Sunday 5 August 2018

MENDIDIK DIRI SENDIRI SEBELUM MENDIDIK ORANG LAIN



Oleh Sugeng Pamudji

Mendidik dalam Islam bukanlah sekedar mentransfer ilmu pengetahuan (knowledge) dan informasi, tetapi lebih dari itu, mendidik adalah proses transformasi nilai-nilai (values) dan kearifan (wisdom) kepada setiap peserta didik. Demikian tulis Nio Gwan Chung dalam Ensiklopedi Leadership & Manajemen Muhammad SAW. Mentransfer ilmu pengetahuan bisa dilakukan antara lain dengan menjelaskan, memberi keterangan yang menarik, dan dengan contoh-contoh yang nyata dan sederhana, sehingga peserta didik dapat dengan cepat dan mudah memahami konsep-konsep ilmu pengetahuan tersebut. Sebagai indikator keberhasilan transfer ilmu pengetahuan antara lain adalah peserta didik telah memahami teori-teori yang diajarkan. Bisa juga transfer ilmu pengetahuan dianggap berhasil jika peserta didik mengalami perubahan secara kognitif, dari “tidak tahu” menjadi “tahu”. Waktu yang dibutuhkan untuk mentransfer ilmu pengetahuan sampai peserta didik paham bisa tidak memerlukan waktu yang lama. Bahkan beberapa menit saja peserta didik sudah paham mengenai konsep ilmu pengetahuan tersebut. Selain itu mentransfer ilmu pengetahuan dapat dilakukan dengan proses yang sederhana.
Lain ilmu pengetahuan lain pula dengan nilai (value). Mentransfer nilai memerlukan waktu yang relatif lebih lama dibanding mentransfer ilmu pengetahuan. Selain itu juga lebih rumit. Nilai-nilai itu tidak cukup dihafal oleh peserta didik, namun harus diajarkan secara berulang-ulang dalam konteks kehidupan sehari-hari yang nyata. Peserta didik harus mngalami secara langsung dengan melibatkan seluruh aspek yang ada pada diri peserta didik yang berupa aspek pengetahuan, aspek afektif, dan aspek psikomotor. Transfer nilai memerlukan keterlibatan pengalaman seluruh anggota komunitas seperti sekolah, anggota keluarga, dan lingkungan masyarakat. Jika proses dan seluruh aspek yang diperlukan dalam transfer nilai tersebut terpenuhi dengan baik maka nilai akan bisa “hidup” dalam diri seorang peserta didik.
Bagaimana agar seseorang bisa berhasil mentransfer ilmu pengetahuan dan nilai kepada peserta didik? Ibnu Sina dalam Ensiklopedi Leadership & Manajemen Muhammad SAW menyatakan bahwa pendidikan yang baik adalah pendidikan yang mementingkan self education atau mendidik diri sendiri sebelum mendidik orang lain. Manusia adalah kontrol terbaik dalam kehidupan masyrakat dan negara. Oleh sebab itu sebelum manusia mendidik dan memerintah orang lain sebaiknya ia pandai mendidik dirinya sendiri terlebih dahulu. Dengan demikian tujuannya menanamkan ilmu pengetahuan dan nilai-nilai terhadap orang lain (peserta didik) bisa berhasil dengan baik.
Di awal tulisan ini disampaikan mengenai pandangan Islam mengenai pendidikan. Oleh sebab itu perlu rasanya mengungkap bagaimana dengan Nabi Muhammad SAW? Dalam buku yang menjadi sumber tulisan ini dijelaskan bahwa dalam usahanya menjalankan misi kerasulannya, beliau menekankan pentingnya pendidikan bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia. Nabi Muhammad SAW merupakan seorang pendidik yang berhasil mendidik para sahabat menjadi manusia yang sukses. Sukses dalam kehidupan di dunia dan sukses dalam kehidupan ukhrowi. Abu Bakar, ‘Umar bin Khattab, ‘Ustman bin ‘Afaan, dan ‘Ali bin Abi Thaalib adalah para sahabat yang berhasil dididik menjadi pemimpin dunia.
Walalupun Nabi Muhammad SAW tidak pernah mendapatkan pendidikan sekolah yang mengajarkan baca tulis namun kemampuan intelektualnya sangat luar biasa. Pikiran-pikiran beliau mampu memecahkan/ menjawab berbagai tantangan dan permasalahan manusia. Beliau langsung dididik oleh Sang Pemilik Ilmu Pengetahuan yakni Allah SWT. Dalam sebuah riwayat disebutkan, “Sesungguhnya Allah  SWT telah mendidikku, dan Ia mendidikku dengan baik, kemudian Ia menyuruhku dengan akhlak-akhlak mulia dan berfirman, “Ambillah kemaafan dan suruhlah dengan kebaikan, serta berpalinglah dari orang-orang yang jahil.”
Nabi Muhammad SAW terus mendorong umatnya untuk terus belajar. Sampai-sampai beliau membuat kebijakan yang sangat strategis, yakni ketika kaum Muslimin berhasil menawan sejumlah pasukan musyrik dalam perang Badar maka para tawanan tersebut bisa bebas jika telah menebusnya dengan mengajar baca tulis kepada warga Madinah. Dengan kemampuan baca tulis yang dimiliki, warga Madinah bisa mengangkat harkat mereka di samping kekuatan iman mereka. Nabi Muhammad SAW menjadikan masjid sebagai pusat pendidikan umat Islam saat itu, dan beliau terlibat langsung dalam kegiatan pendidikan tersebut. Beliau mengajarkan berbagai hikmah kepada para sahabat dan memperdengarkan ayat-ayat suci Al Qur’an, sehingga lahirlah sahabat-sahabat awal yang disebut sebagai generasi Islam terbaik.
Demikian pentingnya pendidikan, sampai Allah SWT mendidik langsung Rasul-Nya yang ummi sehingga menjadi pendidik yang hebat. Beliau menjadi contoh seluruh manusia, sebelum memperbaiki orang lain beliau memperbaiki dirinya terlebih dahulu. Bagaimana dengan kita?

Sumber:
Antonio, Syafii Muhammad. 2012, ENSIKLOPEDIA LEADERSHIP & MANAJEMEN MUHAMMAD SAW, “THE SUPER LEADER SUPER MANAGER”, Sang Pembelajar dan Guru Peradaban, Jakarta: Tazkia Publishing.

No comments:

Post a Comment