Pembaca
yang budiman, tulisan ini merupakan ringkasan buku yang ditulis oleh Isjoni dan
diterbitkan oleh Alfabeta Bandung pada tahun 2009. Semoga ringkasan buku ini
bisa bermanfaat bagi para pembaca. ISBN 978-979-8433-29-0; 112 hal
PENDAHULUAN
Cooperative
learning atau pembelajaran kooperatif adalah salah
satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Cooperative learning merupakan strategi
belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat
kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelomoknya, setiap siswa
anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami
materi pelajaran. Dalam cooperative learning, belajar dikatakan belum selesai
jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
Dijelaskan bahwa menurut Slavin (1985), cooperative learning adalah suatu model
pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelomok kecil
secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok hetrogen.
Model kooperatif dapat diterapkan untuk
memotivasi siswa berani mengemukakan pendapatnya, menghargai pendapat teman,
dan saling memberikan pendapat (sharing
idea). Bahkan beberapa ahli menyatakan bahwa model ini tidak hanya unggul
dalam membantu siswa memahami konsep yanng sulit, tetapi juga sangat berguna
untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, bekerja sama dan membantu teman.
Unsur-unsur dasar dalam cooperative
learning menurut Lungdren (1994) sebagai berikut:
a.
Para siswa harus memiliki persepsi
bahwa mereka “tenggelam atau berenang bersama”.
b.
Para siswa harus memiliki tanggung
jawab terhadap siswa atau peserta didik lain dalam kelompoknya, selain tanggung
jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi.
c.
Para siswa harus berpandangan
bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama.
d.
Para siswa membagi tugas dan
berbagi tanggung jawab di antara para anggota kelompok.
e.
Para siswa diberikan satu evaluasi
atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.
f.
Para siswa berbagi kepemimpinan
sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar.
g.
Setiap siswa akan diminta
mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok
kooperatif.
Thompson, et al (1995) mengemukakan cooperative learning turut menambah
unsur-unsur interaksi sosial pada pembelajaran.
PENGERTIAN COOPERATIVE LEARNING
Slavin (1995) mengemukakan, “In cooperative learning methods, students
work together in four member teams to master material initially presented by
the teacher”.
Johnson (dalam Hasan, 1994) mengemukakan, “Cooperanon means working together to
accomplish shared goals. Within cooperative activities individuals seek
outcomes that are beneficial to all other groups members. Cooperative learning
is the instructional use of small groups that allows students to work together
to maximize their own and each other as learning”.
Anita Lie (2000) menyebut cooperative learning dengan istilah
pembelajaran gotong royong, yaitu pembelajaran yang memberi kesempatan kepada
peserta didik untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang
terstruktur.
Cooperative
learning merupakan model pembelajarn yang saat ini
banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada
siswa (student oriented), terutama
untuk menngatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa,
yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak
peduli pada yang lain.
TUJUAN COOPERATIVE
LEARNING
Ibrahim et. al (2000) menyatakan bahwa
stidak-tidaknya ada tiga tujuan pembelajaran penting yang akan dicapai dengan
menggunakan cooperative learning, yaitu:
1)
Hasil belajar akademik. Berupa
memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akedemis lainnya.
2)
Penerimaan terhadap perbedaan
individu. Penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras,
budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya.
3)
Pengembangan ketrampilan sosial.
mengajarkan kepada siswa ketrampilan bekerja sama dan kolaborasi.
KARAKTERISTIK COOPERATIVE LEARNING
Bennet (1995) menyatakan ada lima unsur
dasar yang dapat membedakan cooperative learning dengan kerja kelompok, yaitu:
1)
Positive interdependence, yaitu
hubungan timbal balik yang didasari adanya kepentingan yang sama atau perasaan
di antara anggota kelompok dimana keberhasilan seseorang merupakan keberhasilan
yang lain pula atau sebaliknya.
2)
Interaction face to face, yaitu
interaksi yang langsung terjadi antar siswa tanpa adanya perantara.
3)
Adanya tanggung jawab pribadi
mengenai materi pelajaran dalam anggota kelompok, sehingga siswa termotivasi
untuk membantu temannya, karena tujuan
dalam cooperative learning adalah
menjadikan setiap anggota kelompoknya menjadi lebih kuat pribadinya.
4)
Membutuhkan keluwesan yaitu menciptakan
hubungan antar pribadi, mengembangkan kemampuan kelompok, dan memelihara
hubungan kerja yang efktif.
Dalam cooperative
learning tidak hanya mempelajari materi saja, tetapi siswa atau peserta
didik juga harus mempelajari keterampilan-keterampilan khusus yang disebut
keterampilan kooperatif. Keterampilan kooperatif berfungsi untuk memperlancar hubungan kerja
dan tugas. Lungdren (1994) menyatakan bahwa keterampilan-keterampilan tersebut
antara lain:
1.
Keterampilan kooperatif tingkat
awal.
Yang merupakan
keterampilan tingkat awal adalah:
a.
Menggunakan kesepakatan, yaitu
menyakan pendapat yang berguna untuk meningkatkan hubungan kerja dalam
kelompok.
b.
Menghargai kontribusi, ini berarti
memperhatikan atau mengenal apa yang dapat dikatakan atau dikerjakan anggota
lain.
c.
Mengambil giliran dan berbagi
tugas. Bahwa setiap anggota kelompok bersedia menggantikan dan bersedia
mengemban tugas/ tanggung jawb tertentu dalam kelompok.
d.
Berada dalam kelompok. Setiap
anggota tetap dalam kelompok kerja selama kegiatan berlangsung.
e.
Berada dalam tugas. Yaitu
meneruskan tugas yang menjadi tanggung jawabnya agar kegiatan dapat
diselesaikan sesuai waktu yang dibutuhkan.
f.
Mendorong partisipasi, yaitu
mendorong semua anggota kelompok untuk memberikan kontribusi terhadap tugas
kelompok.
g.
Mengundang orang lain, yaitu meminta orang lain untuk berbicara dan
berpartisipasi terhadap tugas.
h.
Menyelesaikan tugas dalam waktunya.
i.
Menghormati perbedaan individu,
yaitu bersikap menghormati terhadap budaya, suku, ras, atau pengalaman dari
semua siswa atau peserta didik.
2.
Keterampilan tingkat menengah yang
meliputi menunjukkan penghargaan dan simpati, mengungkapkan ketidaksetujuan
dengan cara yang dapat diterima, mendengarkan dengan arif, bertanya, membuat
ringkasan, menafsirkan, mengorganisir, dan mengurangi ketegangan.
3.
Keterampilan tingkat mahir, meliputi
mengelaborasi, memeriksa dengan cermat, menanyakan kebenaran, menetapkan
tujuan, dan berkompromi.
No comments:
Post a Comment