di alam.

2.     Interaksi yang Positif: Berinteraksi secara positif dengan anak merupakan cara yang efektif untuk merangsang perkembangan otak mereka. Berbicara dengan anak, membacakan cerita, dan bermain bersama membantu mengembangkan kemampuan bahasa dan sosial mereka.

3.     Memberikan Nutrisi yang Seimbang: Menyediakan makanan yang sehat dan bergizi sangat penting untuk perkembangan otak anak. Orang tua dapat memastikan anak mendapatkan asupan nutrisi yang cukup dengan memberikan makanan yang kaya akan protein, lemak sehat, vitamin, dan mineral.

4.     Memberikan Pendidikan Awal: Orang tua dapat membantu anak mempersiapkan diri untuk memasuki sekolah dengan memberikan pendidikan awal di rumah. Ini dapat meliputi membantu anak belajar membaca, menulis, dan berhitung, serta memperkenalkan mereka pada konsep-konsep dasar seperti warna, bentuk, dan angka.

5.     Memberikan Dukungan Emosional: Mendukung anak secara emosional sangat penting untuk perkembangan otak mereka. Orang tua perlu memberikan kasih sayang, dukungan, dan perhatian yang cukup untuk membantu anak merasa aman dan percaya diri dalam menjelajahi lingkungan mereka.

6.     Memfasilitasi Keterlibatan dalam Aktivitas yang Beragam: Orang tua dapat membantu anak menemukan minat dan bakat mereka dengan memfasilitasi keterlibatan dalam berbagai aktivitas seperti olahraga, seni, musik, dan lain-lain. Hal ini membantu memperluas wawasan anak dan merangsang perkembangan otak mereka.

7.     Menyediakan Batasan dan Konsistensi: Menetapkan batasan yang jelas dan konsisten membantu anak memahami ekspektasi dan mengembangkan kemampuan pengendalian diri yang penting untuk perkembangan otak mereka.

8.     Mendukung Pembelajaran Mandiri: Memberikan anak kesempatan untuk belajar mandiri dan menemukan solusi atas masalah mereka sendiri membantu mengembangkan keterampilan kognitif dan problem-solving.

9.     Mendorong Kreativitas: Mendorong kreativitas dan imajinasi membantu anak mengembangkan keterampilan kognitif yang penting seperti berpikir kritis dan inovatif.

10.  Menjadi Contoh yang Baik: Orang tua adalah model yang paling penting bagi anak-anak mereka. Dengan menjadi contoh yang baik dalam hal-hal seperti komunikasi, kejujuran, kerja keras, dan empati, orang tua dapat membantu membentuk perilaku dan nilai-nilai positif pada anak mereka.

 

Pengaruh Pada Sel Saraf Otak Jika Anak Dimarahi

Marahti pada anak, terutama jika itu berlangsung dalam jangka waktu yang lama dan dalam kekerasan, bisa memiliki dampak negatif pada perkembangan otak dan kesejahteraan mental anak. Berikut adalah beberapa pengaruh yang mungkin terjadi pada sel saraf otak anak jika mereka sering dimarahi:

1.     Stres Kronis: Marah dan hukuman yang sering dapat menyebabkan stres kronis pada anak. Stres kronis dapat memengaruhi struktur dan fungsi otak, terutama bagian yang terkait dengan pengaturan emosi dan respons terhadap stres, seperti amigdala dan korteks prafontal.

2.     Perubahan Struktural: Stres kronis dapat menyebabkan perubahan struktural pada otak, termasuk pengurangan volume hippocampus, yang penting untuk memori dan pembelajaran. Hal ini dapat mengganggu kemampuan anak untuk mengatur emosi, belajar, dan mengingat informasi dengan baik.

3.     Gangguan Fungsi Kognitif: Marah dan hukuman yang sering dapat mengganggu fungsi kognitif anak, seperti perhatian, pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan. Hal ini bisa terjadi karena stres kronis memengaruhi koneksi-koneksi antar neuron dalam otak.

4.     Peningkatan Risiko Gangguan Mental: Anak yang sering dimarahi memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkan gangguan mental, seperti kecemasan, depresi, dan perilaku agresif. Ini bisa disebabkan oleh pengaruh stres kronis pada struktur otak dan keseimbangan neurotransmitter.

5.     Pengaruh pada Perkembangan Emosional: Marah dan hukuman yang sering dapat memengaruhi perkembangan emosional anak, termasuk kemampuan mereka untuk mengatur emosi, memahami dan mengekspresikan perasaan mereka dengan tepat, serta membangun hubungan yang sehat dengan orang lain.

6.     Penurunan Kepercayaan Diri: Anak yang sering dimarahi cenderung memiliki rendahnya rasa harga diri dan kepercayaan diri. Hal ini bisa memengaruhi motivasi mereka untuk belajar dan mencapai potensi mereka penuh dalam berbagai aspek kehidupan.

7.     Pola Perilaku yang Negatif: Marah dan hukuman yang sering dapat mempengaruhi perilaku anak, membuat mereka cenderung menunjukkan perilaku yang tidak diinginkan seperti agresi, membantah, atau penarikan diri dari interaksi sosial.

Oleh karena itu, penting bagi orang tua dan caregiver untuk menggunakan pendekatan yang penuh kasih sayang dan mendukung dalam mendisiplinkan anak-anak, yang mempromosikan perkembangan positif dan kesejahteraan mereka secara keseluruhan.

 

Pengaruh Pada Sel Saraf Otak Jika Anak Diajak Rekreasi

Mengajak anak rekreasi memiliki berbagai dampak positif pada sel saraf otak dan perkembangan anak secara keseluruhan. Berikut adalah beberapa pengaruh positif yang bisa terjadi pada sel saraf otak anak jika mereka diajak rekreasi:

1.     Stimulasi Kognitif: Aktivitas rekreasi sering melibatkan interaksi sosial, eksplorasi lingkungan, dan pembelajaran baru. Ini memberikan stimulasi kognitif yang penting untuk perkembangan otak anak, membantu meningkatkan kemampuan berpikir, memecahkan masalah, dan memori.

2.     Peningkatan Kesehatan Otak: Aktivitas fisik yang terlibat dalam rekreasi, seperti bermain di luar atau berenang, dapat meningkatkan aliran darah ke otak dan menyediakan nutrisi yang cukup untuk sel-sel otak. Ini dapat meningkatkan fungsi otak dan meningkatkan kesehatan otak secara keseluruhan.

3.     Pengembangan Keterampilan Sosial: Rekreasi sering melibatkan interaksi sosial dengan teman sebaya dan orang dewasa. Ini membantu anak-anak dalam pengembangan keterampilan sosial seperti berbagi, bekerja sama, dan berkomunikasi dengan efektif, yang penting untuk kesejahteraan emosional dan perkembangan sosial mereka.

4.     Stres Relief: Aktivitas rekreasi juga dapat membantu mengurangi tingkat stres dan kecemasan pada anak-anak. Ini karena rekreasi memungkinkan anak untuk bersantai, bersenang-senang, dan melepaskan energi dengan cara yang positif.

5.     Peningkatan Kreativitas: Aktivitas rekreasi sering melibatkan kegiatan yang kreatif, seperti menggambar, membuat kerajinan, atau bermain musik. Ini membantu membangun keterampilan kreatif anak dan merangsang perkembangan otak yang terkait dengan imajinasi dan kreativitas.

6.     Penguatan Hubungan Orang Tua-Anak: Rekreasi bersama anak dapat memperkuat hubungan orang tua-anak. Ini memberikan kesempatan untuk berinteraksi dan menghabiskan waktu bersama, memperdalam ikatan emosional antara orang tua dan anak.

7.     Peningkatan Kemandirian: Aktivitas rekreasi yang didukung oleh orang tua juga dapat membantu meningkatkan rasa kemandirian anak. Mereka dapat belajar mengatasi tantangan, menyelesaikan masalah, dan mengambil inisiatif dalam lingkungan yang aman dan mendukung.

Semua ini merupakan bagian penting dari perkembangan otak anak dan membantu mereka tumbuh dan berkembang secara optimal. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk mengintegrasikan waktu rekreasi dalam rutinitas sehari-hari anak mereka

 

Wednesday, 13 March 2024

PERKEMBANGAN OTAK ANAK (1)

Oleh: Sugeng Pamudji

Orang tua adalah pendidik yang pertama dan utama bagi anak. Sayangnya, menjadi orang tua adalah profesi yang sangat tidak tersiapkan. Akibatnya, masa emas tumbuh kembang anak seringkali tidak bisa dimanfaatkan secara optimal. Untuk meningkatkan kapasitas orang tua dalam mendukung tumbuh kembang anak dan menyiapkan mereka untuk belajar di sekolah dasar, pada tahun anggaran 2020 Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini menyusun sejumlah sumber belajar untuk orang tua dengan beragam tema. Penyusunan sumber belajar ini juga sebagai respons atas tuntutan keterampilan abad 21 yang meliputi kualitas karakter yang bagus, literasi dasar, dan kompetensi 4K (kemampuan berpikir kritis, berkomunikasi, berkolaborasi, dan kreatif). Semoga sumber belajar ini bermanfaat bagi orang tua dalam mengasuh dan mendidik anak usia dini, terutama di masa anak belajar dari rumah (BDR) dan masa kebiasaan baru (new normal) sebagai akibat dari pandemi Covid-19. Terakhir, saya ucapkan terima kasih kepada tim penyusun, tim penelaah, ilustrator, dan pihak-pihak lain yang telah memungkinkan terbitnya sumber belajar ini. Semoga proses penyusunan sumber belajar ini menjadi proses yang memberikan berkah dan banyak pelajaran baru bagi kita semua. Demikian isi sambutan Direktur Pendidikan Anak Usia Dini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Muhammad Hasbi.

mengingat sangat pentingnya orang tua dalam mendampingi dan mendidik anak sejak usian dini maka silakan membaca selengkapnya melalui link berikut ini: 

https://repositori.kemdikbud.go.id/23230/1/28_Pengasuhan_Berdasarkan_Perkembangan_Otak_Anak_.pdf


Tuesday, 11 January 2022

PENDIDIKAN KELUARGA

Pendidikan keluarga sangat dibutuhkan dalam rangka mendukung perkembangan anak. mengapa demikian? Keluarga merupakan pendidikan yang pertama dan utama dalam sejarah pendidikan anak. di dalam keluargalah anak pertama kali memperoleh pendidikan dari orang tua. Oleh sebab itu orangtua perlu selalu meng-update dirinya dalam mendidik anak di rumah. Untuk itu maka Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah menyediakan portal untuk orantua yang ingin menambah ilmunya dalam mendampingi anaknya sehingga menjadi anak yang sukses. link berikut ini akan membantu Anda.

https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2019/11/paud-dan-pendidikan-keluarga-penting-dalam-mendukung-perkembangan-anak 

Semoga informasi ini membantu Anda dalam menyukseskan pendidikan putra putri Anda.

PRODUK HUKUM KABUPATEN SIDOARJO

Pemerintah Kabupaten Sidoarjo benar-benar berniat untuk membangun Sidoarjo dengan penuh semangat. Tidak hanya semangat namun juga menyiapkan payung hukum yang bisa digunakan sebagai dasar progran dan kegiatan sehingga tidak menyalahi atura. berbagai produk hukum yang telah dibuat oleh Pemerintah kabupaten Sidoaorjo dapat diunduh melalui link di bawah ini.

 http://jdih.sidoarjokab.go.id/sjdih/webapp/

Produk hukum Sidoarjo

Semoga informasi ini membantu Anda.

Monday, 5 July 2021

AKSI “BULLYING” BUKAN TINDAKAN GURU KOSTRUKTIVIS

 

 Oleh: Sugeng Pamudji

Anda seorang guru? Pernahkah Anda menempeleng siswa? Atau memarahi siswa karena lalai mengerjakan tugas yang Anda berikan sehingga siswa sakit hati? Atau Anda meneror siswa dengan mengatakan, “Awas kalau ramai lagi saya kasih niai nol kamu?” Nah kalau Anda pernah melakukan tindakan seperti di atas maka berhati-hatilah, karena tindakan tersebut termasuk aksi bullying. Aksi bullying tidak hanya dilakukan oleh guru, namun bisa datang dari sesama siswa, senior, alumni atau bahkan orang di lingkungan sekolah.

Apa itu bullying? Menurut Andrew Mellor dari Antibullying Network University of Edinburgh, bullying terjadi ketika seseorang merasa teraniaya oleh tindakan orang lain baik yang berupa verbal, fisik maupun mental dan orang tersebut takut bila perilaku tersebut akan terjadi lagi. Bullying merupakan istilah yang memang belum cukup dikenal oleh masyarakat luas di Indonesia meski perilakunya eksis di dalam kehidupan bermasyarakat, bahkan di dalam institusi pendidikan.

Maraknya aksi bullying atau tindakan yang membuat seseorang merasa teraniaya di sekolah baik yang dilakukan sesama siswa, alumni atau bahkan guru merupakan lagu lama. Masalahnya, kasus-kasus ini jarang menguak ke permukaan karena guru, orang tua bahkan siswa belum memiliki kesadaran kapan terjadinya bullying dan kalaupun disadari, jarang yang mau membicarakannya.

Apa akibat dari aksi bullyng terhadap siswa? Menurut kelompok Peduli Karakter ANAK (PeKA) indikasi anak menjadi korban bullying :

Ø Tidak mau pergi ke sekolah,

Ø Takut pada saat pergi maupun pulang sekolah,

Ø Menjadi nervous ataupun kurang percaya diri,

Ø Menangis sendiri tanpa sebab ataupun pada saat tidur.

Ø Prestasi akademik semakin menurun,

Ø Kehilangan keceriaan pada waktu pagi hari sebelum ke sekolah,

Ø Pulang sekolah dengan tas maupun buku yg robek/rusak,

Ø Barang kepunyaan/uang sering dilaporkan hilang,

Ø Meminta uang atau bahkan mencuri uang (untuk diserahkan kepada si Pelaku),

Ø Bersikap agresif pada adik atau saudaranya,

Ø Mogok makan,

Ø Pulang dengan luka-luka tanpa penjelasan yang memadai.

Bullying menjadi momok menyeramkan karena dampaknya bukan hanya dapat dirasakan sekarang saja namun bisa muncul beberapa tahun kemudian. Contohnya, dari salah satu anak SMA, dia ketika dibentak gurunya langsung pingsan dan meracau tidak jelas. Selidik punya selidik, dia ternyata pernah dibully dengan sangat keras oleh gurunya waktu SD. Sampai sekarang, dia masih perlu pendampingan.

Apa pengaruhnya bullyng terhadap pelaksanaan pembelajaran konstruktivisme? Berikut ini adalah pandangan teori konstruktivisme.

Menurut teori belajar konstruktivisme, pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran siswa. Artinya, bahwa siswa harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya. Dengan kata lain, siswa tidak diharapkan sebagai botol-botol kecil yang siap diisi dengan berbagai ilmu pengetahuan sesuai dengan kehendak guru.

Berkaitan dengan anak dan lingkungan belajarnya menurut pandangan konstruktivisme, Driver dan Bell (dalam Susan, Marilyn dan Tony, 1995: 222) mengajukan karakteristik sebagai berikut: (1) siswa tidak dipandang sebagai sesuatu yang pasif melainkan memiliki tujuan, (2) belajar mempertimbangkan seoptimal mungkin proses keterlibatan siswa, (3) pengetahuan bukan sesuatu yang datang dari luar melainkan dikonstruksi secara personal, (4) pembelajaran bukanlah transmisi pengetahuan, melainkan melibatkan pengaturan situasi kelas, (5) kurikulum bukanlah sekedar dipelajari, melainkan seperangkat pembelajaran, materi, dan sumber.

Pandangan tentang anak dari kalangan konstruktivistik yang lebih mutakhir yang dikembangkan dari teori belajar kognitif Piaget menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dibangun dalam pikiran seorang anak dengan kegiatan asimilasi dan akomodasi sesuai dengan skemata yang dimilikinya. Belajar merupakan proses aktif untuk mengembangkan skemata sehingga pengetahuan terkait bagaikan jaring laba-laba dan bukan sekedar tersusun secara hirarkis (Hudoyo, 1998: 5).

Dari pengertian di atas, dapat dipahami bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang berlangsung secara interaktif antara faktor intern pada diri pebelajar dengan faktor ekstern atau lingkungan, sehingga melahirkan perubahan tingkah laku.

Berikut adalah tiga dalil pokok Piaget dalam kaitannya dengan tahap perkembangan intelektual atau tahap perkembangan kognitif atau biasa juga disebut tahap perkembagan mental. Ruseffendi (1988: 133) mengemukakan; (1) perkembangan intelektual terjadi melalui tahap-tahap beruntun yang selalu terjadi dengan urutan yang sama. Maksudnya, setiap manusia akan mengalami urutan-urutan tersebut dan dengan urutan yang sama, (2) tahap-tahap tersebut didefinisikan sebagai suatu cluster dari operasi mental (pengurutan, pengekalan, pengelompokan, pembuatan hipotesis dan penarikan kesimpulan) yang menunjukkan adanya tingkah laku intelektual dan (3) gerak melalui tahap-tahap tersebut dilengkapi oleh keseimbangan (equilibration), proses pengembangan yang menguraikan tentang interaksi antara pengalaman (asimilasi) dan struktur kognitif yang timbul (akomodasi).

Berbeda dengan kontruktivisme kognitif ala Piaget, konstruktivisme sosial yang dikembangkan oleh Vigotsky adalah bahwa belajar bagi anak dilakukan dalam interaksi dengan lingkungan sosial maupun fisik. Penemuan atau discovery dalam belajar lebih mudah diperoleh dalam konteks sosial budaya seseorang (Poedjiadi, 1999: 62). Dalam penjelasan lain Tanjung (1998: 7) mengatakan bahwa inti konstruktivis Vigotsky adalah interaksi antara aspek internal dan ekternal yang penekanannya pada lingkungan sosial dalam belajar.

Dari uraian di atas jelas bahwa aksi bulying merupakan tindakan yang mematikan kreatifitas siswa. Siswa menjadi takut terhadap guru. Bahkan baru melihat sang guru saja sudah takut, bagaiamana mau berkreasi. Guru yang melakukan aksi bullying cenderung menghendaki siswa berlaku seperti yang dikehendaki oleh guru tersebut. Ini berarti siswa dibelenggu oleh kemauan guru.

Kadang-kadang guru lupa menanyakan kepada siswa mengapa dia melakukan suatu tindakan. Guru langsung memvonis siswa atas tindakan yang telah dilakukannya. Bila terjadi hal seperti ini yang perlu kita ketahui adalah bahwa siswa tentu memiliki alasan tersendiri mengapa dia malakukan tindakan tersebut. Sehingga dengan guru langsung memvonis siswa tersebut akan memutuskan rantai permasalahan yang ada pada diri siswa. Siswa menjadi enggan menyampaikan isi hatinya. Siswa menjadi lebih jauh hubungannya dengan sang guru. Akan lebih fatal bila kemudian enggan untuk pergi ke sekolah. Banyak kan siswa yang dari rumah pamit orang tuanya pergi ke sekolah, namun kenyataannnya tidak sampai di sekolah?

Aksi bullying menghambat siswa dalam membangun pengetahuannya dengan leluasa. Mereka datang ke sekolah banyak diliputi rasa takut, tertekan, teraniaya. Merasa sekolah merupakan tempat penyiksaan. Tujuan yang semula dicanangkan siswa hancur berantakan. Siswa merasa tujuannya ke sekolah tak terpenuhi seperti yang diangan-angankan. Padahal siswa harur diperlakukan sebagai manusia yang mempunyai tujuan datang ke sekolah. Siswa menjadi enggan untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran, mereka merasa takut salah. Jangan-jangan nanti kalau salah dimarahi sang guru.

Sekolah seharusnya melakukan pengamanan agar di sekolah tidak terjadi aksi bullying. Tingkat keamanan sekolah dari bullying atau tindakan yang membuat seseorang merasa teraniaya yang dapat dilakukan guru, sesama siswa, senior atau alumni bisa bergantung pada bagaimana interaksi guru dan murid di suatu sekolah dan aura lingkungan sekolah tersebut. Dari penelitian yang dilakukan di SD, SMP dan SMA di tiga kota besar di Indonesia, sekolah dengan tingkat bullying yang terendah menunjukkan ada kaitan erat antara guru dengan siswanya serta kondisi lingkungan sekolahnya. "Yang rendah ini, di sekolahnya terdapat hubungan antara guru dan siswa yang sangat baik. Sekolahnya kecil dan nyaman, dalam arti hijau, anak-anak bebas main-main. Sekolah yang sangat biasa," ujar peneliti, Ratna, dari Universitas Indonesia. Menurut Ratna, lingkungan fisik sekolah berpengaruh besar terhadap perilaku orang-orang yang ada di sekolah.

Salah satu upaya yang bisa dilakukan oleh pihak sekolah dalam mencegah dan mengatasi bullying adalah dengan menata ruang sekolah dengan nyaman dan kreatif. Penataan ruang di sekolah sangat penting untuk menciptakan atmosfir untuk memunculkan kreativitas anak-anak dan menciptakan rasa nyaman sehingga anak-anak merasa seperti di rumahnya sendiri. Upaya pencegahan bullying memang harus menjadi perhatian semua pihak baik siswa, para alumni, guru, orang tua, bahkan masyarakat di sekitar sekolah.

Sebagai kesimpulan dari uraian di atas dapat penulis sampaikan bahwa aksi bullying merupakan tindakan yang bisa menghambat bahkan mematikan kreatifitas siswa. Apabila aksi bulying dilakukan guru maka siswa tidak bisa mengkonstruksi pengetahuannya, dengan demikian maka tindakan guru tersebut sangat bertentangan dengan jiwa konstruktivis dalam proses pembelajaran.

 

Monday, 22 February 2021

COVID-19 BANGKITKAN GOTONG ROYONG DALAM PENDIDIKAN

Oleh: Sugeng Pamudji

 Covid-19 bangkitkan gotong royong dalam pendidikan. Selama ini banyak masyarakat orangtua yang beranggapan jika sang anak sudah disekolahkan di suatu sekolah maka putih-hitamnya anak diserahkan sepenuhnya kepada sekolah. Orangtua sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Ketika anak tiba dari sekolah orangtua tidak sempat menanyakan seperti apa kegiatannya di sekolah. Bahkan ketika orangtua diundang ke sekolah karena anak ada masalah di sekolah, orangtua enggan datang ke sekolah. Ada pula yang bila disampaikan oleh pihak sekolah mengenai kondisi anak, mereka membantahnya. Dengan kebijakan sekolah gratis seolah orangtua sudah terbebas dari beban biaya sekolah anak. Orangtua tidak perlu membantu sekolah. Namun, ternyata dengan adanya wabah covid-19, rupanya kondisi seperti itu mengalami perubahan.

<script data-ad-client="ca-pub-6144563181456040" async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>

Kini, mau tidak mau, orangtua harus mengubah cara berfikirnya. Mereka harus menemani anak di rumah. Membantu anak belajar di rumah. Merasakan betapa anak belajar. Bahkan mungkin orangtua harus membantu anak mempelajari berbagai jenis mata pelajaran. Di samping itu mereka masih harus mengingatkan bila ada perilaku anak yang tidak sesuai dengan aturan keluarga atau kehendak mereka atau mungkin lupa belum mengerjakan tugas dari gurunya. Orangtua juga turut membangun pendidikan karakter anak agar menjadi anak yang bertanggung jawab. Memang repot, bahkan sangat repot. Oleh sebab itu tidak mengherankan jika banyak orangtua yang mengeluh begitu ada kebijakan siswa belajar di rumah. Orangtua dituntut bisa mengantarkan anak agar sukses dalam belajarnya di rumah, yang mungkin selama ini seolah tidak mau tahu bagaimana anak belajar.

Nah, di sinilah munculnya kolaborasi antara orangtua, anak, dan guru. Guru memberikan panduan, materi pelajaran, tugas, yang semuanya dilakukan tanpa tatap muka secara langsung dengan anak. Tentu hal ini menimbulkan masalah anak manakala anak mengalami kesulitan. Tidak mungkin anak setiap mengalami kesulitan harus bertanya kepada gurunya. Maka orangtualah, atau minimal anggota keluarga yang lain yang dimintai bantuan untuk mengatasi permasalahannya. Maka muncullah kerjasama antara guru, anak, dan orangtua. Semuanya memilki satu tujuan, yaitu anak berhasil dalam belajarnya.

<script data-ad-client="ca-pub-6144563181456040" async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>

Dengan adanya wabah covid-19 ini banyak orangtua yang membantu sekolah misalnya dengan menyediakan cairan pencuci tangan (hand sanitizer), sabun untuk cuci tangan. Selain itu juga ada kelompok/ komunitas masyarakat yang membantu sekolah dengan melakukan penyemprotan desinfektan secara gratis. Ini semua merupakan wujud dari gotong royong orangtua dan masyarakat dengan sekolah. Walaupun ada sebagian masyarakat yang aktivitasnya kurang mendukung kebijakan pemerintah berkaitan dengan wabah covid-19 ini. Misalnya pemerintah meminta masyarakat tidak berkumpul dalam suatu lokasi, namun masih ada sebagian masyarakat yang justru menyediakan fasilitas wifi untuk anak-anak usia sekolah bermain dalam jumlah yang banyak.

Gotong royong tersebutlah yang diharapkan terjadi. Sesuai dengan visi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, yaitu “Terbentuknya Insan serta Ekosistem Pendidikan dan Kebudayaan yang Berkarakter dengan Berlandaskan Gotong Royong.” Rasa gotong royong dalam ekosistem pendidikan tersebut akan benar-benar bisa terwujud bila tiga sentra pendidikan bisa bermitra. Siapa mereka, yaitu sekolah (guru), keluarga (orangtua), dan masyarakat. Pendidikan keluarga merupakan pendidikan yang pertama dan utama. Oleh sebab itu sebenarnya modal dasar anak bisa menjadi orang sukses berawal dari keluarga.

<script data-ad-client="ca-pub-6144563181456040" async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>

Dalam kemitraan tri sentra pendidikan, orangtua (keluarga) memiliki peran turut serta mendidik anak agar berkarakter dan berbudaya prestasi. Komponen tri sentra pendidikan merupakan komponen yang bisa membentuk ekosisitem yang ideal dalam menumbuhkan karakter dan budaya prestasi anak. Pada kesempatan saat ini merupakan latihan bagi segenap orangtua untuk benar-benar berpartisipasi secara aktif mewujudkan perannya sebagai komponen penting dalam mendidik anak agar menjadi anak yang berkarakter dan berbudaya prestasi. Semoga setelah berakhirnya wabah covid-19 ini, untuk selanjutnya, orangtua terus berperan aktif dalam bergotong royong dengan sekolah menyukseskan pendidikan anak. Jika hal ini bisa terjadi maka keselarasan tri sentra pendidikan bisa terjaga.

Kemitraan tri sentra pendidikan merupakan keniscayaan. Ini, sebenarnya,  tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lain dalam peranannya mendukung keberhasilan pendidikan anak. Orangtua memiliki peranan yang pertama dan utama dalam masa pendidikan anak. Peran aktif orangtua sangat diperlukan walaupun anak telah “dititipkan” di sebuah lembaga pendidikan/sekolah. Dalam kaitan dengan ini banyak studi yang mengungkap bahwa peran katif dan keterlibatan keluarga dalam proses pendidikan berbanding lurus secara positif terhadap prestasi belajar dan penumbuhan karakter anak. Oleh sebab itu peran orangtua dan keluarga menjadi kunci keberhasilan pendidikan.

<script data-ad-client="ca-pub-6144563181456040" async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>

Semoga wabah covid-19 ini membawa hikmah yang positif terhadap perkembangan peran orangtua terhadap pendidikan anak. Terjadi sinergi yang semakin baik antara sekolah dengan orangtua. Walaupun antara anak dengan gurunya tidak saling bertemu secara fisik, melakukan kegiatan pembelajaran dipisahkan oleh jarak. Namum mereka disatukan oleh teknologi. Karena memang menurut ilmu sosiologi bahwa interaksi antar manusia tidak harus bertemu langsung, tidak harus bersentuhan atau bertatap muka langsung. Salah satunya bisa melalui media sosial. Inilah yang memungkinkan guru, anak, dan orangtua bisa berkeja sama menyukseskan keberhasilan pendidikan anak. Semoga Allah memudahkannya. Aamiin ya robbal aalamiin.

 

ooo