A. Pengertian
Prinsip-Prinsip Belajar
Kata prinsip berasal dari
Bahasa Latin yang berarti dasar (pendiri, tindakan) atau sesuatu yang dipegang
sebagai panutan yang utama (Badudu & Zain dalam Yatim, 2009: 61). Dalam
Bahas Inggris principle berarti yang
berarti asas atau dasar (Echols, Jm & Shadily, H. dalam Yatim 2009: 61).
Menurut Syah Djalinus (dalam Yatim, 2009: 61) kata prinsip mempunyai maksud
sesuatu yang menjadi dasar dari pokok berpikir, berpijak, bertindak an
sebagainya. Menurut Dardiri, A. (dalam Yatim, 2009: 61), kata prinsip (prinsip
dasar) yaitu pernyataan kebenaran universal yang kebenarannya sudah terbukti
dengan sendirinya, artinya kebenaran universal yang tidak membutuhkan lagi
hal-hal lain untuk membuktikan kebenarannya.
Pengertian belajar sesuai
pendapat tokoh-tokoh berbeda-beda, namun esensinya sama. Menurut Wingkel (dalam
Yatim, 2009: 61) belajar adalah suatu aktivitas mental dan psikis yang
berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan yang menghasilkan
perubahan-perubahan tingkah laku pada diri-sendiri berkat adanya interaksi
antara individu dengan individu dengan lingkungan. Menurut pandangan Skinner
(dalam Yatim, 2009: 62), belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang
belajar, maka responsnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar
pada responsnya menurun dalam belajar ditemukan adanya kesempatan terjadinya
peristiwa yang menimbulkan respons pebelajar. Respons si pebelajar, konsekuensi
yang yang bersifat menguatkan respons tersebut. Menurut Walra, Rochmat (dalam
yatim, 2009: 62) belajar adalah merupakan aktivitas atau pengalaman yang
menghasilkan perbahan pengetahuan, perilaku, dan pribadi yang bersifat
permanen. Perubahan itu dapat bersifat penambahan atau pengayaan pengetahuan,
perilaku, atau kepribadian. Mungkin juga dapat bersifat pengurangan atau
reduksi pengetahuan, perilaku, atau kepribadian yang tidak dikehendaki.
Prinsip belajar adalah
konsep-konsep ataupun asas (kaidah dasar) yang harus diterapkan di dalam proses
belajar mengajar. Ini mengnadung maksud bahwa pendidik akan dapat melaksanakan
tugasnya dengan baik apabila dapat menerapkan cara mengajar sesuai dengan
prinsip-prinsip belajar. Juga mempunyai anak supaya dapat mengontrol sendiri
apakah tugas-tugas mengajar mengajar yang dilakukannya telah sesuai dengan
prinsip-prinsip belajar. Dimyati (dalam Yatim, 2009: 62) mendefinisikan
beberapa pedoman yang relative berlaku umum yang dapat kita pakai sebagi dasar dalam upaya pembelajaran, baik bagi
anak didik yang perlu meningkatkan upaya belajarnya, maupun bagi pendidik dalam
upaya meningkatkan mengajarnya.
Jadi prinsip-prinsip
belajar adalah landasan berpikir, landasan berpijak dan sumber motivasi, dengan
harapan tujuan pembelajaran tercapai dan tumbuhnya proses belajar antara anak
didik dan pendidik yang dinamis dan terarah.
B. Macam-Macam
Prinsip Belajar
1.
Prinsip belajar menurut Slameto
Berdasarkan
prasyarat yang diperlukan untuk belajar, prinsip-prinsip belajar meliputi:
a. Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan
partisipasi aktif, meningkatkan minat, dan membimbing untuk mencapai tujuan
instruksional.
b. Belajar
harus dapat menimbulkan “reinforcement” dan motivasi yang kuat pada siswa untuk
mencapai tujuan instruksional.
c.
Belajar perlu lingkunganyang menantang dimana
anak dapat mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan efektif.
d. Belajar
perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya.
Sesuai materi
atau bahan yang harus dipelajari, prinsip-prinsip belajar meliputi:
a.
Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu
harus memiliki struktur, penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah
menangkap pengertiannya.
b. Belajar
harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan instruksional
yang harus dicapai.
c.
Belajar memerlukan sarana yang cukup sehingga
siswa dapat belajar dengan tenang.
d. Repetisi,
dalam proses belajar perlu latihan berkali-kali agar pengertian/ ketrampilan/
sikap itu mendalam pad siswa.
2.
Prinsip belajar menurut Gestalt
a.
Belajar berdasarkan keseluruhan
Orang berusaha
menghubungkan suatu materi pelajaran dengan pelajaran yang lain sebanyak
mungkin. Mata pelajaran yang bulat lebih mudah dimengerti dari pada
bagian-bagiannya.
b. Belajar
adalah suatu proses perkembangan
Anak-anak baru dapat
mempelajari dan merencanakan bila ia telah dating untuk menerima bahan
pelajarannya itu. Manusia sebagai suatu organisme yang berkembang, kesediaan
mempelajari sesuatu tidak hanya ditentukan oleh kematangan jiwa, batiniah,
tetapi juga perkembangan karena lingkungan dan pengalaman.
c.
Siswa sebagai organisme keseluruhan.
Siswa belajar tak hanya
intelektualnya saja, tetapi juga emosinya dan jasmaniahnya. Dalam pengajaran
modern guru di samping mengajar, juga mendidik untuk membentuk pribadi siswa.
d. Terjadi
transfer
Belajar pada pokoknya yang
terpenting pada penyesuaian pertama adalah memperoleh respons yang tepat. Mudah
atau sukarnya problem itu terutama adalah masalah pengamatan bila dalam suatu
kemampuan telah dikuasai betul-betul, maka dapat dipindahkan untuk kemampuan
yang lain.
e.
Belajar adalah reorganisasi pengalaman
Pengalaman adalah suatu
interkasi antara seseorang dengan lingkungannya. Anak kena api, kejadian ini
menjadi pengalaman bagi anak. Belajar itu baru timbul bila seseorang menemui
suatu situasi atau soal baru. Dalam mengahadapi itu ia akan menggunakan segala
pengalaman yang telah dimiliki. Siswa mengadakan analisis reorganisasi pengalamannya.
f.
Belajar harus dengan insight
Insight adalah suatu saat
dalam proses belajar dimana seseorang melihat pengertian tentang sangkut paut
dan hubungan-hubungan tertentu dalam unsur yang mengandung suatu problem.
g. Belajar
lebih berhasil bila berhubungan dengan minat, keinginan dan tujuan siswa.
Hal ini bisa terjadi bila
banyak berhubungan dengan apa yang diperlukan sisa dalam kehidupan sehari-hari.
h. Belajar
berlangsung terus-menerus.
Siswa memperoleh
pengetahuan tak hanya di sekolah tetapi juga di luar sekolah. Dalam pergaulan,
memperoleh pengalaman sendiri-sendiri. Karena itu sekolah harus bekerja sama
dengan orang tua di rumah dan di masyarakat, agar semua turut serta membantu
perkembangan siswa secara harmonis.
3.
Prinsip belajar menurut Robert H. Davies
Menurut
Robert H. Davies (dalam Yatim, 2009: 65), prinsip-prinsip belajar ada Sembilan
seperti berikut ini:
a.
Prinsip kemanfaatan
Seorang
siswa termotivasi belajar sesuatu hal
yang bermanfaat bagi dirinya.
Agar belajar
lebih berarti terdapat 3 teknik, yaitu:
1) Menghubungkan
pelajaran dengan pengalaman siswa di masa lalu.
2) Menghubungkan
keinginan dan nilai belajar pada apa yang dipelajari.
3) Menghubungkan
tujuan siswa pada yang dipelajari dengan memberikan suatu pendangan dari
pelajaran tersebut saat mengabarkan kemungkinan penerapan masa depan.
b. Prinsip
prasyarat
Seorang
siswa mungkin belajar sesuatu yang baru jika dia memiliki semua prasyarat.
Belajar masa lalu sesorang siswa kemungkinan merupakan faktor penentu yang
sangat penting bagi keberhasilan atau kegagalan dirinya dalam belajar.
Maksudnya yang dimiliki kemampuan prasyarat menemukan kemanfaatan belajar.
c.
Prinsip percontohan
Siswa
mungkin lebih mendapatkan perilaku baru jika ia ditunjukkan contoh pekerjaan
dan menirukannya.
Ada lima
petunjuk yang dapat membantu guru melaksanakan prinsip ini, yaitu:
1) Para
guru harus memberikan nama pada aspek penting dari perilaku yang dicontohkan
sebagaimana ditunjukkan.
2) Para
siswa harus menyaksikan contoh penerima penghargaan atas perilakunya.
3) Contoh
tersebut harus dirasakan sebagaimana suatu status tinggi seseorang.
4) Jika
suatu perilaku yang dicontohkan bertentangan dengan nilai dan kepercayaan
siswa, siswa tersebut sangat mungkin tidak meniru contoh itu.
5) Percontohan
diterapkanketika mengajar teknis atau keahlian sosial.
d. Prinsip
komunitas terbuka
Komunikasi
terbuka memungkinkan siswa untuk belajar apabila penyajian dibuat dengan pesan
terbuka untuk inspeksi siswa.
Lima kiat
apabila menggunakan prinsip komunikasi terbuka adalah:
1) Menyatakan
tujuan pada siswa Anda.
2) Sebutkan
hubungan dengan memberikan saran dan dorongan pada siswa.
3) Kapan
pun jika memungkinkan tunjukkan fakta apa yang pernah dijelaskan.
4) Usahakan
siswa bisa melihat dan mendengar semua sifat khusus yang dimungkinkan ketika
hal tersebut disebutkan.
5) Gunakan
pertanyaan untuk menguji komunikasi.
e.
Prinsip hal baru
Seorang
siswa mungkin mempelajari jika perhatiannya menarik dengan presentasi yang
relatif baru.
Seorang
pendidik harus berani dan mau mengubah gaya an alat presentasi dari biasanya.
f.
Prinsip diklat aktif yang sesuai
Siswa lebih
aktif belajar apabila mereka mengmabil baian latihan yang disanggupi untuk
mencapai tujuan pelajaran.
Ada tiga
saran yang berguna membnatu menyesuaikan prinsip tersebut:
1) Meminta
siswa untuk merespons dan menjawab pertanyaan.
2) Meminta
siswa untuk menyusun dan mengatur kembali informasi yang ditemukan dalam bacaan
mereka.
3) Membuat
sarana dan suasana belajar pada pekerjaan bila diperlukan.
g. Prinsip
pembagian praktik
HIgard dan
Bower (1975) menyampaikan bahwa jika perilaku (perubahan asal belajar) sering
dipraktikkan atau digunakan, maka eksistensi perilaku tersebut akan semakin
kuat “(law of use)”. Sebaliknya jika
perilaku tadi tidak sering dilatih atau digunakan, maka akan terlupakan atau
sekurang-kurangnya kaan menurun “(law of
disuse)” Syah Muhibin (2002: 85)
h. Prinsip
penghapusan
Seorang
siswa lebih mungkin belajar apabila instruksional segera dikeluarkan secara
berangsur-angsur.
Pada
permulaan instruksi, guru/ pendidik membantu para siswa belajar dengan
memberikan petunjuk dan isyarat. Jika siswa menjadi ahli, maka guru/ pendidik
menarik atau menghilangkan secara sistematis bantuan, petunjuk, dan isyarat
tadi.
i.
Prinsip kondisi yang menyenangkan dan
konsekuensinya
Seorang
siswa lebih suka terus belajar jika pengajaran yang dilakukan oleh guru
dianggap sebagai suatu yang menyenangkan.
Ada beberapa
hal yang menyebabkan siswa enggan di kelas:
1) Siswa
merasa bosan atau kurangnya tantangan dengan sesuatu yang bervariasi.
2) Siswa
adalah subjek dari kondisi yang tidak menantang misalnya kondisi ruangan yang
menyebabkan fisiknya tidak menyenangkan.
3) Siswa
merasa frustasi karena dalam kondisi yang tidak menyenangkan. Misalnya
pemberian informasiyang tidak dimengerti oleh siswa.
4) Perasaan
siswa yang terluka yang dapat disebabkan oleh guru membandingkan hasil siswa
dengan siswa yang lainnya, adanya gurauan yang keterlaluan, dan kegagalan untuk
melakukan sesuatu.
Beberapa prosedur untuk membuat situasi lebih
menyenangkan:
1) Serangkaian
tugas yang cukup menantang selama masa training.
Tantangan dapat dibuat sangat mudah dan
sangat sulit, sehingga guru harus membagi dan tugasnya untuk siswa yang selalu
gagal dalam menjalankan tugasnya, mereka harus diberi tugas yang memungkinkan
mereka untuk meraih kesuksesan (lebih mudah) dan jika berhasil guru atau
pendidik akan meninkgatkan kesulitannya
secara bertahap.
2) Beri
siswa pengetahuan atas hasil yang telah dicapainya.
Apa yang menyebabkan kegagalan dan bagaimana
cara memperbaikinya. Pengetahuan tersebut penting untuk meningkatkan
pengetahuannya dan meningkatkan performannya.
3) Penghargaan
atas usahnya dan apa yang diraih ssiwa.
4.
Prinsip belajar menurut Rochman Natawidjaja, dkk
a.
Prinsip efek kepuasan
b. Prinsip
pengulangan
c.
Prinsip kesiapan
d. Prinsip
kesan pertama
e.
Prinsip makna yang dalam
f.
Prinsip bahan baru
g. Prinsip
gabungan
5.
Prinsip belajar yang relative berlaku umum
a.
Perhatian dan motivasi
Dalam mengajar guru harus
dapat membangkitkan perhatian siswa kepada pelajaran yang diberikan oleh guru.
Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran
sesuai dengan kebutuhannya. Apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai
sesuatu yang dibutuhkan dan diperlukan untuk belajar lebih lanjut atau
diperlukan dalam kehidupansehari-hari, akan membangkitkan motivasi untuk
mempelajarinya.
Di samping perhatian,
motivasi mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar. Motivasi adalah
tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang. Mtivation is the concept we use when describe the force
action on pr within an organiism ti initiate and direct nehavior (Petri,
Herbert L. dalam Yatim, 2009: 72). Motivasi dapat merupakan tujuan dan alat
dalam pembelajaran. Sebagai tujuan, motivasi merupakan asalah satu tujuan untuk
mengajar.
b. Keaktifan
Anak adalah makhluk yang
aktif, mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai kemauan dan aspirasinya
sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain dan juga tida bisa
dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif
mengalami sendiri. John Dawey mengemukakan, bahwa belajar adalah menyangkut apa
yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri, maka inisiatif harus datang
dari siswa sendiri.
c.
Keterlibatan langsung/ berpengalaman
Belajar haruslah dilakukan
sendiri oleh siswa, demikian juga siswa harus mengalami sendiri, belajar tidak
bisa dilimpahkan kepada orang lain. Edgar Dale dalam penggolongan pengalaman
belajar yang dituangkan kerucut pengalamannya mengemukakan bahwa belajar yang
paling baik dalambelajar melalui pengalaman langsung. Dalam belajar melalui
pengalaman langsung siswa tidak sekadar mengamati secara langsung tetapi ada
yang tidak menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, dan bertanggung jawab
terhadap hasilnya.
d. Pengulangan
Prinsip belajar yang
menekankan perlunya pengulangan yang dikemukakan oleh teori psikolog daya
adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas daya pengamat,
menanggap, mengingat, menghayal, merasakan, berpikir, dan sebagainya. Dengan
mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut akan berkembang.
Thordike dalam teori
psikolog asosiasi atau koneksionisme, berangkat dari salah satu hukum
belajarnya “law of exercise”, ia
mengemukakan bahwa belajar adalah pembentukan hubungan antarstimulus dan
respons dan pengulangan terhadap pengalaman-pengalaman itu memperbesar peluang
timbulnya respons besar.
e.
Tantangan
Teori medan (field theory) dari Kurt Lewin (dalam
Yatim, 2009: 74) mengemukakan bahwa siswa dalam situasi belajar dalam suatu
medan atau lapangan psikologis. Dalam situasi belajar siswa menghadapi suatu
tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan yaitu mempelajari
bahan belajar, maka timbullah motivasi untuk mengatasi hambatan itu yaitu
dengan mempelajari bahan belajar tersebut. Apabila hambatan itu telah diatasi,
artinya tujuan belajar telah tercapai, maka ia akan masuk dalam medan baru dan
tujuan baru demikian seterusnya. Agar pada anak timbl motif yang kuat untuk
mengatasi hambatan dengan baik, maka bahan belajar hauslah menantang.
Penggunaan metode
eksperimen, inkuiri, discovery juga memberikan tantangan bagi siswa untuk
belajar secara lebih giat dan sungguh-sungguh.
f.
Balikan dan penguatan
Thordike dalam teorinya
“law of effect” mengemukakan, siswa akan belajar lebih bersemangat apabila
mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik. Hasil yang baik akan merpakan
balikan yang menyenangkan dan berpengaruh baik bagi usaha belajar selanjutnya.
Namun dorongan belajar itu menurut B. F. Skinner tidak saja oleh penguatan yang
menyenangkan. Atau dengan kata lain penguatan positif maupun negatif dapat
memperkuat belajar sebagaimana dikatakan oleh Gagne dan Berliner.
g. Perbedaan
individual
Siswa merupakan individu
yang unik, artinya tidak ada dua orang yang sama persis, tiap siswa memiliki
perbedaan satu dengan yang lain.
Perbedaan itu terdapat pada karakteristik psikis, kepribadian, dan
sifat-sifatnya.
Perbedaan individu ini
berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa.. karenanya, perbedaan individu
perlu diperhatikan oleh guru dalam upaya
pebelajaran. Sistem pendidikan klsikal yang dilakukan di sekolah kita kurang
memperhatikan masalah perbedaan individual, umumnya pelaksanaan pembelajaran di
kelas dengan melihat siswa sebagai individu dengan kemampuan rata-rata,
kebiasaan yang kerang lebih sama, demikian
pula dengan pengetahuannya.
C. Implikasi prinsip-prinsip belajar bagi siswa
1.
Perhatian dan motivasi
2.
Keaktifan
3.
Keterlibatan langsung/ berpengalaman
4.
Pengulangan
5.
Tantangan
6.
Balikan dan penguatan
7.
Perbeaan individual
D. Implikasi
prinsip-prinsip belajar bagi guru
1.
Perhatian dan motivasi
2.
Keaktifan
3.
Keterlibatan langsung/ berpengalaman
4.
Pengulangan
5.
Tantangan
6.
Balikan dan penguatan
7.
Perbedaan individual
E. KESIMPULAN
Bagi seorang
pendidik (guru) sangat penting mempelajari prinsup-prinsp belajar ini. Hal
berkaitan dengan keberhasilan dalam pembelajaran di kelas. Dengan mengetahui,
kemudian memahami dan selanjutnya menerapkannya dalam pembeljaran di kelas maka
tingkat keberhasilan siswa akan meningkat. Siswa akan bisa terlayani sesuai
dengan kebutuhannya. Guru tidak memaksakan kehendaknya, karena guru tidak boleh
berprinsip, bisa saya ini, maka mau tidak mau siswa yang harus menerimanya.
Semoga para pendidika profesional akan selalu mengingat prinsip-prinsp belajar
ini ketika membantu siswa belajar. Semoga sukses.
Sumber:
Yatim Riyanto, 2008, Paradigma Baru Pembelajaran, Cetakan pertama, Surabaya, Perdana Media.
Sumber:
Yatim Riyanto, 2008, Paradigma Baru Pembelajaran, Cetakan pertama, Surabaya, Perdana Media.
No comments:
Post a Comment