Oleh
Sugeng Pamudji
Mendidik dalam Islam bukanlah sekedar mentransfer
ilmu pengetahuan (knowledge) dan
informasi, tetapi lebih dari itu, mendidik adalah proses transformasi nilai-nilai
(values) dan kearifan (wisdom) kepada setiap peserta didik.
Demikian tulis Nio Gwan Chung dalam Ensiklopedi Leadership & Manajemen
Muhammad SAW. Mentransfer ilmu pengetahuan bisa dilakukan antara lain dengan
menjelaskan, memberi keterangan yang menarik, dan dengan contoh-contoh yang
nyata dan sederhana, sehingga peserta didik dapat dengan cepat dan mudah
memahami konsep-konsep ilmu pengetahuan tersebut. Sebagai indikator
keberhasilan transfer ilmu pengetahuan antara lain adalah peserta didik telah
memahami teori-teori yang diajarkan. Bisa juga transfer ilmu pengetahuan
dianggap berhasil jika peserta didik mengalami perubahan secara kognitif, dari
“tidak tahu” menjadi “tahu”. Waktu yang dibutuhkan untuk mentransfer ilmu
pengetahuan sampai peserta didik paham bisa tidak memerlukan waktu yang lama.
Bahkan beberapa menit saja peserta didik sudah paham mengenai konsep ilmu
pengetahuan tersebut. Selain itu mentransfer ilmu pengetahuan dapat dilakukan
dengan proses yang sederhana.
Lain ilmu pengetahuan lain pula dengan nilai (value). Mentransfer nilai memerlukan
waktu yang relatif lebih lama dibanding mentransfer ilmu pengetahuan. Selain
itu juga lebih rumit. Nilai-nilai itu tidak cukup dihafal oleh peserta didik, namun
harus diajarkan secara berulang-ulang dalam konteks kehidupan sehari-hari yang
nyata. Peserta didik harus mngalami secara langsung dengan melibatkan seluruh
aspek yang ada pada diri peserta didik yang berupa aspek pengetahuan, aspek
afektif, dan aspek psikomotor. Transfer nilai memerlukan keterlibatan
pengalaman seluruh anggota komunitas seperti sekolah, anggota keluarga, dan
lingkungan masyarakat. Jika proses dan seluruh aspek yang diperlukan dalam
transfer nilai tersebut terpenuhi dengan baik maka nilai akan bisa “hidup”
dalam diri seorang peserta didik.
Bagaimana agar seseorang bisa berhasil mentransfer
ilmu pengetahuan dan nilai kepada peserta didik? Ibnu Sina dalam Ensiklopedi
Leadership & Manajemen Muhammad SAW menyatakan bahwa pendidikan yang baik
adalah pendidikan yang mementingkan self
education atau mendidik diri sendiri sebelum mendidik orang lain. Manusia
adalah kontrol terbaik dalam kehidupan masyrakat dan negara. Oleh sebab itu
sebelum manusia mendidik dan memerintah orang lain sebaiknya ia pandai mendidik
dirinya sendiri terlebih dahulu. Dengan demikian tujuannya menanamkan ilmu
pengetahuan dan nilai-nilai terhadap orang lain (peserta didik) bisa berhasil
dengan baik.
Di awal tulisan ini disampaikan mengenai pandangan
Islam mengenai pendidikan. Oleh sebab itu perlu rasanya mengungkap bagaimana
dengan Nabi Muhammad SAW? Dalam buku yang menjadi sumber tulisan ini dijelaskan
bahwa dalam usahanya menjalankan misi kerasulannya, beliau menekankan
pentingnya pendidikan bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia. Nabi
Muhammad SAW merupakan seorang pendidik yang berhasil mendidik para sahabat
menjadi manusia yang sukses. Sukses dalam kehidupan di dunia dan sukses dalam
kehidupan ukhrowi. Abu Bakar, ‘Umar bin Khattab, ‘Ustman bin ‘Afaan, dan ‘Ali bin
Abi Thaalib adalah para sahabat yang berhasil dididik menjadi pemimpin dunia.
Walalupun Nabi Muhammad SAW tidak pernah mendapatkan
pendidikan sekolah yang mengajarkan baca tulis namun kemampuan intelektualnya
sangat luar biasa. Pikiran-pikiran beliau mampu memecahkan/ menjawab berbagai
tantangan dan permasalahan manusia. Beliau langsung dididik oleh Sang Pemilik
Ilmu Pengetahuan yakni Allah SWT. Dalam sebuah riwayat disebutkan,
“Sesungguhnya Allah SWT telah mendidikku,
dan Ia mendidikku dengan baik, kemudian Ia menyuruhku dengan akhlak-akhlak
mulia dan berfirman, “Ambillah kemaafan dan suruhlah dengan kebaikan, serta
berpalinglah dari orang-orang yang jahil.”
Nabi Muhammad SAW terus mendorong umatnya untuk
terus belajar. Sampai-sampai beliau membuat kebijakan yang sangat strategis,
yakni ketika kaum Muslimin berhasil menawan sejumlah pasukan musyrik dalam
perang Badar maka para tawanan tersebut bisa bebas jika telah menebusnya dengan
mengajar baca tulis kepada warga Madinah. Dengan kemampuan baca tulis yang
dimiliki, warga Madinah bisa mengangkat harkat mereka di samping kekuatan iman
mereka. Nabi Muhammad SAW menjadikan masjid sebagai pusat pendidikan umat Islam
saat itu, dan beliau terlibat langsung dalam kegiatan pendidikan tersebut.
Beliau mengajarkan berbagai hikmah kepada para sahabat dan memperdengarkan
ayat-ayat suci Al Qur’an, sehingga lahirlah sahabat-sahabat awal yang disebut
sebagai generasi Islam terbaik.
Demikian pentingnya pendidikan, sampai Allah SWT
mendidik langsung Rasul-Nya yang ummi sehingga menjadi pendidik yang hebat.
Beliau menjadi contoh seluruh manusia, sebelum memperbaiki orang lain beliau
memperbaiki dirinya terlebih dahulu. Bagaimana dengan kita?
Sumber:
Antonio,
Syafii Muhammad. 2012, ENSIKLOPEDIA
LEADERSHIP & MANAJEMEN MUHAMMAD SAW, “THE SUPER LEADER SUPER MANAGER”,
Sang Pembelajar dan Guru Peradaban, Jakarta: Tazkia Publishing.
No comments:
Post a Comment