Friday, 10 November 2017

HAKIKAT LESSON STUDY

Banyak upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi masalah yang muncul dalam dunia pendidikan. Salah satu masalah yang perlu diselesaikan adalah tentang proses pembelajaran. Untuk melatih agar guru terbiasa melakukan pembelajaran secara terbuka maka dilakukan dengan cara yang disebut Lesson study.
Makoto Yoshida adalah orang yang dianggap mempunyai jasa besar dalam mengembangkan kenkyuu jugyodi Jepang. Kenkyuu jugyo adalah istilah dalam Bahasa Jepang untuk lesson study. Memang Jepang adalah negara yang pertama kali mengembangkan konsep dan praktik lesson study. Negara lain yang kemudian mengikuti jejak Jepang tersebut adalah Amerika Serikat. Catherine Lewis lah yang mengembangkan lesson study di Amerika Serikat. Beliau telah melakukan penelitian tentang lesson study di Jepang sejak tahun 1993. Di Indonesia saat ini sedang gencar disosialisasikan dalam rangka meningkatkan mutu proses pembelajaran. Kalau pada mulanya lesson study dikembang di tingkat sekolah dasar (SD), maka kini juga mulai dikembangkan di tingkat sekolah menengah bahkan ada kecenderungan di kembangkan di perguruan tinggi.
Perlu dipahami bahwa lesson study bukan merupakan suatu strategi atau model atau metode pembelajaran.Lesson study merupakan salah satu upaya pembinaan untuk meningkatkan proses pembelajaran yang dilakukan oleh sekelompok guru secara kolaboratif dan berkesinambungan, dalam merencanakan, melaksanakan, mengobservasi dan melaporkan hasil pembelajaran. Slamet Mulyana (2007) memberikan rumusan tentang lesson study sebagai salah satu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan pada prinsip-psrinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar. Catherine Lewis (2002) menyebutkan bahwa “lesson study is a simple idea. If you want to improve instruction, what could be more obvious than collaborating with fellow teachers to plan, observe, and reflect on lessons? While it may be a simple idea, lesson study is a complex process, supported by collaborative goal setting, careful data collection on student learning, and protocols that enable productive discussion of difficult issues”. Lesson Study dilakukan terus menerus tiada henti dan merupakan sebuah upaya untuk mengaplikasikan prinsip-prinsip dalam Total Quality Management, yakni memperbaiki proses dan hasil pembelajaran siswa secara terus-menerus, berdasarkan data. Lesson Study dapat mendorong terbentuknya sebuah komunitas belajar (learning society) yang secara konsisten dan sistematis melakukan perbaikan diri, baik pada tataran individual maupun manajerial.
Bill Cerbin & Bryan Kopp mengemukakan bahwa Lesson Study memiliki 4 (empat) tujuan utama, yaitu untuk :
1) memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana siswa belajar dan guru mengajar;
2) memperoleh hasil-hasil tertentu yang dapat dimanfaatkan oleh para guru lainnya, di luar peserta lesson study;
3) meningkatkan pembelajaran secara sistematis melalui inkuiri kolaboratif.
4) membangun sebuah pengetahuan pedagogis, dimana seorang guru dapat menimba pengetahuan dari guru lainnya.
Catherine Lewis (2004) mengemukakan pula tentang ciri-ciri esensial dari lesson study, yang diperolehnya berdasarkan hasil observasi terhadap beberapa sekolah di Jepang, yaitu:
1) Tujuan bersama untuk jangka panjang.
Lesson study didahului adanya kesepakatan dari para guru tentang tujuan bersama yang ingin ditingkatkan dalam kurun waktu jangka panjang dengan cakupan tujuan yang lebih luas, misalnya tentang: pengembangan kemampuan akademik siswa, pengembangan kemampuan individual siswa, pemenuhan kebutuhan belajar siswa, pengembangan pembelajaran yang menyenangkan, mengembangkan kerajinan siswa dalam belajar, dan sebagainya.
2) Materi pelajaran yang penting.
Lesson study memfokuskan pada materi atau bahan pelajaran yang dianggap penting dan menjadi titik lemah dalam pembelajaran siswa serta sangat sulit untuk dipelajari siswa.
3) Studi tentang siswa secara cermat.
Fokus yang paling utama dari lesson study adalah pengembangan dan pembelajaran yang dilakukan siswa, misalnya, apakah siswa menunjukkan minat dan motivasinya dalam belajar, bagaimana siswa bekerja dalam kelompok kecil, bagaimana siswa melakukan tugas-tugas yang diberikan guru, serta hal-hal lainya yang berkaitan dengan aktivitas, partisipasi, serta kondisi dari setiap siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Dengan demikian, pusat perhatian tidak lagi hanya tertuju pada bagaimana cara guru dalam mengajar sebagaimana lazimnya dalam sebuah supervisi kelas yang dilaksanakan oleh kepala sekolah atau pengawas sekolah.
4) Observasi pembelajaran secara langsung.
Observasi langsung boleh dikatakan merupakan jantungnya Lesson Study. Untuk menilai kegiatan pengembangan dan pembelajaran yang dilaksanakan siswa tidak cukup dilakukan hanya dengan cara melihat dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Lesson Plan) atau hanya melihat dari tayangan video, namun juga harus mengamati proses pembelajaran secara langsung. Dengan melakukan pengamatan langsung, data yang diperoleh tentang proses pembelajaran akan jauh lebih akurat dan utuh, bahkan sampai hal-hal yang detail sekali pun dapat digali. Penggunaan videotape atau rekaman bisa saja digunakan hanya sebatas pelengkap, dan bukan sebagai pengganti.
Berdasarkan wawancara dengan sejumlah guru di Jepang, Caterine Lewis telah melakukan wawancara dengan sejumlah guru di Jepang. Dari hasil wawancara tersebut disimpulkan bahwa Lesson Study sangat efektif bagi guru karena telah memberikan keuntungan dan kesempatan kepada para guru untuk dapat:
1) memikirkan secara lebih teliti lagi tentang tujuan, materi tertentu yang akan dibelajarkan kepada siswa,
2) memikirkan secara mendalam tentang tujuan-tujuan pembelajaran untuk kepentingan masa depan siswa, misalnya tentang arti penting sebuah persahabatan, pengembangan perspektif dan cara berfikir siswa, serta kegandrungan siswa terhadap ilmu pengetahuan,
3) mengkaji tentang hal-hal terbaik yang dapat digunakan dalam pembelajaran melalui belajar dari para guru lain (peserta atau partisipan lesson study),
4) belajar tentang isi atau materi pelajaran dari guru lain sehingga dapat menambah pengetahuan tentang apa yang harus diberikan kepada siswa,
5) mengembangkan keahlian dalam mengajar, baik pada saat merencanakan pembelajaran maupun selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran,
6) membangun kemampuan melalui pembelajaran kolegial, dalam arti para guru bisa saling belajar tentang apa-apa yang dirasakan masih kurang, baik tentang pengetahuan maupun keterampilannya dalam membelajarkan siswa, dan
7) mengembangkan “The Eyes to See Students” (kodomo wo miru me), dalam arti dengan dihadirkannya para pengamat (obeserver), pengamatan tentang perilaku belajar siswa bisa semakin detail dan jelas.
Manfaat lesson study menurut Lesson Study Project (LSP), diantaranya:
1) guru dapat mendokumentasikan kemajuan kerjanya,
2) guru dapat memperoleh umpan balik dari anggota/komunitas lainnya, dan
3) guru dapat mempublikasikan dan mendiseminasikan hasil akhir dari lesson study. Dalam konteks pendidikan di Indonesia, manfaat yang ketiga ini dapat dijadikan sebagai salah satu Karya Tulis Ilmiah Guru, baik untuk kepentingan kenaikan pangkat maupun sertifikasi guru.
Menurut Slamet Mulyana (2007) ada dua tipe dalam penyelenggaraan lesson study, yaitu:
1) Lesson Study berbasis sekolah.
Lesson Study berbasis sekolah dilaksanakan oleh semua guru dari berbagai bidang studi dengan kepala sekolah yang bersangkutan. dengan tujuan agar kualitas proses dan hasil pembelajaran dari semua mata pelajaran di sekolah yang bersangkutan dapat lebih ditingkatkan.
2) Lesson Study berbasis MGMP.
Lesson Study berbasis MGMP merupakan pengkajian tentang proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh kelompok guru mata pelajaran tertentu, dengan pendalaman kajian tentang proses pembelajaran pada mata pelajaran tertentu, yang dapat dilaksanakan pada tingkat wilayah, kabupaten atau mungkin bisa lebih diperluas lagi.
Dalam hal keanggotaan kelompok, Lesson Study Reseach Group dari Columbia University menyarankan cukup 3-6 orang saja, yang terdiri unsur guru dan kepala sekolah, dan pihak lain yang berkepentingan. Kepala sekolah perlu dilibatkan terutama karena perannya sebagai decision maker di sekolah. Dengan keterlibatannya dalam Lesson Study, diharapkan kepala sekolah dapat mengambil keputusan yang penting dan tepat bagi peningkatan mutu pembelajaran di sekolahnya, khususnya pada mata pelajaran yang dikaji melalui Lesson Study. Selain itu, dapat pula mengundang pihak lain yang dianggap kompeten dan memiliki kepedulian terhadap pembelajaran siswa, seperti pengawas sekolah atau ahli dari perguruan tinggi

Thursday, 9 November 2017

PENGUKURAN, PENILAIAN DAN EVALUASI

Oleh 
Oleh: Sugeng Pamudji

Pengukuran, penilaian dan evaluasi merupakan kegiatan yang bersifat hierarki. Artinya ketiga kegiatan tersebut dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar tidak dapat dipisahkan satu sama lain dan dalam pelaksanaannya harus dilaksanakan secara berurutan.

Pengukuran
Pengukuran dapat diartikan dengan kegiatan untuk mengukur sesuatu. Pada hakekatnya, kegiatan ini adalah membandingkan sesuatu dengan atau sesuatu yang lain (Anas Sudijono, 1996: 3) Jika kita mengukur suhu badan seseorang dengan termometer, atau mengukur jarak kota A dengan kota B, maka sesungguhnya yang sedang dilakukan adalah mengkuantifikasi keadaan seseorang atau tempat ke dalam angka. Karenanya, dapat dipahami bahwa pengukuran itu bersifat kuantitatif.
Maksud dilaksanakan pengukuran sebagaimana dikemukakan Anas Sudijono (1996: 4) ada tiga macam yaitu : (1) pengukuran yang dilakukan bukan untuk menguji sesuatu seperti orang mengukur jarak dua buah kota, (2) pengukuran untuk menguji sesuatu seperti menguji daya tahan lampu pijar serta (3) pengukuran yang dilakukan untuk menilai. Pengukuran ini dilakukan dengan jalan menguji hal yang ingin dinilai seperti kemajuan belajar dan lain sebagainya.
Dalam dunia pendidikan, yang dimaksud pengukuran sebagaimana disampaikan Cangelosi (1995: 21) adalah proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris. Proses pengumpulan ini dilakukan untuk menaksir apa yang telah diperoleh siswa setelah mengikuti pelajaran selama waktu tertentu. Proses ini dapat dilakukan dengan mengamati kinerja mereka, mendengarkan apa yang mereka katakan serta mengumpulkan informasi yang sesuai dengan tujuan melalui apa yang telah dilakukan siswa.
Menurut Mardapi (2004: 14) pengukuran pada dasarnya adalah kegiatan penentuan angka terhadap suatu obyek secara sistematis. Karakteristik yang terdapat dalam obyek yang diukur ditransfer menjadi bentuk angka sehingga lebih mudah untuk dinilai. Aspek-aspek yang terdapat dalam diri manusia seperti kognitif, afektif dan psikomotor dirubah menjadi angka. Karenanya, kesalahan dalam mengangkakan aspek-aspek ini harus sekecil mungkin. Kesalahan yang mungkin muncul dalam melakukan pengukuran khususnya di bidang ilmu-ilmu sosial dapat berasal dari alat ukur, cara mengukur dan obyek yang diukur.
Pengukuran dalam bidang pendidikan erat kaitannya dengan tes. Hal ini dikarenakan salah satu cara yang sering dipakai untuk mengukur hasil yang telah dicapai siswa adalah dengan tes. Selain dengan tes, terkadang juga dipergunakan nontes. Jika tes dapat memberikan informasi tentang karakteristik kognitif dan psikomotor, maka nontes dapat memberikan informasi tentang karakteristik afektif obyek.

Penilaian
Penilaian merupakan bagian penting dan tak terpisahkan dalam sistem pendidikan saat ini. Peningkatan kualitas pendidikan dapat dilihat dari nilai-nilai yang diperoleh siswa. Tentu saja untuk itu diperlukan sistem penilaian yang baik dan tidak bias. Sistem penilaian yang baik akan mampu memberikan gambaran tentang kualitas pembelajaran sehingga pada gilirannya akan mampu membantu guru merencanakan strategi pembelajaran. Bagi siswa sendiri, sistem penilaian yang baik akan mampu memberikan motivasi untuk selalu meningkatkan kemampuannya.
Dalam sistem evaluasi hasil belajar, penilaian merupakan langkah lanjutan setelah dilakukan pengukuran. Informasi yang diperoleh dari hasil pengukuran selanjutnya dideskripsikan dan ditafsirkan. Karenanya, menurut Djemari Mardapi (1999: 8) penilaian adalah kegiatan menafsirkan atau mendeskripsikan hasil pengukuran. Menurut Cangelosi (1995: 21) penilaian adalah keputusan tentang nilai. Oleh karena itu, langkah selanjutnya setelah melaksanakan pengukuran adalah penilaian. Penilaian dilakukan setelah siswa menjawab soal-soal yang terdapat pada tes. Hasil jawaban siswa tersebut ditafsirkan dalam bentuk nilai.
Menurut Djemari Mardapi (2004: 18) ada dua acuan yang dapat dipergunakan dalam melakukan penilaian yaitu acuan norma dan acuan kriteria. Dalam melakukan penilaian di bidang pendidikan, kedua acuan ini dapat dipergunakan. Acuan norma berasumsi bahwa kemampuan seseorang berbeda serta dapat digambarkan menurut kurva distribusi normal. Sedangkan acuan kriteria berasumsi bahwa apapun bisa dipelajari semua orang namun waktunya bisa berbeda.
Penggunaan acuan norma dilakukan untuk menyeleksi dan mengetahui dimana posisi seseorang terhadap kelompoknya. Misalnya jika seseorang mengikuti tes tertentu, maka hasil tes akan memberikan gambaran dimana posisinya jika dibandingkan dengan orang lain yang mengikuti tes tersebut. Adapun acuan kriteria dipergunakan untuk menentukan kelulusan seseorang dengan membandingkan hasil yang dicapai dengan kriteria yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Acuan ini biasanya digunakan untuk menentukan kelulusan seseorang. Seseorang yang dikatakan telah lulus berarti bisa melakukan apa yang terdapat dalam kriteria yang telah ditetapkan dan sebaliknya. Acuan kriteria, ini biasanya dipergunakan untuk ujian-ujian praktek.
Dengan adanya acuan norma atau kriteria, hasil yang sama yang didapat dari pengukuran ataupun penilaian akan dapat diinterpretasikan berbeda sesuai dengan acuan yang digunakan. Misalnya, kecepatan kendaraan 40 km/jam akan memiliki interpretasi yang berbeda apabila kendaraan tersebut adalah sepeda dan mobil.

Evaluasi
Evaluasi Menurut Suharsimi Arikunto (2004: 1) adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan. Dalam bidang pendidikan, evaluasi sebagaimana dikatakan Gronlund (1990: 5) merupakan proses yang sistematis tentang mengumpulkan, menganalisis dan menafsirkan informasi untuk menentukan sejauh mana tujuan pembelajaran telah dicapai oleh siswa. Menurut Djemari Mardapi (2004: 19) evaluasi adalah proses mengumpulkan informasi untuk mengetahui pencapaian belajar kelas atau kelompok.
Dari pendapat di atas, ada beberapa hal yang menjadi ciri khas dari evaluasi yaitu: (1) sebagai kegiatan yang sistematis, pelaksanaan evaluasi haruslah dilakukan secara berkesinambungan. Sebuah program pembelajaran seharusnya dievaluasi di setiap akhir program tersebut, (2) dalam pelaksanaan evaluasi dibutuhkan data dan informasi yang akurat untuk menunjang keputusan yang akan diambil. Asumsi-asumsi ataupun prasangka. bukan merupakan landasan untuk mengambil keputusan dalam evaluasi, dan (3) kegiatan evaluasi dalam pendidikan tidak pernah terlepas dari tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Karena itulah pendekatan goal oriented merupakan pendekatan yang paling sesuai untuk evaluasi pembelajaran.
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat dan mengetahui proses yang terjadi dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran memiliki 3 hal penting yaitu, input, transformasi dan output. Input adalah peserta didik yang telah dinilai kemampuannya dan siap menjalani proses pembelajaran. Transformasi adalah segala unsur yang terkait dengan proses pembelajaran yaitu ; guru, media dan bahan belajar, metode pengajaran, sarana penunjang dan sistem administrasi. Sedangkan output adalah capaian yang dihasilkan dari proses pembelajaran.
Evaluasi memiliki beberapa prinsip dasar yaitu ;
1. Evaluasi bertujuan membantu pemerintah dalam mencapai tujuan pembelajaran bagi masyrakat.
2. Evaluasi adalah seni, tidak ada evaluasi yang sempurna, meski dilakukan dengan metode yang berbeda.
3. Pelaku evaluasi atau evaluator tidak memberikan jawaban atas suatu pertanyaan tertentu. Evaluator tidak berwennag untuk memberikan rekomendasi terhadap keberlangsungan sebuah program. Evaluator hanya membantu memberikan alternatif.
4. Penelitian evaluasi adalah tanggung jawab tim bukan perorangan.
5. Evaluator tidak terikat pada satu sekolah demikian pula sebaliknya.
6. Evaluasi adalah proses, jika diperlukan revisi maka lakukanlah revisi.
7. Evaluasi memerlukan data yang akurat dan cukup, hingga perlu pengalaman untuk pendalaman metode penggalian informasi.
8. Evaluasi akan mantap apabila dilakukan dengan instrumen dan teknik yang aplicable.
9. Evaluator hendaknya mampu membedakan yang dimaksud dengan evaluasi formatif, evaluasi sumatif dan evaluasi program.
10. Evaluasi memberikan gambaran deskriptif yang jelas mengenai hubungan sebab akibat, bukan terpaku pada angka soalan tes.
Evaluasi pendidikan memiliki beberapa fungsi yaitu ;
1. Fungsi selektif
2. Fungsi diagnostik
3. Fungsi penempatan
4. Fungsi keberhasilan
Maksud dari dilakukannya evaluasi adalah ;
1. Perbaikan sistem
2. Pertanggungjawaban kepada pemerintah dan masyarakat
3. Penentuan tindak lanjut pengembangan
Di samping prinsip dasar , dalam pelaksanaannya evaluasi hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip berikut ini
1. Keterpaduan. Evaluasi harus dilakukan dengan prinsip keterpaduan antara tujuan instruksional pengajaran, materi pembelajaran dan metode pengajaran.
2. Keterlibatan peserta didik. Prinsip ini merupakan suatu hal yang mutlak, karena keterlibatan peserta didik dalam evaluasi bukan alternatif, tapi kebutuhan mutlak.
3. Koherensi. Evaluasi harus berkaitan dengan materi pengajaran yang telah dipelajari dan sesuai dengan ranah kemampuan peserta didik yang hendak diukur.
4. Pedagogis. Perlu adanya tool penilai dari aspek pedagogis untuk melihat perubahan sikap dan perilaku sehingga pada akhirnya hasil evaluasi mampu menjadi motivator bagi diri siswa.
5. Akuntabel. Hasil evaluasi haruslah menjadi alat akuntabilitas atau bahan pertanggungjawaban bagi pihak yang berkepentingan seperti orang tua siswa, sekolah, dan lainnya.
Teknik evaluasi digolongkan menjadi 2 yaitu teknik tes dan teknik non tes.
1. Teknik non tes meliputi ; skala bertingkat, kuesioner, daftar cocok, wawancara, pengamatan, riwayat hidup.
a. Rating scale atau skala bertingkat menggambarkan suatu nilai dalam bentuk angka. Angka-angka diberikan secara bertingkat dari angka terendah hingga angka paling tinggi. Angka-angka tersebut kemudian dapat dipergunakan untuk melakukan perbandingan terhadap angka yang lain.
b. Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang terbagi dalam beberapa kategori. Dari segi yang memberikan jawaban, kuesioner dibagi menjadi kuesioner langsung dan kuesioner tidak langsung. Kuesioner langsung adalah kuesioner yang dijawab langsung oleh orang yang diminta jawabannya. Sedangkan kuesioner tidak langsung dijawab secara tidak langsung oleh orang yang dekat dan mengetahui si penjawab seperti contoh, apabila yang hendak dimintai jawaban adalah seseorang yang buta huruf maka dapat dibantu oleh anak, tetangga atau anggota keluarganya. Dan bila ditinjau dari segi cara menjawab maka kuesioner terbagi menjadi kuesioner tertutup dan kuesioner terbuka. Kuesioner tertututp adalah daftar pertanyaan yang memiliki dua atau lebih jawaban dan si penjawab hanya memberikan tanda silang (X) atau cek (√) pada jawaban yang ia anggap sesuai. Sedangkan kuesioner terbuka adalah daftar pertanyaan dimana si penjawab diperkenankan memberikan jawaban dan pendapatnya secara terperinci sesuai dengan apa yang ia ketahui.
c. Daftar cocok adalah sebuah daftar yang berisikan pernyataan beserta dengan kolom pilihan jawaban. Si penjawab diminta untuk memberikan tanda silang (X) atau cek (√) pada jawaban yang ia anggap sesuai.
d. Wawancara, suatu cara yang dilakukan secara lisan yang berisikan pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan tujuan informasi yang hendak digali. Wawancara dibagi dalam 2 kategori, yaitu pertama, wawancara bebas yaitu si penjawab (responden) diperkenankan untuk memberikan jawaban secara bebas sesuai dengan yang ia ketahui tanpa diberikan batasan oleh pewawancara. Kedua adalah wawancara terpimpin dimana pewawancara telah menyusun pertanyaan-pertanyaan terlebih dahulu yang bertujuan untuk menggiring penjawab pada informasi-informasi yang diperlukan saja.
e. Pengamatan atau observasi, adalah suatu teknik yang dilakukan dengan mengamati dan mencatat secara sistematik apa yang tampak dan terlihat sebenarnya. Pengamatan atau observasi terdiri dari 3 macam yaitu : (1) observasi partisipan yaitu pengamat terlibat dalam kegiatan kelompok yang diamati. (2) Observasi sistematik, pengamat tidak terlibat dalam kelompok yang diamati. Pengamat telah membuat list faktor-faktor yang telah diprediksi memberikan pengaruh terhadap sistem yang terdapat dalam objek pengamatan.
f. Riwayat hidup, evaluasi ini dilakukan dengan mengumpulkan data dan informasi mengenai objek evaluasi sepanjang riwayat hidup objek evaluasi tersebut.
2. Teknik tes. Dalam evaluasi pendidikan terdapat 3 macam tes yaitu : tes diagnostik. tes formatif, tes sumatif.
Evaluasi pendidikan secara garis besar melibatkan 3 unsur yaitu input, proses dan out put. Prosedur evaluasi yang dilakukan harus bercermin pada 3 unsur tersebut. Langkah-langkah dalam melaksanakan kegiatan evaluasi pendidikan secara umum adalah sebagai berikut :
1. Perencanaan (mengapa perlu evaluasi, apa saja yang hendak dievaluasi, tujuan evaluasi, teknik apa yang hendak dipakai, siapa yang hendak dievaluasi, kapan, di mana, penyusunan instrumen, indikator, data apa saja yang hendak digali, dsb)
2. Pengumpulan data ( tes, observasi, kuesioner, dan sebagainya sesuai dengan tujuan)
3. Verifiksi data (uji instrumen, uji validitas, uji reliabilitas, dsb)
4. Pengolahan data ( memaknai data yang terkumpul, kualitatif atau kuantitatif, apakah hendak di olah dengan statistik atau non statistik, apakah dengan parametrik atau non parametrik, apakah dengan manual atau dengan software (misal : SPSS )
5. Penafsiran data, ( ditafsirkan melalui berbagai teknik uji, diakhiri dengan uji hipotesis ditolak atau diterima, jika ditolak mengapa? Jika diterima mengapa? Berapa taraf signifikannya?) interpretasikan data tersebut secara berkesinambungan dengan tujuan evaluasi sehingga akan tampak hubungan sebab akibat. Apabila hubungan sebab akibat tersebut muncul maka akan lahir alternatif yang ditimbulkan oleh evaluasi itu.

RUJUKAN
http://sylvie.edublogs.org/2007/04/27/evaluasi-pendidikan/comment-page-1/ 5 Peb 2010; 18:38 wib
http://evaluasipendidikan.blogspot.com/2008/03/pengukuran-penilaian-dan-evaluasi.html 5 Peb 2010; 18:01 wib
http://dokumens.multiply.com/journal/item/34; 5 Peb 2010, 18:50 wib
Ridwan Sakni.Pengembangan System Evaluasi.P3RF.IAIN Raden Fatah Plaembang

Wednesday, 8 November 2017

MENGAPA PELIBATAN KELUARGA DAN MASYARAKAT DALAM PENDIDIKAN ITU PENTING?


Oleh: Sugeng Pamudji

Tulisan ini terinspirasi ketika penulis dikirim dalam Pelatihan Calon Pelatih Pendidikan Keluarga di Yogyakarta pada bulan Februari 2017 yang lalu. Penulis merasa bahwa program ini sangat baik, oleh sebab itu penulis ingin berbagi kepada pembaca melalui tulisan ini. Maka penulis akhirnya menulis apa yang telah diterima dalam pelatihan tersebut. Pelatihan tersebut diselenggarakan oleh Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Direktorat ini belum lama dibentuk, namun program yang dicanangkan penulis anggap sangat luar biasa.
Program Pelibatan Keluarga dan Masyarakat dalam pendidikan ini merupakan implementasi dari amanat Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam undang-undang tersebut diamanatkan bahwa Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (Pasal 2). Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Pasal 3).
Selain itu juga terdapat pasal-pasal yang menyatakan keterlibatan masyarakat. Pada pasal 8 dinyatakan bahwa masyarakat berhak berperan serta dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan. Selanjutnya pada pasal 54 ayat (1) dinyatakan bahwa peran serta masyarakat dalam pendidikan meliputi peran serta perseorangan, kelompok, keluarga, organisasi profesi, pengusaha, dan organisasi kemasyarakatan dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu pelayanan pendidikan. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tersebut jelas sekali bahwa keluarga dan masyarakat memiliki peran yang penting dalam menyuskseskan pendidikan.
Tujuan dari pelibatan keluarga dalam pendidikan adalah untuk mewujudkan kerjasama dan keselarasan program pendidikan di sekolah, keluarga, dan masyarakat sebagai tri sentra pendidikan dalam membangun ekosistem pendidikan yang menumbuhkan karakter dan budaya berprestasi peserta didik. Dengan adanya kerterlibatan keluarga dalam pendidikan diharapkan anak-anak akan tumbuh menjadi anak yang sukses, yakni anak yang cerdas, berkarakter, dan mandiri. Ini menjawab anggapan bahkan sikap masyarakat yang selama ini sangat mengandalkan peran satuan pendidikan untuk menjadikan anak menjadi orang yang sukses.
Mengenai tri sentra pendidikan dapat penulis jelaskan bahwa yang turut menyukseskan pendidikan anak (menjadi anak yang sukses) ada tiga komponen yang terlibat. Tiga komponen tersebut adalah satuan pendidikan, masyarakat, dan keluarga. Ketiga komponen tersebut hendaknya memberikan kemanfaatan dalam pendidikan anak (peserta didik). Ini berarti di dalam keluarga, si anak harus memperoleh pendidikan yang baik. Di dalam keluarga itulah akhlaq si anak pertama kali dibentuk. Dalam hal ini orang tua perannya sangat penting. Pikiran, ucapan, sikap, dan perilaku orang tua di rumah akan menjadi contoh bagi si anak.
Peran masyarakat tidak kalah pentingnya terhadap pendidikan anak. Pergaulan si anak tentu tidak hanya di rumah bersama keluarganya, namun si anak juga akan bergaul dengan masyarakat sekitarnya. Oleh sebab itu nilai-nilai yang terdapat di masyarakat akan menjadi acuan bagi si anak dalam berpikir, berucap, bersikap, dan berperilaku. Si anak akan menyontoh apa yang terdapat di masyarakat.
Komponen yang ketiga dari tri sentra pendidikan adalah satuan pendidikan. Satuan pendidikan menjadi rumah kedua bagi si anak. Guru  akan menjadi orang tua kedua bagi si anak. Satuan pendidikan (sekolah) hendaknya bisa memberi kenyaman bagi si anak sehingga si anak betah dan senang ketika belajar di satuan pendidikan (sekolah). Satuan pendidikan menjadi ajang belajar, berlatih, dan berkreasi. Bapak dan ibu guru serta tenaga kependidikan di satuan pendidikan harus bisa menjadi teladan bagi si anak, menjadi pengayom, motivator, fasilitator, inspirator bagi si anak.
Ketiga komponen tersebut harus memberi kemanfaatan bagi pertumbuhan dan perkembangan si anak agar menjadi anak yang sukses. Selain itu ketiga komponen tersebut tidak berperan secara terpisah-pisah. Namun harus menjalin hubungan kemitraan. Mereka saling membantu, bahu membahu untuk menyukseskan pendidikan si anak. Bagaimana peran dan hubungan komponen-komponen tri sentra pendidikan tersebut dapat digambar seperti bagan di bawah ini.
Sumber: Materi Pelatihan Calon Pelatih Pendidikan Keluarga
Hubungan kemitraan tri sentra pendidikan tersebut menganut prinsip-prinsip: 1) kesamaan hak, kesejajaran, dan saling menghargai, 2) semangat gotong-royong dan kebersamaan, 3) saling melengkapi dan memperkuat , 4) saling asah, saling asih, dan saling asuh. Dengan prinsip-prinsip hubungan seperti itu, diharapkan tri sentra pendidikan akan menjadi harmonis dalam berupaya menjadikan si anak sukses. Anak akan menjadi manusia yang berkarakter dan memiliki budaya prestasi.
Sugihandari, menyatakan bahwa keterlibatan orangtua berkorelasi erat dengan keberhasilan pendidikan anak. Sejumlah penelitian menunjukkan, keterlibatan orangtua yang lebih besar dalam proses belajar berdampak positif pada keberhasilan anak di sekolah. Keterlibatan orangtua juga mendukung prestasi akademik anak pada pendidikan yang lebih tinggi serta berpengaruh juga pada perkembangan emosi dan sosial anak.
Hasil jajak pendapat yang diselenggarakan Kompas pada 22-24 April 2015 menunjukkan, mayoritas publik menyadari pentingnya peran orangtua dalam pendidikan anak. Pengumpulan pendapat ini dilakukan terhadap 326 responden yang di keluarganya terdapat anak usia sekolah. Tak kurang dari 85 persen responden menyatakan bahwa orangtua dan keluarga memiliki peran paling penting dalam proses pendidikan anak. Hanya 15 persen responden yang menilai peran ini ada di tangan guru dan lingkungan di luar keluarga.
Hal tersebut menunjukkan betapa penting pelibatan keluarga dalam pendidikan sehingga anak menjadi orang yang sukses. Oleh sebab itu pelibatan keluarga dan masyarakat dalam pendidikan memang sangat diperlukan dan harus selalu dikumandangkan ke masyarakat orang tua. Sampai saat ini program pelibatan keluarga dan masyarakat masih disosialisasikan di puluhan kabupaten/ kota di Indonesia, belum seluruh kabupaten/ kota memperoleh sosialisasi. Pelibatan keluarga dan masyarakat diharapkan dapat meningkatkan kepedulian orang tua, satuan pendidikan, dan masyarakat terhadap narkoba, pornografi, tindak kekerasan, tindakan amoral, dan paham radikal. Dengan pelibatan keluarga dan masyarakat agar berbagai persoalan pendidikan terutama berkaitan dengan karakter anak bangsa dan budaya berprestasinya bisa segera terwujud. Oleh sebab itu perlu adanya percepatan sosialisasi program pelibatan keluarga dan masyarakat tersebut.
Terdapat empat program utama pelibatan keluarga di satuan pendidikan yang dicanangkan oleh Direktorat Pembinaan Keluarga Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Empat program utama tersebut adalah 1) Pertemuan orang tua dengan wali kelas minimal dua kali/ semester, 2) Mengikuti kelas orang tua (parenting) minimal dua kali/ tahun, 3) Pelibatan orangtua terpilih sebagai nara sumber kelas inspirasi, 4) Pelibatan orangtua dalam pameran karya dan pentas akhir tahun.
Pertemuan orang tua dengan wali kelas. Pertemuan orang tua dengan wali kelas minimal dilakukan dua kali dalam satu semester. Pertemuan tersebut misalnya dilakukan pada awal semester dan pada saat pengambilan rapor. Tujuan Pertemuan dengan Wali Kelas antara lain 1) Orang tua dapat memahami program dan tata tertib sekolah serta dapat memberi usulan/ masukan; 2) Orang tua dapat mendapatkan nomor-nomor telepon penting seperti nomor telepon sekolah, kepala sekolah, wali kelas, dan sesama orang tua; 3) Sekolah dan orang tua dapat menyepakati cara berkomunikasi antara pihak sekolah dengan orang tua; 4) Orang tua dapat membentuk paguyuban orang tua guna saling berkomunikasi dan wadah kepentingan bersama; 4) Orang tua dapat menyepakati kegiatan dan jadwal kelas orang tua, kelas inspirasi, pentas akhir tahun, dan kegiatan lain untuk mendukung kemajuan sekolah.
Mengikuti kelas orang tua (parenting) minimal dua kali/ tahun. Tujuan Kelas Orang Tua adalah 1) Menambah pengetahuan orang tua dalam mendidik/ mengasuh anak; 2) Meningkatkan keterlibatan orang tua dalam mendidik anak di sekolah dan di rumah; 3) Sebagai wadah berbagi pengetahuan dan praktik baik dalam mendidik/ mengasuh anak di antara orang tua; 4) Adanya keselarasan dalam mendidik antara yang dilakukan di sekolah dan di rumah; 5) Menumbuhkan jiwa kebersamaan di antara orang tua. Sesuai dengan kebijakan Direktorat Pembinaan Keluarga, materi yang penting untuk disampaikan saat kelas orang tua terdiri materi wajib dan materi lain yang sesuai kesepakatan. Materi wajib terdiri dari: 1) pengasuhan positif dan 2) mendidik anak di era digital. Sedangkan materi lain disesuaikan dengan kesepakatan masing-masing kelompok (paguyuban orang tua). Materi tersebut bisa diunduh dari laman Sahabat Keluarga dengan alamat: sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id. tidak menutup kemungkinan materi berasal dari sumber lain. Nara sumber dalam kelas orang tua diutamakan berasal dari orang tua itu sendiri di samping bisa juga menghadirkan nara sumber dari luar. Pengelolaan kelas orang tua diserahkan kepada orang tua itu sendiri sesuai kesepakatan yang pelaksanaannya diutamakan alam lingkup orang tua yang anaknya sekelas; bisa juga suatu saat dilakukan secara bersama-sama (gabungan beberapa kelas atau satu sekolah).
Pelibatan orang tua terpilih sebagai nara sumber kelas inspirasi. Kelas ispirasi dapat dilaksanakan dengan memanfaatkan waktu saat upacara bendera atau waktu lain minimal sebulan sekali. Kelas inspirasi pada saat upacara bendera dilaksanakan sebulan sekali dengan menghadirkan nara sumber untuk berbicara 15-20 menit yang dapat menginspirasi siswa. Nara sumber yang dihadirkan dapat berasal dari orang tua terpilih, alumni, tokoh masyarakat, pengusaha/ pedagang/ petani sukses, atau berbagai profesi untuk memberikan inspirasi, motivasi, atau pengenalan profesi kepada siswa. Kelas inspirasi juga dapat diisi materi penyuluhan misalnya terkait kekerasan, NARKOBA, pornografi, HIV/ Aids, ancaman radikalisme, dan materi lain yang perlu diketahui atau dapat menginspirasi siswa.
Pentas Kelas di Akhir Tahun Pembelajaran. Tujuannya adalah menggembirakan anak setelah semua tugasnya sebagai pelajar selama setahun tertunaikan. Acara diselenggarakan oleh orang tua bekerjasama dengan pihak satuan pendidikan dengan memanfaatkan waktu setelah ujian akhir semester sebelum penerimaan rapor kenaikan kelas, dengan susunan acara sbb.: 1) Menampilkan hasil karya dan prestasi yang dicapai siswa selama satu tahun: setiap siswa wajib menampilkan hasil karya terbaiknya minimal satu buah karya; 2) Setiap kelas diminta pentas secara bergilir disaksikan oleh para orang tua, undangan, dan siswa kelas lainnya; 3) Acara diakhiri dengan pemberian penghargaan dari orang tua atau sekolah kepada orang tua, guru, dan siswa atas prestasi non akademik yang dicapai atau perilaku baik yang patut diteladani.
Selanjutnya bentuk pelibatan keluarga/ orang tua dalam pendidikan di satuan pendidikan adalah 1) mendukung kegiatan belajar anak di satuan pendidikan; 2) mendukung kegiatan belajar anak di keluarga yang merupakan kesinambungan kegiatan di satuan pendidikan; 3) memantau perkembangan dan hasil belajar anak atau peserta didik secara bersama-sama antara orang tua dengan pihak satuan pendidikan; 4) memberikan masukan/ pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan berbagai kegiatan satuan pendidikan dalam meningkatkan layanan terhadap kebutuhan perkembangan dan belajar anak.
Memperhatikan uraian tersebut, tampak sekali bahwa betapa penting peranan keluarga dan masyarakat dalam turut serta menyukseskan pendidikan anak. Orang tua tidak hanya menyerahkan sepenuhnya kepada sekolah/ satuan pendidikan untuk kesusksesan anaknya, melainkan turut serta dalam mengawal agar si anak menjadi anak yang sukses, terutama dalam membangun karakter luhur dan prestasi yang optimal.


Rujukan:
-        Materi kebijakan pelibatan keluarga dan masyarakat dalam pendidikan yang disampaikan oleh Direktur Pembinaan Pendidikan Keluarga Kementerian Pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia.







CONTOH RPP DISCOVERY LEARNING

<script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script> <script> (adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({ google_ad_client: "ca-pub-6144563181456040", enable_page_level_ads: true }); </script>
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
Sekolah                : SMP NEGERI LPMP SURABAYA
Mata Pelajaran   : IPA
Kelas / Semester : VII / Ganjil
MateriPokok       : Suhu dan Perubahannya
                                Kalor dan Perpindahannya
AlokasiWaktu     : 3 x 4 JP

A.    Kompetensi Inti
1.      Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
2.      Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
3.      Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
4.      Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.

B.     Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
Kompetensi Dasar
Indikator Pencapaian Kompetensi
3.4   Menganalisis konsep suhu, pemuaian, kalor, perpindahan kalor, dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari termasuk mekanisme menjaga kestabilan suhu tubuh pada manusia dan hewan

3.4.1        Mengetahui pengertian suhu
3.4.2        Menjelaskan berbagai jenis termometer
3.4.3        Mengkonversikan skala suhu dari berbagai skala suhu yang sudah dikenal
3.4.4        Menjelaskan definisi pemuaian
3.4.5        Menghitung pemuaian panjang, luas, dan volume menggunakan rumus
3.4.6        Menjelaskan pengertian kalor
3.4.7        Mendeskripsikan hubungan kalor dengan suhu dan hubungan kalor dengan perubahan wujud
3.4.8        Menghitung kalor yang diperlukan untuk mengubah suhu dan wujud benda menggunakan rumus
3.4.9        Menentukan macam – macam perpindahan kalor

4.4  Melakukan percobaan untuk menyelidiki pengaruh kalor terhadap suhu dan wujud benda serta perpindahan kalor
4.4.1        Melakukan percobaan pengukuran suhu menggunakan perasaan
4.4.2        Melakukan percobaan untuk menentukan skala suhu pada termometer tidak berskala dan melakukan pengukuran menggunakan termometer skalanya serta membandingkan skala suhu yang telah dikenal
4.4.3        Melakukan percobaan untuk menyelidiki pemuaian pada zat padat, zat cair dan gas
4.4.4        Melakukan percobaan untuk menyelidiki pengaruh kalor terhadap perubahan suhu dan wujud benda
4.4.5        Membuat rancangan produk sederhana yang memanfaatkan suhu dan perubahannya atau kalor dan perpindahannya


C.    Tujuan Pembelajaran
Pertemuan I
Setelah mengikuti pembelajaran siswa dapat:
1.      menjelaskan pengertian suhu
2.      menjelaskan berbagai jenis termometer
3.      mengkonversikan skala suhu dari berbagai skala suhu yang sudah dikenal
4.      melakukan percobaan dengan cermat dan jujur melakukan pengukuran suhu menggunakan perasaan
5.      melakukan percobaan dengan cermat dan jujur untuk menentukan skala suhu pada termometer tidak berskala dan melakukan pengukuran menggunakan termometer skalanya serta membandingkan skala suhu yang telah dikenal

Pertemuan II
Setelah mengikuti pembelajaran siswa dapat:
6.      menjelaskan definisi pemuaian
7.      melakukan percobaan dengan cermat dan jujur untuk menyelidiki pemuaian pada zat padat, zat cair dan gas
8.      menghitung pemuaian panjang, luas, dan volume menggunakan rumus

Pertemuan II
Setelah mengikuti pembelajaran siswa dapat:
9.      menjelaskan pengertian kalor
10.  mendeskripsikan hubungan kalor dengan suhu dan hubungan kalor dengan perubahan wujud
11.  menghitung kalor yang diperlukan untuk mengubah suhu dan wujud benda menggunakan rumus
12.  menjelaskan tiga perpindahan kalor ( konduksi, konveksi, dan radiasi )
13.  melakukan percobaan dengan cermat dan jujur untuk menyelidiki pengaruh kalor terhadap perubahan suhu dan wujud benda
14.  membuat rancangan produk sederhana yang memanfaatkan suhu dan perubahannya atau kalor dan perpindahannya dengan kreatif dan berpikir kritis

Fokus penguatan karakter:  cermat, keatif, berpikir kritis dan jujur

D.    Materi Pembelajaran
1.      Materi Reguler:
a.       Suhu dan Perubahannya
b.      Suhu adalah tingkat derajat panas suatu benda
c.       Jenis - jenis termometer berdasarkan bahan – bahannya yaitu termometer zat cair, termometer bimetal, dan termometer kristal cair
d.      Jenis – jenis termometer berdasarkan kegunaannya yaitu termometer badan, termometer laboratorium, termometer ruang, termometer maksimum dan minimum, pirometer
e.       Langkah – langkah membuat skala termometer :
·         Menentukan titik tetap bawah dengan menggunakan suhu es yang sedang mencair
·         Menentukan titik tetap atasdengan menggunakan suhu air yang sedang mendidih
·         Membagi skala antara titik tetap bawah dan titik tetap atas
f.       Perbandingan skala Celcius, Fahrenheit, Reamur, dan Kelvin
oC : oF : oR : K = 5 : 9 : 4 : 5
g.      Pemuaian yaitu suatu kondisi suatu benda semakin bertambah jarak antar partikel benda tapi jumlah partikelnya tetap
h.      Zat padat mengalami tiga macam pemuaian yaitu muai panjang, muai luas, dan muai volume
i.        Zat Cair hanya mengalami pemuaian volume
j.        Gas mengalami tiga macam pemuaian yaitu pemuaian pada tekanan tetap, pemuaian pada volume tetap dan pemuaian pada suhu tetap
k.      Muai Panjang
∆L = Lo α ∆t
Lt    = Lo ( 1 + α ∆t )

Muai Luas
∆A = Ao β ∆t
A t  = Ao ( 1 + β ∆t )

Muai Volume
∆V = Vo ɤ ∆t
V t  = Vo ( 1 +  ɤ ∆t )

Untuk zat padat  β = 2 α,  ɤ = 3 α

l.        Kalor dan Perpindahannya
m.    Kalor adalah salah satu bentuk energi
n.      Satuan kalor antara lain Joule, Kalori
1 Joule   = 0,24 Kalori
1 Kalori = 4,2 Joule
o.      Pengaruh kalor terhadap suhu benda
Q = m c ∆t
p.      Pengaruh kalor terhadap wujud benda
Q = m L
q.      Perpindahan kalor ada tiga cara yaitu :
·         Konduksi yaitu perpindahan kalor pada suatu benda tanpa diikuti perpindahan partikel benda
·         Konveksi yaitu perpindahan kalor pada suatu benda yang dikuti perpindahan partikel benda
·         Radiasi yaitu perpindahan kalor secara langsung tanpa melalui zat perantara

E.     Metode Pembelajaran
Pendekatan / Model Pembelajaran : Saintifik ( 5M ) dan Project Base Learning

F.     Media / Alat, Bahan, dan Sumber Belajar
1.      Media / Alat : LCD, Laptop, Papan tulis, Bejana, Spidol / benang warna, Pemanas spiritus, Musschen Broek, termometer berskala dan tidak berskala, dilatometer
2.      Bahan : Es batu, air, 3 batang logam berbeda jenis, wajan, panci, kertas Aluminium foil
3.      Sumber Belajar :
a.         Wahono Widodo, Fida Rachmadiarti, Siti Nurul Hidayat, edisi revisi 2016, Buku Siswa Ilmu Pengetahuan Alam SMP/MTs kelas VII Semester 1, Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud, Jakarta
b.        Wahono Widodo, Fida Rachmadiarti, Siti Nurul Hidayati, Ade Suryanda, Ucu Cahyana, Idun Kistinah, Arifatun Anifah, dan Budi Suryatin, edisi revisi 2016, Buku Guru Ilmu Pengetahuan Alam SMP/MTs kelas VII, Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud, Jakarta
c.         Lingkungan sekitar rumah peserta didik
d.         

G.    Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan Keempat  

Tahap
Sintaks
Kegiatan Pembelajaran
Waktu
Pendahuluan
Langkah 1 = Penentuan Proyek
a.     Guru menyampaikan salam dan menanyakan kabar peserta didik
b.    Apersepsi : Guru menanyakan materi sebelumnya
Sebutkan perbedaan perpindahan kalor secara konduksi, konveksi, dan radiasi
c.     Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan manfaatnya
·         Merancang Alat Pemanas Air “ Kompor Tenaga Surya “.
d.      Guru menyampaikan garis besar materi dan kegiatan pembelajaran
·         Materi : Merancang Alat Pemanas Air “ Kompor Tenaga Surya “.
·         Kegiatan : Membuat proyek
e.       Guru menyampaikan teknik penilaian
Penilaian sikap : observasi
Penilaian ketrampilan : Proyek
10 mnt

Inti
































Langkah 2 = Perancangan langkah – langkah penyelesaian proyek

Guru menunjukkan contoh Alat Pemanas Air“ Kompor Tenaga Surya “ kepada peserta didik
Guru menginformasikan kepada peserta didik tentang :
Bahan yang dipersiapkan :
1.      Kertas Aluminium Foil 10 m

      Description: Image(022)
2.      Dua buah besi penyangga ukuran besar dan kecil yang terbuat dari besi
Description: ^uLý^(255)
3.      Satu buah panci atau mangkok kecil yang terbuat dari alumunium yang digunakan untuk memasak air
Description: Image(016)
4.      Air sebanyak 240 ml
Description: Foto(068)
5.      Satu buah wajan berukuran sedang      
( untuk wajan tergantung panas yang ingin dihasilkan )
Description: Image(015)
6.      Dua buah cat besi agar besi penyangga kelihatan lebih menarik               ( untuk warna dipilih sesuai selera ).
Description: ^uLý^(260)
Alat – alat yang dibutuhkan :
Gunting, Obeng, Kuas
Description: ^uLý^(257)
Cara Merangkai Kompor Surya :
  1. Tempelkan seluruh kertas alumunium pada bagian atas wajan baik secara vertikal maupun horizontal ( banyaknya kertas alumunium yang dibutuhkan tentunya tergantung pada besarnya wajan yang digunakan ).
Description: Image(031)
  1. Cat, besi penyangga dengan cat besi warna merah agar terlihat lebih menarik.
Description: Image(021)
  1. Taruh penyangga besar pada bawah wajan, kemudian letakkan panci diatas penyangga kecil, isi panci kecil dengan air dan letakkan diterik panas matahari

60 mnt

Langkah 3 = Penyusunan jadwal pelaksanaan proyek

Guru dan peserta didik merencanakan jadwal kegiatan proyek :
Proyek ini dilaksanakan dalam kurun waktu 4 hari :
Hari ke-1 : mengumpulkan alat dan bahan yang diperlukan
Hari ke-2 : merangkai bahan menjadi Kompor Tenaga Surya
Hari ke-3 : penyusunan laporan
Hari ke-4 : mempresentasikan hasil proyek


Langkah 4 = Penyelesaian proyek dengan fasilitas dan monitoring guru

Peserta didik menyelesaikan proyek di rumah secara kelompok sesuai dengan jadwal dengan memberikan laporan sementara kepada guru pada hari ke-1 dan ke-2 untuk menyampaikan sejauhmana kerja proyeknya, mungkin ada hambatan

Langkah 5 = Penyusunan laporan dan presentasi / publikasi hasil proyek
Pada hari ke – 3 pesera didik menyusun laporan, peserta didik mengkonsultasikannya kepada guru

Pada hari ke – 4 peserta didik mempresentasikan hasil proyek

Langkah 6 = Evaluasi Proses dan Hasil Proyek
Pada hari ke – 4 Guru dan peserta didik mengevaluasi proses dan hasil proyek




Penutup

a.       Guru beserta peserta didik membuat rangkuman hasil pembelajaran
b.      Guru melakukan penilaian
c.       Guru memerikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran
d.      Guru memberi penugasan sebagai tindak lanjut pembelajaran
Carilah informasi di internet atau buku perpustakaan tentang alat pemanas air ramah lingkingan dan bandingkan dengan karyamu
e.       Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
“ Energi dalam Sistem Kehidupan “


H.    Penilaian Hasil Pembelajaran
Penilaian
1.      Teknik penilaian
Teknik penilaian yang digunakan sebagaiberikut :
Kompetensi
Metode/Teknikpenilaian
BentukInstrumen
Sikap
Observasi
Lembar pengamatan Sikap
Pengetahuan
TesTertulis
TesUraian
Keterampilan
Kinerja/Praktek
Lembar praktek / rubric

2.      Instrumen penilaian
Pertemuan Keempat
a.       Penilaian Sikap

Lembar Observasi Pengembangan Sikap

Kelas / Semester             : VII/1                               TahunPelajaran : 2016-2017
Nama Guru                     :
No
Waktu
CatatanPerilaku
ButirSikap
Spiritual / Sosial
TindakLanjut
































b.      Penilaian Keterampilan

Kisi – Kisi Penilaian Proyek
KD
Materi Pokok
Indikator
Bentuk Soal
4.4. Melakukan percobaan
untuk menyelidiki
pengaruh kalor terhadap
suhu dan wujud benda
serta perpindahan kalor
Kalor dan Perpindahannya
4.4.5        Membuat rancangan produk sederhana yang memanfaatkan suhu dan perubahannya atau kalor dan perpindahannya

Proyek






Instrumen Proyek
Kerjakan secara berkelompok membuat rancangan alat pemanas air “ Kompor Tenaga Surya “



Kegiatan Projek
Judul Proyek : Alat Pemanas Air “ Kompor Tenaga Surya “
Tujuan    : membuat alat pemanas air “ Kompor Tenaga Surya “
Alat dan bahan :
·         Kertas Aluminium Foil 10 m
·         Besi penyangga ukuran besar dan kecil yang terbuat dari besi masing – masing 1 buah
·         Panci atau mangkok kecil yang terbuat dari alumunium yang digunakan untuk memasak air 1 buah
·         Wajan berukuran sedang 1 buah      
( untuk wajan tergantung panas yang ingin dihasilkan )
·         Air sebanyak 240 ml
·         Cat besi 2 kecil warna berbeda
·         Kuas, obeng, gunting

Langkah Kerja :
1.      Tempelkan seluruh kertas alumunium pada bagian atas wajan baik secara vertikal maupun horizontal ( banyaknya kertas alumunium yang dibutuhkan tentunya tergantung pada besarnya wajan yang digunakan ).
2.      Cat, besi penyangga dengan cat besi warna merah agar terlihat lebih menarik.
3.      Taruh penyangga besar pada bawah wajan, kemudian letakkan panci diatas penyangga kecil, isi panci kecil dengan air dan letakkan diterik panas matahari
4.      Buatlah laporan tertulis dari kegiatan proyek

Pedoman Penskoran
No Soal
Aspek yang dinilai
Skor maks
Bobot
Nilai
1

Persiapan
1.       Menyiapkan perangkat alat dan bahan
Skor 2 = Lengkap
Skor 1 = Kurang lengkap

2

20%



Jumlah skor maksimal
2



2






Proses
1.      Urutan langkah–langkah /prosedur kegiatan praktikum
Skor 2 = sesuai urutan
Skor 1 = kurang sesuai urutan
2.      Menggunakan alat dan bahan sesuaidengan fungsinya.
Skor 2 = sesuai fungsinya
Skor 1 = kurang sesuai fungsinya
3.      Hasil kegiatan proyek
Skor 2 = dapat berfungsi baik
Skor 2 = kurang berfungsi


2



2



2


30%






Jumlah skor maksimal
6


3
Laporan
1.      Penulisan tujuan kegiatan praktikum
Skor 2 = tujuan tepat
Skor 1 = kurang tepat
2.      Penulisan alat dan bahan yang digunakandalam praktikum
Skor 2 = lengkap
Skor 1 = kurang lengkap
3.      Menuliskan langkah - langkah /prosedurkegiatan praktikum
Skor 2 = sesuai urutan
Skor 1 = kurang sesuai urutan
4.      Menjawab pertanyaan
Skor 2 = menjawab benar
Skor 1 = menjawab kurang benar
5.      Membuat kesimpulan
Skor 2 = tepat
Skor 1 = kurang tepat

2


2



2



2


2




50%


Jumlah skor maksimum
10
100%


NILAI ( per soal ) = ( jumlah skor yang diperoleh : jumlah skor maksimal ) x Bobot
NILAI total = jumlah nilai tiap no. soal

Keterangan Penilaian Keterampilan:
1.      Nilai 91–100 amat baik
2.      Nilai 81–90 baik
3.      Nilai 71–80 cukup
4.      Nilai 60–70 kurang
5.      Nilai kurang dari 60 sangat kurang

Suabaya, 12 April 2017
Mengetahui,
Kepala Sekolah                                                           Guru Mata Pelajaran


……………………                                                    ………………………