Saturday, 29 March 2014

PEMBELAJARAN KOOPERATIF (COOPERATIVE LEARNING)



Pembaca yang budiman, tulisan ini merupakan ringkasan buku yang ditulis oleh Isjoni dan diterbitkan oleh Alfabeta Bandung pada tahun 2009. Semoga ringkasan buku ini bisa bermanfaat bagi para pembaca. ISBN 978-979-8433-29-0; 112 hal

PENDAHULUAN
Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Cooperative learning merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelomoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam cooperative learning, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
Dijelaskan bahwa menurut Slavin (1985), cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelomok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok hetrogen.
Model kooperatif dapat diterapkan untuk memotivasi siswa berani mengemukakan pendapatnya, menghargai pendapat teman, dan saling memberikan pendapat (sharing idea). Bahkan beberapa ahli menyatakan bahwa model ini tidak hanya unggul dalam membantu siswa memahami konsep yanng sulit, tetapi juga sangat berguna untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, bekerja sama dan membantu teman.
Unsur-unsur dasar dalam cooperative learning menurut Lungdren (1994) sebagai berikut:
a.       Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau berenang bersama”.
b.      Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau peserta didik lain dalam kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi.
c.       Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama.
d.      Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab di antara para anggota kelompok.
e.       Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.
f.       Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar.
g.       Setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Thompson, et al (1995) mengemukakan cooperative learning turut menambah unsur-unsur interaksi sosial pada pembelajaran.

PENGERTIAN COOPERATIVE LEARNING
Slavin (1995) mengemukakan, “In cooperative learning methods, students work together in four member teams to master material initially presented by the teacher”.
Johnson (dalam Hasan, 1994) mengemukakan, “Cooperanon means working together to accomplish shared goals. Within cooperative activities individuals seek outcomes that are beneficial to all other groups members. Cooperative learning is the instructional use of small groups that allows students to work together to maximize their own and each other as learning”.
Anita Lie (2000) menyebut cooperative learning dengan istilah pembelajaran gotong royong, yaitu pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur.
Cooperative learning merupakan model pembelajarn yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student oriented), terutama untuk menngatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli pada yang lain.

TUJUAN COOPERATIVE LEARNING
Ibrahim et. al (2000) menyatakan bahwa stidak-tidaknya ada tiga tujuan pembelajaran penting yang akan dicapai dengan menggunakan cooperative learning, yaitu:
1)      Hasil belajar akademik. Berupa memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akedemis lainnya.
2)      Penerimaan terhadap perbedaan individu. Penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya.
3)      Pengembangan ketrampilan sosial. mengajarkan kepada siswa ketrampilan bekerja sama dan kolaborasi.

KARAKTERISTIK COOPERATIVE LEARNING
Bennet (1995) menyatakan ada lima unsur dasar yang dapat membedakan cooperative learning dengan kerja kelompok, yaitu:
1)      Positive interdependence, yaitu hubungan timbal balik yang didasari adanya kepentingan yang sama atau perasaan di antara anggota kelompok dimana keberhasilan seseorang merupakan keberhasilan yang lain pula atau sebaliknya.
2)      Interaction face to face, yaitu interaksi yang langsung terjadi antar siswa tanpa adanya perantara.
3)      Adanya tanggung jawab pribadi mengenai materi pelajaran dalam anggota kelompok, sehingga siswa termotivasi untuk  membantu temannya, karena tujuan dalam cooperative learning adalah menjadikan setiap anggota kelompoknya menjadi lebih kuat pribadinya.
4)      Membutuhkan keluwesan yaitu menciptakan hubungan antar pribadi, mengembangkan kemampuan kelompok, dan memelihara hubungan kerja yang efktif.

Dalam cooperative learning tidak hanya mempelajari materi saja, tetapi siswa atau peserta didik juga harus mempelajari keterampilan-keterampilan khusus yang disebut keterampilan kooperatif. Keterampilan kooperatif  berfungsi untuk memperlancar hubungan kerja dan tugas. Lungdren (1994) menyatakan bahwa keterampilan-keterampilan tersebut antara lain:
1.      Keterampilan kooperatif tingkat awal.
Yang merupakan keterampilan tingkat awal adalah:
a.       Menggunakan kesepakatan, yaitu menyakan pendapat yang berguna untuk meningkatkan hubungan kerja dalam kelompok.
b.      Menghargai kontribusi, ini berarti memperhatikan atau mengenal apa yang dapat dikatakan atau dikerjakan anggota lain.
c.       Mengambil giliran dan berbagi tugas. Bahwa setiap anggota kelompok bersedia menggantikan dan bersedia mengemban tugas/ tanggung jawb tertentu dalam kelompok.
d.      Berada dalam kelompok. Setiap anggota tetap dalam kelompok kerja selama kegiatan berlangsung.
e.       Berada dalam tugas. Yaitu meneruskan tugas yang menjadi tanggung jawabnya agar kegiatan dapat diselesaikan sesuai waktu yang dibutuhkan.
f.       Mendorong partisipasi, yaitu mendorong semua anggota kelompok untuk memberikan kontribusi terhadap tugas kelompok.
g.       Mengundang orang lain,  yaitu meminta orang lain untuk berbicara dan berpartisipasi terhadap tugas.
h.      Menyelesaikan tugas dalam waktunya.
i.        Menghormati perbedaan individu, yaitu bersikap menghormati terhadap budaya, suku, ras, atau pengalaman dari semua siswa atau peserta didik.
2.      Keterampilan tingkat menengah yang meliputi menunjukkan penghargaan dan simpati, mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara yang dapat diterima, mendengarkan dengan arif, bertanya, membuat ringkasan, menafsirkan, mengorganisir, dan mengurangi ketegangan.
3.      Keterampilan tingkat mahir, meliputi mengelaborasi, memeriksa dengan cermat, menanyakan kebenaran, menetapkan tujuan, dan berkompromi.

No comments:

Post a Comment